Banyak orang yang ingin kuliah atau melanjutkan studinya di luar negeri, termasuk kamu, barangkali. Dengan memutuskan atau berkeinginan unt...
Banyak orang yang ingin kuliah atau melanjutkan studinya di luar negeri, termasuk kamu, barangkali. Dengan memutuskan atau berkeinginan untuk kuliah atau melanjutkan studi di luar negeri, kamu pasti sudah atau akan menjelajahi internet untuk mencari kepastian dan terutama meyakinkan diri sendiri mengenai hal itu. Kuliah di luar negeri memang dapat menghasilkan banyak manfaat. Manfaat tersebut, misalnya kamu semakin mandiri, semakin lancar berbahasa asing, memiliki pemikiran yang lebih terbuka dan cerdas karena menemui berbagai budaya yang berbeda, atau kamu dapat memiliki kompetensi internasional ketika bekerja nanti.
Akan tetapi, sadarkah kamu bahwa kuliah atau melanjutkan studi di luar negeri juga memiliki sisi negatif? Jika belum tahu, kamu tampaknya sangat cocok untuk membaca artikel ini. Berikut ini adalah beberapa risiko yang barangkali akan kamu dapatkan ketika kuliah atau melanjutkan studi di luar negeri.
1. Ijazah harus disetarakan
Benar, salah satu hal yang tentunya akan amat kamu sayangkan adalah bahwa ijazah yang akan kamu dapat di universitas di luar negeri harus disetarakan dengan yang ada di Indonesia. Ijazah atau gelar asing yang akan kamu dapat tentunya akan dievaluasi. Dengan demikian, gelar asing yang telah didapatkan tidak secara otomatis akan berlaku di Indonesia setelah lulus. Setelah lulus, masih harus menjalani langkah-langkah tertentu agar ijazah atau gelar asing yang telah dimiliki dapat dievaluasi sehingga dinyatakan setara dengan pendidikan yang ada di Indonesia. Merepotkan? Memang akan begitu adanya!
2. Belajar di luar negeri sering disalahartikan sebagai kegiatan bersenang-senang
Orang lain, bahkan teman atau saudara sendiri, barangkali menganggap bahwa kuliah di luar negeri sama artinya dengan bersenang-senang atau bertamasya. Pemikiran seperti itu sangat menyebalkan, bukan? Apa lagi jika mendapatkan sindiran secara langsung mengenai hal itu. Hal menyebalkan seperti itu mungkin akan terjadi dan membuat terganggu.
Bahkan, lebih parahnya lagi, hal seperti itu mungkin saja akan membuat putus asa dan tidak bersemangat lagi untuk berkuliah di luar negeri. Akan tetapi, akan sampai kapan terus terganggu dengan hal seperti itu? Persepsi dan perkataan orang lain tentu saja tidak dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan yang diinginkan atau sukai. Yang dapat dilakukan adalah membiarkannya masuk dari telinga kiri dan keluar melalui telinga kanan, atau sebaliknya.
Kamu mungkin akan sekali-kali belajar di tempat yang memiliki pemandangan indah dan menyenangkan, tetapi tentu saja tidak akan duduk bersantai di pantai sambil meminum segelas jus jeruk segar atau berjemur seharian, bukan? Kamu tentu saja akan banyak belajar dan tentu saja berjuang keras demi dapat beradaptasi di sana.
Belajar dan beradaptasi tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan, bahkan akibat buruknya adalah dapat terkena stres. Meskipun belajar dan berusaha keras beradaptasi tampaknya begitu jauh dari bersenang-senang atau bertamasya, orang lain mungkin tidak akan berpikir sampai kepada hal itu. Mereka akan tetap pada pemikirannya yang mengira berkuliah di luar negeri sama dengan bersenang-senang.
Kembali kepada dirimu sendiri. Apakah akan tetap mendengarkan persepsi orang lain yang tentunya menyebalkan itu, atau memlih untuk tidak menghiraukannya? Benar, lebih baik memilih untuk tidak menghiraukannya dan melakukan hal-hal lain yang lebih berguna. Di sana tentunya akan banyak disibukkan dengan kegiatan beradaptasi, belajar, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Ingatlah tujuan utamamu, yaitu untuk menimba ilmu, dengan menyenangkan tentunya, di luar negeri.
3. Culture shock
Sebagian orang mengalami hal ini ketika pertama kali menjajakan kaki di luar negeri untuk melanjutkan studi atau berkuliah. Barangkali hal ini juga akan terjadi pada dirimu. Kamu akan mengalami culture shock atau keadaan sangat terkejut ketika mendapati kebudayaan di negara tempat berkuliah yang sangat berbeda dengan budaya di Indonesia.
Gejala yang muncul terkait culture shock ini adalah depresi, merasa kesepian secara terus-menerus, dan homesick atau rindu yang meledak-ledak untuk pulang ke rumah. Akan tetapi, jangan khawatir, hal ini tentu hanya akan berlangsung dalam jangka waktu yang tidak lama. Untuk menghilangkannya, sibukkan diri untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan atau sekadar banyak berkomunikasi dengan teman-teman baru di sana.
4. Memerlukan waktu kembali beradaptasi di negara asal
Selain culture shock yang baru saja kamu baca, ada pula reverse-culture shock. Apakah maksud atau arti dari reverse-culture shock itu? Reverse-culture shock adalah keadaan yang sama seperti culture shock, namun terjadi di negara asalmu, tepatnya di Indonesia, ketika kamu pulang nantinya! Reverse-culture shock merupakan keterkejutan terhadap budaya yang ada di Indonesia ketika pulang dari berkuliah di luar negeri. Mengapa hal seperti itu dapat terjadi?
Kamu tentunya telah terbiasa dengan kebiasaan dan budaya di negara tempat berkuliah. Kemudian, ketika pulang ke Indonesia, kamu pun akan merasa keheranan dan bahkan shock karena budayanya yang begitu berbeda. Maka, setelah kembali ke Indonesia, tentu akan membutuhkan waktu untuk kembali beradaptasi dengan budaya di Indonesia. Melelahkan? Memang! Akan tetapi, hal ini tentunya tidak akan menyurutkan niat untuk berkuliah di luar negeri.
5. Kehilangan teman dan sahabat di negara asal
Dengan berkuliah atau melanjutkan studi di luar negeri, pasti akan mendapatkan banyak kenalan dan teman baru. Dengan kata lain, kontak dan jaringan yang dimiliki pun akan semakin banyak dan luas. Hal itu tentunya akan sangat menyenangkan. Teman-teman baru dan, barangkali, dosen serta profesor yang dikenal di negara itu akan sangat membantu kamu dalam belajar dan menjalani hidup di sana.
Akan tetapi, tentunya akan kehilangan pula banyak kontak dan jaringan yang sudah dibangun di negara asalmu, Indonesia. Kini menyimpan kontak dan mempertahankan jaringan memang sudah menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Namun, percayalah, tetap saja akan kehilangan banyak kontak dan jaringan. Tentu akan banyak halangan yang muncul sehingga tidak lagi dapat memiliki seluruh kontak dan jaringan tersebut.
Hal yang buruk barangkali akan terjadi ketika kembali ke negara asalmu, Indonesia. Kontak-kontak yang tidak lagi dimiliki kemudian menjadi penghambat dalam beradaptasi di Indonesia. Kamu tentunya akan kesulitan untuk berhubungan kembali dengan teman-teman dan kenalan. Lebih buruk dari itu, barangkali tidak lagi menemukan cara untuk menghubungi orang-orang yang dapat membantu memperoleh pekerjaan di Indonesia. Kamu tentunya sangat membutuhkan rekomendasi lokal atau bantuan lainnya dari beberapa orang di Indonesia agar berhasil memperoleh pekerjaan yang baik dan sesuai dengan keinginan, bukan?
Berkuliah atau melanjutkan studi di luar negeri tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Kini kamu telah mengetahui kekurangan atau risiko apa saja dari berkuliah di luar negeri. Meskipun demikian, kamu hendaknya tetap meyakinkan diri sendiri dan fokus kepada tujuan yang sebenarnya, yaitu untuk menimba ilmu dengan lebih baik di luar negeri.