Ari kuliah di Nantes University di bagian barat Prancis, mengambil program S2 Teknik Sipil. Ia kuliah pada tahun 2011-213 dengan beasiswa da...
Ari kuliah di Nantes University di bagian barat Prancis, mengambil program S2 Teknik Sipil. Ia kuliah pada tahun 2011-213 dengan beasiswa dari DIKTI. Beasiswa yang ia dapatkan mencakup uang saku dan biaya tempat tinggal. Menurutnya, pendidikan di Prancis hampir sama dengan di Indonesia, namun bahasannya lebih luas dan global. Kuliah ilmu teknik sipil di Prancis lebih banyak membahas tentang pembangunan di iklim dingin, sedangkan di Indonesia lebih ke iklim tropik.
Terdapat istilah dan cara berbeda dalam perkuliahan, namun apabila diikuti dengan baik tidak akan susah. Yang paling menonjol adalah perbedaan dalam berbahasa. Untuk kuliah di Prancis, ada mahasiswa yang butuh persiapan kursus bahasa Prancis selama 3-8 bulan dan ada yang tidak. Di Prancis terdapat tes bahasa seperti TOEFL bernama DELF. Gelar S2 biasanya membutuhkan serifikat tes DELF B1, sedangkan gelar S1 membutuhkan DELF A2. Saat kuliah di Prancis, Ari tidak mempunyai sertifikat DELF dari kursus bahasa Prancis, sehingga ia cukup kesusahan mengikuti kuliah. Jadi sebaiknya disarankan untuk belajar bahasa Prancis dahulu sebelum mulai kuliah di sana.
Ari bisa mendapat beasiswa untuk berkuliah di Prancis karena saat kuliah S1 di Unissula, ia menjadi asisten dosen dan dianjurkan dosennya untuk melanjutkan kuliah S2 di sana. Setelah membuat dan mengirimkan CV serta abstrak, ia diterima menjadi mahasiswa di Nantes University.
Tantangan kuliah di Prancis adalah adanya sistem limit nilai yang cukup berat. Limit nilai tersebut adalah 10 per 20, jadi banyak mahasiswa yang harus mengulang kuliahnya hingga lulus dari limit yang sudah ditentukan. Menurut Ari, alumini dan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Prancis mempunyai persahabatan erat dan saling membantu. Ada orang-orang Indonesia yang saat menjalani kuliah di Prancis tidak bisa berbahasa Inggris karena lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Prancis. Di Prancis juga terdapat Perhimpunan Pelajar Indonesia yang didominasi mahasiswa S2. Di sana kamu dapat bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa sebangsa dari Indonesia.
Orang Prancis itu…
Menurut Ari, karakter orang Prancis berbeda-beda, tergantung daerah tempat tinggalnya. Di daerah selatan Prancis karakter penduduknya lebih terbuka karena banyak imigran. Di daerah tengah Prancis cukup terbuka, sedangkan di pusat-pusat kota seperti Paris penduduknya sangat terbuka. Orang-orang di daerah barat Prancis cenderung lebih sombong dan rasis, bahkan rasa bangga mereka terhadap rasisme sangat tinggi. Namun dengan perkembangan teknologi, masyarakat Prancis kini lebih terbuka dan mau membantu orang asing.
Di beberapa kesempatan saat mengerjakan tugas-tugas kuliah, mahasiswa Prancis dapat terlihat sekali karakter rasisnya. Mahasiswa Asia cenderung bekerja sama dengan mahasiswa asing seperti Maroko. Meskipun orang Prancis gemar menyingkirkan orang-orang asing saat berkerja kelompok, mereka tetap mau membantu seperti meminjamkan laptop untuk presentasi dan lain sebagainya.
Masyarakat di daerah barat Prancis tempat Ari kuliah cenderung tertutup karena daerahnya dibatasi oleh Samudera Atlantik dan terletak di pojok barat Eropa sehingga tidak berbatasan dengan negara-negara lain. Berbeda dengan masyarakat di daerah timur, selatan, dan utara Prancis yang daerahnya berbatasan dengan negara-negara lain sehingga masyarakatnya lebih terbuka. Sebelum kuliah di Prancis, kamu disarankan untuk mencari tahu dulu tentang daerah tempat tinggal karena dapat menentukan keberhasilan kuliah.
Biaya hidup
Biaya hidup di daerah barat Prancis sekitar 400-600 EURO, sehingga beasiswa Dikti sangat cukup untuk biaya makan, telepon, dan tempat tinggal. Namun apabila tinggal di Paris, biaya hidup dengan jumlah tersebut termasuk kurang karena biaya tinggal di sana rata-rata 300-500 EURO. Biaya hidup Ari saat di daerah barat Prancis hanya 150 Euro, namun ia mendapat bantuan dari pemerintah Prancis sehingga ia hanya membayar 90 EURO.
Di Eropa dimana-mana terdapat diskon untuk mahasiswa seperti di restoran, fasilitas transportasi, dan lain-lain sehingga para mahasiswa dapat menghemat uang saku. Makanan di Prancis sangat beragam dan untuk mencari makanan halal cukup mudah. Apabila ingin makanan Asia, banyak restoran Cina yang bertebaran di Prancis. Namun orang-orang Muslim harus berhati-hari memilih makanan Cina karena beberapa diantaranya mengandung daging babi.
Tips dari Ari untuk kuliah di Prancis
- Sebaiknya sudah mempunyai kemampuan bahasa Prancis sebelum kuliah dan harus mendapatkan serifikat.
- Perbanyak jaringan, agar menemukan banyak cara untuk ke Prancis dan ketika kuliah di sana akan ada banyak orang yang bisa membantu.
- Jangan pernah putus asa apabila gagal. Persiapan kuliah ke luar negeri tidak hanya 1-2 tahun, jadi harus berusaha dan punya keinginan kuat.
Kesan Ari selama di Prancis adalah adanya tuntutan lebih yang harus dikerjakan daripada saat di Indonesia. Tantangannya selama di Prancis adalah perbedaan iklim, budaya, dan etos kerja. Orang-orang Prancis juga sangat menghargai waktu bekerja dan waktu istirahat, jadi jangan ganggu profesormu ketika ia sedang libur mengajar.
Terdapat istilah dan cara berbeda dalam perkuliahan, namun apabila diikuti dengan baik tidak akan susah. Yang paling menonjol adalah perbedaan dalam berbahasa. Untuk kuliah di Prancis, ada mahasiswa yang butuh persiapan kursus bahasa Prancis selama 3-8 bulan dan ada yang tidak. Di Prancis terdapat tes bahasa seperti TOEFL bernama DELF. Gelar S2 biasanya membutuhkan serifikat tes DELF B1, sedangkan gelar S1 membutuhkan DELF A2. Saat kuliah di Prancis, Ari tidak mempunyai sertifikat DELF dari kursus bahasa Prancis, sehingga ia cukup kesusahan mengikuti kuliah. Jadi sebaiknya disarankan untuk belajar bahasa Prancis dahulu sebelum mulai kuliah di sana.
Ari bisa mendapat beasiswa untuk berkuliah di Prancis karena saat kuliah S1 di Unissula, ia menjadi asisten dosen dan dianjurkan dosennya untuk melanjutkan kuliah S2 di sana. Setelah membuat dan mengirimkan CV serta abstrak, ia diterima menjadi mahasiswa di Nantes University.
Tantangan kuliah di Prancis adalah adanya sistem limit nilai yang cukup berat. Limit nilai tersebut adalah 10 per 20, jadi banyak mahasiswa yang harus mengulang kuliahnya hingga lulus dari limit yang sudah ditentukan. Menurut Ari, alumini dan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Prancis mempunyai persahabatan erat dan saling membantu. Ada orang-orang Indonesia yang saat menjalani kuliah di Prancis tidak bisa berbahasa Inggris karena lebih tertarik untuk mempelajari bahasa Prancis. Di Prancis juga terdapat Perhimpunan Pelajar Indonesia yang didominasi mahasiswa S2. Di sana kamu dapat bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa sebangsa dari Indonesia.
Orang Prancis itu…
Menurut Ari, karakter orang Prancis berbeda-beda, tergantung daerah tempat tinggalnya. Di daerah selatan Prancis karakter penduduknya lebih terbuka karena banyak imigran. Di daerah tengah Prancis cukup terbuka, sedangkan di pusat-pusat kota seperti Paris penduduknya sangat terbuka. Orang-orang di daerah barat Prancis cenderung lebih sombong dan rasis, bahkan rasa bangga mereka terhadap rasisme sangat tinggi. Namun dengan perkembangan teknologi, masyarakat Prancis kini lebih terbuka dan mau membantu orang asing.
Di beberapa kesempatan saat mengerjakan tugas-tugas kuliah, mahasiswa Prancis dapat terlihat sekali karakter rasisnya. Mahasiswa Asia cenderung bekerja sama dengan mahasiswa asing seperti Maroko. Meskipun orang Prancis gemar menyingkirkan orang-orang asing saat berkerja kelompok, mereka tetap mau membantu seperti meminjamkan laptop untuk presentasi dan lain sebagainya.
Masyarakat di daerah barat Prancis tempat Ari kuliah cenderung tertutup karena daerahnya dibatasi oleh Samudera Atlantik dan terletak di pojok barat Eropa sehingga tidak berbatasan dengan negara-negara lain. Berbeda dengan masyarakat di daerah timur, selatan, dan utara Prancis yang daerahnya berbatasan dengan negara-negara lain sehingga masyarakatnya lebih terbuka. Sebelum kuliah di Prancis, kamu disarankan untuk mencari tahu dulu tentang daerah tempat tinggal karena dapat menentukan keberhasilan kuliah.
Biaya hidup
Biaya hidup di daerah barat Prancis sekitar 400-600 EURO, sehingga beasiswa Dikti sangat cukup untuk biaya makan, telepon, dan tempat tinggal. Namun apabila tinggal di Paris, biaya hidup dengan jumlah tersebut termasuk kurang karena biaya tinggal di sana rata-rata 300-500 EURO. Biaya hidup Ari saat di daerah barat Prancis hanya 150 Euro, namun ia mendapat bantuan dari pemerintah Prancis sehingga ia hanya membayar 90 EURO.
Di Eropa dimana-mana terdapat diskon untuk mahasiswa seperti di restoran, fasilitas transportasi, dan lain-lain sehingga para mahasiswa dapat menghemat uang saku. Makanan di Prancis sangat beragam dan untuk mencari makanan halal cukup mudah. Apabila ingin makanan Asia, banyak restoran Cina yang bertebaran di Prancis. Namun orang-orang Muslim harus berhati-hari memilih makanan Cina karena beberapa diantaranya mengandung daging babi.
Tips dari Ari untuk kuliah di Prancis
- Sebaiknya sudah mempunyai kemampuan bahasa Prancis sebelum kuliah dan harus mendapatkan serifikat.
- Perbanyak jaringan, agar menemukan banyak cara untuk ke Prancis dan ketika kuliah di sana akan ada banyak orang yang bisa membantu.
- Jangan pernah putus asa apabila gagal. Persiapan kuliah ke luar negeri tidak hanya 1-2 tahun, jadi harus berusaha dan punya keinginan kuat.
Kesan Ari selama di Prancis adalah adanya tuntutan lebih yang harus dikerjakan daripada saat di Indonesia. Tantangannya selama di Prancis adalah perbedaan iklim, budaya, dan etos kerja. Orang-orang Prancis juga sangat menghargai waktu bekerja dan waktu istirahat, jadi jangan ganggu profesormu ketika ia sedang libur mengajar.