Kuliah di Jepang itu gimana sih? Enak nggak sih? Susah nggak sih? Pasti pertanyaan itu yang akan muncul ketika mendengar nama negara ini dis...
Kuliah di Jepang itu gimana sih? Enak nggak sih? Susah nggak sih? Pasti pertanyaan itu yang akan muncul ketika mendengar nama negara ini disebutkan. Perbedayaan bahasa menjadi kendala tersendiri bagi negara-negara non Asia Timur. Tidak semua orang mengatakan bahwa kuliah di Jepang itu enak. Tidak semua orang mengatakn kuliah di Jepang itu susah. Lalu seperti apa faktanya? Inilah beberapa hal yang diungkapkan oleh Rodiyan.
Biaya hidup yang tinggi
Menurut Rodiyan, kuliah di Jepang mempunyai banyak sisi yang tidak menyenangkan untuk dijalani. Butuh biaya banyak untuk hidup di sana karena kegiatan yang gratis hanya bernafas, begitu candanya. Biaya kuliah untuk gelar S1, S2 dan S3 di universitas negeri rata-rata mencapai Rp 5 juta sebulan, jika kuliah ditempuh selama setahun maka membutuhkan Rp 60 juta. Biaya hidup normal rata-rata sebulan mencapai Rp 10 juta di seluruh Jepang. Uang dan kemampuan finasial sangat berpengaruh untuk dapat bertahan hidup di Jepang.
Mencari uang tambahan bisa dilakukan melalui pinjaman, meminta orang tua atau mencari beasiswa. Banyak beasiswa bisa didapatkan dengan mencari informasi di internet.
Kuliah di Jepang juga sangat berat karena hampir semua standar kelulusan tergantung dengan kemampuan berbahasa Jepang. Tingkat pendidikan S2 dan S3 saat ini sudah mulai merambah tingkat internasional. Salah satu tandanya adalah dengan adanya diskusi bahasa Inggris dalam perkuliahan. Meskipun demikian, bahasa Jepang sangat mutlak dibutuhkan untuk bertahan hidup. Bahasa Jepang bisa dipelajari setelah tiba di sana namun sebaiknya melakukan persiapan kursus dulu selagi di Indonesia masih sempat.
Secara umum, ujian masuk universitas menggunakan bahasa Jepang. Namun apabila mendapatkan beasiswa internasional, persiapan bahasa Jepang tidak terlalu dipentingkan. Hampir seluruh tulisan di Jepang menggunakan huruf Kanji, jadi kemampuan membaca dan menulis huruf Kanji dapat sangat membantu di kehidupan sehari-hari.
Harus ikut kata dosen
Rodiyan menekankan bahwa persiapan mental yang tinggi sangat dibutuhkan untuk dapat hidup di Jepang karena negara ini terkenal memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Dosen pembimbing kuliah di Jepang mempunyai kewenangan mutlak, jadi jangan sampai berseberangan dengan mereka karena mahasiswa tidak bisa lulus tanpa persetujuan dosen. Riset yang bagus juga dipentingkan untuk lulus, tapi mahasiswa tetap harus mengikuti kata-kata dosen.
Banyaknya beasiswa
Meskipun ada banyak hal yang berat selama kuliah di Jepang, hal-hal positif yang bisa didapatkan jauh lebih banyak. Beasiswa Jepang tergolong lebih bagus jika dibandingkan dengan negara lain, terutama bagi mahasiswa S1 yang belum menikah. Bantuan biaya dari beasiswa Monbukagakusho tiap bulan sekitar Rp 11-12 juta per bulan dan biaya kuliah gratis. Masih ada kelebihan Rp 2 juta untuk biaya hidup per bulan. Jika menerapkan gaya hidup hemat dan kerja part-time, akan ada uang tambahan yang dapat membiayai keluarga di Indonesia.
Apabila mau belajar sungguh-sungguh, kuliah di Jepang juga dapat membantu memperlancar bahasa Jepang dan Inggris. Dengan kemampuan berbagai bahasa, mahasiswa asing dapat memilih bekerja part-time di bidang yang menguntungkan seperti menjadi penerjemah bagi para pebisnis, orang-orang pemerintahan atau pedagang. Dengan bekerja sebagai penerjemah, ada banyak ilmu dan wawasan baru yang bisa didapat secara cuma-cuma. Dari segi pendapatan, pekerjaan part-time penerjemah juga jauh lebih menguntungkan daripada kerja part-time lain yang hanya mengandalkan tenaga fisik seperti menjadi jadi tukang sapu, buruh bangunan dan lain-lain.
Upah Minimum Regional (UMR) untuk kerja part-time di Jepang adalah Rp 90 ribu per jam. Jika bekerja seharian maka upahnya bisa mencapai Rp 700 ribu per hari. Sedangkan jika bekerja menjadi penerjemah, upah yang didapatkan bisa mencapai Rp 2 juta per hari dengan kerja yang tidak terlalu melelahkan dan bisa mendapat berbagai tambahan ilmu baru.
Walaupun kuliah di Jepang termasuk sulit karena banyak kendala bahasa dan ketentuan dosen, ada banyak kelebihan yang bisa diperoleh jika bekerja di sana. Kelebihan tersebut antara lain adalah kemampuan finansial untuk membiayai keluarga di Indonesia dan kemampuan naik haji hanya dalam kurun waktu kerja 1 tahun tanpa harus antri 10-20 tahun seperti di Indonesia.
Bagaimana? Tentu semakin tertarik bukan untuk kuliah di Jepang? Tidak usah khawatir mengenai perbedaan budaya dan bahasa. Pastinya akan banyak teman dan keluarga baru yang bersedia membantu.
Biaya hidup yang tinggi
Menurut Rodiyan, kuliah di Jepang mempunyai banyak sisi yang tidak menyenangkan untuk dijalani. Butuh biaya banyak untuk hidup di sana karena kegiatan yang gratis hanya bernafas, begitu candanya. Biaya kuliah untuk gelar S1, S2 dan S3 di universitas negeri rata-rata mencapai Rp 5 juta sebulan, jika kuliah ditempuh selama setahun maka membutuhkan Rp 60 juta. Biaya hidup normal rata-rata sebulan mencapai Rp 10 juta di seluruh Jepang. Uang dan kemampuan finasial sangat berpengaruh untuk dapat bertahan hidup di Jepang.
Mencari uang tambahan bisa dilakukan melalui pinjaman, meminta orang tua atau mencari beasiswa. Banyak beasiswa bisa didapatkan dengan mencari informasi di internet.
Kuliah di Jepang juga sangat berat karena hampir semua standar kelulusan tergantung dengan kemampuan berbahasa Jepang. Tingkat pendidikan S2 dan S3 saat ini sudah mulai merambah tingkat internasional. Salah satu tandanya adalah dengan adanya diskusi bahasa Inggris dalam perkuliahan. Meskipun demikian, bahasa Jepang sangat mutlak dibutuhkan untuk bertahan hidup. Bahasa Jepang bisa dipelajari setelah tiba di sana namun sebaiknya melakukan persiapan kursus dulu selagi di Indonesia masih sempat.
Secara umum, ujian masuk universitas menggunakan bahasa Jepang. Namun apabila mendapatkan beasiswa internasional, persiapan bahasa Jepang tidak terlalu dipentingkan. Hampir seluruh tulisan di Jepang menggunakan huruf Kanji, jadi kemampuan membaca dan menulis huruf Kanji dapat sangat membantu di kehidupan sehari-hari.
Harus ikut kata dosen
Rodiyan menekankan bahwa persiapan mental yang tinggi sangat dibutuhkan untuk dapat hidup di Jepang karena negara ini terkenal memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Dosen pembimbing kuliah di Jepang mempunyai kewenangan mutlak, jadi jangan sampai berseberangan dengan mereka karena mahasiswa tidak bisa lulus tanpa persetujuan dosen. Riset yang bagus juga dipentingkan untuk lulus, tapi mahasiswa tetap harus mengikuti kata-kata dosen.
Banyaknya beasiswa
Meskipun ada banyak hal yang berat selama kuliah di Jepang, hal-hal positif yang bisa didapatkan jauh lebih banyak. Beasiswa Jepang tergolong lebih bagus jika dibandingkan dengan negara lain, terutama bagi mahasiswa S1 yang belum menikah. Bantuan biaya dari beasiswa Monbukagakusho tiap bulan sekitar Rp 11-12 juta per bulan dan biaya kuliah gratis. Masih ada kelebihan Rp 2 juta untuk biaya hidup per bulan. Jika menerapkan gaya hidup hemat dan kerja part-time, akan ada uang tambahan yang dapat membiayai keluarga di Indonesia.
Apabila mau belajar sungguh-sungguh, kuliah di Jepang juga dapat membantu memperlancar bahasa Jepang dan Inggris. Dengan kemampuan berbagai bahasa, mahasiswa asing dapat memilih bekerja part-time di bidang yang menguntungkan seperti menjadi penerjemah bagi para pebisnis, orang-orang pemerintahan atau pedagang. Dengan bekerja sebagai penerjemah, ada banyak ilmu dan wawasan baru yang bisa didapat secara cuma-cuma. Dari segi pendapatan, pekerjaan part-time penerjemah juga jauh lebih menguntungkan daripada kerja part-time lain yang hanya mengandalkan tenaga fisik seperti menjadi jadi tukang sapu, buruh bangunan dan lain-lain.
Upah Minimum Regional (UMR) untuk kerja part-time di Jepang adalah Rp 90 ribu per jam. Jika bekerja seharian maka upahnya bisa mencapai Rp 700 ribu per hari. Sedangkan jika bekerja menjadi penerjemah, upah yang didapatkan bisa mencapai Rp 2 juta per hari dengan kerja yang tidak terlalu melelahkan dan bisa mendapat berbagai tambahan ilmu baru.
Walaupun kuliah di Jepang termasuk sulit karena banyak kendala bahasa dan ketentuan dosen, ada banyak kelebihan yang bisa diperoleh jika bekerja di sana. Kelebihan tersebut antara lain adalah kemampuan finansial untuk membiayai keluarga di Indonesia dan kemampuan naik haji hanya dalam kurun waktu kerja 1 tahun tanpa harus antri 10-20 tahun seperti di Indonesia.
Bagaimana? Tentu semakin tertarik bukan untuk kuliah di Jepang? Tidak usah khawatir mengenai perbedaan budaya dan bahasa. Pastinya akan banyak teman dan keluarga baru yang bersedia membantu.