Kuliah di luar negeri kini sudah bukan merupakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Bukan lagi merupakan hal yang prestisius dan hanya untuk...
Kuliah di luar negeri kini sudah bukan merupakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Bukan lagi merupakan hal yang prestisius dan hanya untuk beberapa kalangan. Dahulu memang kuliah di luar negeri identik hanya untuk mahasiswa kaya raya atau jenius luar biasa.
Namun sejak adanya beasiswa, mahasiswa yang sedang-sedang saja mampu untuk mengecap pendidikan di luar negeri. Buktinya, ribuan mahasiswa Indonesia bertebaran di luar sana. Di berbagai belahan dunia, pasti terdapat mahasiswa Indonesia. Tak tekecuali di Eropa Barat, lebih tepatnya di Austria. Kali ini tim berkuliah.com telah mewawancarai salah satu mahasiswa di Austria. Namanya Mas Fajar Juang Ekaputra.
Sekilas tentang Fajar
Fajar merupakan salah satu mahasiswa Indonesia yang kuliah di Austria. Pria asal Bandung ini telah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2-nya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia mengambil jurusan Informatika di Universitas Teknologi Wina. Jenjang yang diambil adalah jenjang S3.
Ketika ditanya apakah kesempatan tersebut dari beasiswa atau dana pribadi, dia menjawab bahwa kesempatan tersebut berasal dari beasiwa yang diberikan OeAD. OeAD dapat dikatakan seperti DAAD-nya Jerman, namun OeAD ini untuk Austria, begitu paparnya. OeAD merupakan instansi dari Austria yang mengurus mobilitas internasional dan kerjasama di bidang pendidikan, sains, dan riset.
Fajar sendiri baru pertama kali ke Austria sejak akhir tahun 2012 lalu. Namun dia tidak sendirian. Karena sudah berkeluarga, dia turut serta membawa keluarganya untuk tinggal di apartemen sehingga bisa menemani selama di Austria.
Di Austria, tidak ada peraturan yang membatasi atau tidak memperbolehkan untuk membawa keluarga. Membawa keluarga atau teman dekat bisa menjadi dukungan positif bagi mahasiswa.
Beasiswa versus biaya hidup
Akan tetapi, bagaimana dengan dana beasiswanya? Apakah dana yang diberikan cukup untuk membiayai keluarga yang diajak?
Dia menjelaskan bahwa dana beasiswa yang diberikan sebenarnya hanya cukup untuk satu orang. Jika benar-benar ingin membawa anggota keluarga, maka keluarga yang dibawa menjadi tanggungan pribadi. Tidak termasuk dalam beasiswa. Komponen dana beasiswa yang diberikan berupa gratis biaya kuliah dan juga biaya hidup per bulan.
Biaya hidup di Wina, jika dibandingkan dengan kota lain di Austria relatif standar. Tidak mahal tapi juga tidak begitu murah. Namun, jika dibandingkan dengan negara lain, biaya hidup di Austria termasuk murah. Untuk menambah pemasukan, bisa dilakukan kerja sambilan.
Akan tetapi perlu diingat, tidak semua orang diperbolehkan untuk kerja sambilan, tergantung pada visa yang diambil. Jika visanya mendapat visa student, mahasiswa bisa melakukan kerja sambilan dengan jam kerja maksimal 20 jam per minggu. Namun jika mendapat visa khusus yang tidak memperbolehkan bekerja, mahasiswa tidak bisa mengambil peluang tersebut.
Austria di mata Mas Fajar
Mengenai budaya, Fajar menjelaskan bahwa orang Austria memiliki watak yang unik. Orang Austria merupakan perpaduan antara watak Jerman dan Italia. Jerman cenderung berkarakter kaku, sedangkan Italia santai. Wina sendiri merupakan kota yang ramah karena kotanya lebih internasional sehingga relatif ramah terhadap orang asing.
Yang menjadi kendala bukan pada budaya tapi justru bahasa yang digunakan. Bahasa resmi Austria merupakan bahasa Jerman sehingga kebanyakan orang memakai bahasa Jerman. Toleransi beragama juga tidak ada masalah, tergantung orangnya masing-masing.
Di Austria, bukan hal yang susah jika ingin beribadah di masjid. Di sana terdapat lumayan banyak masjid,
ada masjid Arab, masjid Turki, dan lain-lain. Di sana ada juga lembaga yang mempelajari agama Islam. Lembaga tersebut adalah Vienna Islamic Center.
Yang terkenal dari lembaga ini adalah memiliki masjid sendiri. Masjid yang dibangun seperti masjid Indonesia yang berdiri di atas tanah dengan halaman masjid yang luas. Di atas tanah dimaksudkan benar-benar di atas tanah. Pada umumnya, masjid-masjid di Austria merupakan bekas bangunan apartemen yang sudah tidak dipakai lalu dijadikan masjid. Atau ruang bawah tanah lalu dijadikan masjid.
Tempat wisata di Austria tidak kalah menariknya dengan Menara Eiffel di Prancis. Fajar pernah mengunjungi kota lainnya seperti Linz, Graz, dan Innsbruck. Linz merupakan kota terbesar ketiga di Austria. Sedangkan Graz merupakan kota terbesar kedua setelah Wina. Sedangkan Innsbruck merupakan kota dengan pemandangan yang indah karena terletak di antara dua gunung besar yang merupakan gugusan pegunungan Alpen.
Pusat kota Austria ketika hari Sabtu-Minggu ramai didatangi turis dari Korea dan Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa Austria memiliki daya tarik wisata yang tidak kalah menarik.
Terus, untuk perihal cuaca, Austria merupakan negara dengan empat musim. Namun karena Bumi sedang mengalami perubahan iklim, iklim di Austria juga ikut mengalami perubahan. Terutama musim dingin. Fajar menuturkan bahwa seharusnya di musim dingin, salju turun kurang lebih 3-4 bulan. Namun perubahan iklim tersebut menyebabkan salju turun hanya satu minggu dan setelah itu tidak turun lagi. Musim dingin yang demikian disebut musim dingin hangat.
Untuk makanan, agak susah menemukan makanan halal di Austria. Tapi bukan berarti tidak ditemukan. Di Wina terdapat satu pasar khusus yang namanya pasar Turki. Di pasar itu, semua makanan yang dijual adalah makanan halal. Masalah jajanan, biasanya yang menjual jajanan halal adalah pedagang dari Turki dan Cina. Uniknya, toko-toko yang menjual makanan halal diberi label di depan tokonya bahwa mereka menjual makanan halal.
Tips dan kesan buat kamu
Fajar memberikan tips bagi calon mahasiswa yang ingin kuliah di Austria. Ia sangat menganjurkan calon mahasiswa S1 untuk mulai mempelajari bahasa Jerman dengan baik. Semua kampus menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa Jerman. Untuk S2 dan S3, bahasa yang digunakan relatif bahasa Inggris. Bagi mahasiswa S1, usahakan memiliki sertifikat bahasa Jerman minimal B1/B2.
Mereka yang belum berbahasa Jerman, dianjurkan untuk mengambil kursus persiapan selama kurang lebih satu tahun. Sedangkan jika memiliki sertifikat B1/B2, bisa langsung masuk kuliah sehingga cukup menghemat waktu.
Untuk mahasiswa S3 yang ingin mencari beasiswa, pihak OeAD dan Dikti sudah menyediakan 20 beasiswa setiap tahunnya namun tidak pernah memenuhi kuota. Tips ketiga, misalkan membutuhkan info dari mahasiswa yang sudah di luar negeri, diharapkan untuk mempersiapkan jauh-jauh hari. Tujuannya, agar tidak terburu-buru dan bisa lebih santai.
Kesan Fajar selama kuliah di Austria ada dua pandangan, dari sudut pandang akademis dan sudut pandang kehidupan. Dari sudut pandang akademis, cara pengajaran yang diberikan berbeda. Jarak antara dosen dan mahasiswa cukup dekat tapi tetap memahami posisi satu sama lain. Cara belajar mahasiswanya juga berbeda.
Di Indonesia, mahasiswa cenderung belajar dari buku. Di Austria, metode belajarnya lebih dinamis. Mahasiswa belajar dari hasil riset terbaru dari para peneliti kemudian dianalisis. Dari sudut pandang kehidupan, orang Austria lebih teratur. Misalkan, dari dulu sampai sekarang, kereta tetap digunakan sebagai alat transportasi massal.
Itulah informasi yang kami dapatkan dari Mas Fajar. Buat kamu yang ingin kuliah di Austria, semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Namun sejak adanya beasiswa, mahasiswa yang sedang-sedang saja mampu untuk mengecap pendidikan di luar negeri. Buktinya, ribuan mahasiswa Indonesia bertebaran di luar sana. Di berbagai belahan dunia, pasti terdapat mahasiswa Indonesia. Tak tekecuali di Eropa Barat, lebih tepatnya di Austria. Kali ini tim berkuliah.com telah mewawancarai salah satu mahasiswa di Austria. Namanya Mas Fajar Juang Ekaputra.
Sekilas tentang Fajar
Fajar merupakan salah satu mahasiswa Indonesia yang kuliah di Austria. Pria asal Bandung ini telah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2-nya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia mengambil jurusan Informatika di Universitas Teknologi Wina. Jenjang yang diambil adalah jenjang S3.
Ketika ditanya apakah kesempatan tersebut dari beasiswa atau dana pribadi, dia menjawab bahwa kesempatan tersebut berasal dari beasiwa yang diberikan OeAD. OeAD dapat dikatakan seperti DAAD-nya Jerman, namun OeAD ini untuk Austria, begitu paparnya. OeAD merupakan instansi dari Austria yang mengurus mobilitas internasional dan kerjasama di bidang pendidikan, sains, dan riset.
Fajar sendiri baru pertama kali ke Austria sejak akhir tahun 2012 lalu. Namun dia tidak sendirian. Karena sudah berkeluarga, dia turut serta membawa keluarganya untuk tinggal di apartemen sehingga bisa menemani selama di Austria.
Di Austria, tidak ada peraturan yang membatasi atau tidak memperbolehkan untuk membawa keluarga. Membawa keluarga atau teman dekat bisa menjadi dukungan positif bagi mahasiswa.
Beasiswa versus biaya hidup
Akan tetapi, bagaimana dengan dana beasiswanya? Apakah dana yang diberikan cukup untuk membiayai keluarga yang diajak?
Dia menjelaskan bahwa dana beasiswa yang diberikan sebenarnya hanya cukup untuk satu orang. Jika benar-benar ingin membawa anggota keluarga, maka keluarga yang dibawa menjadi tanggungan pribadi. Tidak termasuk dalam beasiswa. Komponen dana beasiswa yang diberikan berupa gratis biaya kuliah dan juga biaya hidup per bulan.
Biaya hidup di Wina, jika dibandingkan dengan kota lain di Austria relatif standar. Tidak mahal tapi juga tidak begitu murah. Namun, jika dibandingkan dengan negara lain, biaya hidup di Austria termasuk murah. Untuk menambah pemasukan, bisa dilakukan kerja sambilan.
Akan tetapi perlu diingat, tidak semua orang diperbolehkan untuk kerja sambilan, tergantung pada visa yang diambil. Jika visanya mendapat visa student, mahasiswa bisa melakukan kerja sambilan dengan jam kerja maksimal 20 jam per minggu. Namun jika mendapat visa khusus yang tidak memperbolehkan bekerja, mahasiswa tidak bisa mengambil peluang tersebut.
Austria di mata Mas Fajar
Mengenai budaya, Fajar menjelaskan bahwa orang Austria memiliki watak yang unik. Orang Austria merupakan perpaduan antara watak Jerman dan Italia. Jerman cenderung berkarakter kaku, sedangkan Italia santai. Wina sendiri merupakan kota yang ramah karena kotanya lebih internasional sehingga relatif ramah terhadap orang asing.
Yang menjadi kendala bukan pada budaya tapi justru bahasa yang digunakan. Bahasa resmi Austria merupakan bahasa Jerman sehingga kebanyakan orang memakai bahasa Jerman. Toleransi beragama juga tidak ada masalah, tergantung orangnya masing-masing.
Di Austria, bukan hal yang susah jika ingin beribadah di masjid. Di sana terdapat lumayan banyak masjid,
ada masjid Arab, masjid Turki, dan lain-lain. Di sana ada juga lembaga yang mempelajari agama Islam. Lembaga tersebut adalah Vienna Islamic Center.
Yang terkenal dari lembaga ini adalah memiliki masjid sendiri. Masjid yang dibangun seperti masjid Indonesia yang berdiri di atas tanah dengan halaman masjid yang luas. Di atas tanah dimaksudkan benar-benar di atas tanah. Pada umumnya, masjid-masjid di Austria merupakan bekas bangunan apartemen yang sudah tidak dipakai lalu dijadikan masjid. Atau ruang bawah tanah lalu dijadikan masjid.
Tempat wisata di Austria tidak kalah menariknya dengan Menara Eiffel di Prancis. Fajar pernah mengunjungi kota lainnya seperti Linz, Graz, dan Innsbruck. Linz merupakan kota terbesar ketiga di Austria. Sedangkan Graz merupakan kota terbesar kedua setelah Wina. Sedangkan Innsbruck merupakan kota dengan pemandangan yang indah karena terletak di antara dua gunung besar yang merupakan gugusan pegunungan Alpen.
Pusat kota Austria ketika hari Sabtu-Minggu ramai didatangi turis dari Korea dan Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa Austria memiliki daya tarik wisata yang tidak kalah menarik.
Terus, untuk perihal cuaca, Austria merupakan negara dengan empat musim. Namun karena Bumi sedang mengalami perubahan iklim, iklim di Austria juga ikut mengalami perubahan. Terutama musim dingin. Fajar menuturkan bahwa seharusnya di musim dingin, salju turun kurang lebih 3-4 bulan. Namun perubahan iklim tersebut menyebabkan salju turun hanya satu minggu dan setelah itu tidak turun lagi. Musim dingin yang demikian disebut musim dingin hangat.
Untuk makanan, agak susah menemukan makanan halal di Austria. Tapi bukan berarti tidak ditemukan. Di Wina terdapat satu pasar khusus yang namanya pasar Turki. Di pasar itu, semua makanan yang dijual adalah makanan halal. Masalah jajanan, biasanya yang menjual jajanan halal adalah pedagang dari Turki dan Cina. Uniknya, toko-toko yang menjual makanan halal diberi label di depan tokonya bahwa mereka menjual makanan halal.
Tips dan kesan buat kamu
Fajar memberikan tips bagi calon mahasiswa yang ingin kuliah di Austria. Ia sangat menganjurkan calon mahasiswa S1 untuk mulai mempelajari bahasa Jerman dengan baik. Semua kampus menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa Jerman. Untuk S2 dan S3, bahasa yang digunakan relatif bahasa Inggris. Bagi mahasiswa S1, usahakan memiliki sertifikat bahasa Jerman minimal B1/B2.
Mereka yang belum berbahasa Jerman, dianjurkan untuk mengambil kursus persiapan selama kurang lebih satu tahun. Sedangkan jika memiliki sertifikat B1/B2, bisa langsung masuk kuliah sehingga cukup menghemat waktu.
Untuk mahasiswa S3 yang ingin mencari beasiswa, pihak OeAD dan Dikti sudah menyediakan 20 beasiswa setiap tahunnya namun tidak pernah memenuhi kuota. Tips ketiga, misalkan membutuhkan info dari mahasiswa yang sudah di luar negeri, diharapkan untuk mempersiapkan jauh-jauh hari. Tujuannya, agar tidak terburu-buru dan bisa lebih santai.
Kesan Fajar selama kuliah di Austria ada dua pandangan, dari sudut pandang akademis dan sudut pandang kehidupan. Dari sudut pandang akademis, cara pengajaran yang diberikan berbeda. Jarak antara dosen dan mahasiswa cukup dekat tapi tetap memahami posisi satu sama lain. Cara belajar mahasiswanya juga berbeda.
Di Indonesia, mahasiswa cenderung belajar dari buku. Di Austria, metode belajarnya lebih dinamis. Mahasiswa belajar dari hasil riset terbaru dari para peneliti kemudian dianalisis. Dari sudut pandang kehidupan, orang Austria lebih teratur. Misalkan, dari dulu sampai sekarang, kereta tetap digunakan sebagai alat transportasi massal.
Itulah informasi yang kami dapatkan dari Mas Fajar. Buat kamu yang ingin kuliah di Austria, semoga informasi ini bisa bermanfaat.