Kisah ini datang dari seorang mahasiswa Prancis asal jakarta bernama Abdusy Syarif. Di Prancis, dia tinggal di kota Colmar. Colmar merupa...
Kisah ini datang dari seorang mahasiswa Prancis asal jakarta bernama Abdusy Syarif. Di Prancis, dia tinggal di kota Colmar. Colmar merupakan kota di bagian timur laut Prancis. Bangunan-bangunan tua di sini masih terawat dengan baik. Kota ini merupakan salah satu kota yang paling kering di Prancis. Ingin tahu bagaimana pengalaman Mas Syarif selama di sini? Yuk simak kisahnya.
1) Mohon diceritakan profil singkat Anda Mas Syarif?
Nama Lengkap saya Abdusy Syarif. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Universite de Haute Alsace mengambil jurusan informatika. Saya dari Jakarta dan merupakan angkatan 2012 di program S3 ini. Saya kuliah di sini dari dana beasiswa.
2) Saat memilih tempat kuliah, Anda memilih berdasarkan negaranya dulu, berdasarkan jurusannya dulu, atau hal lain? Bisa diceritakan alasannya?
Awalnya berdasarkan negara, lalu mencari universitas, dan selanjutnya jurusan.
Cerita lebih panjang bisa dilihat pada blog saya disini.
3) Bisa diceritakan secara detail, tentang biaya hidup di Prancis terutama di daerah Anda tinggal? Mulai dari biaya makan, transportasi, dan akomodasi.
Saya tinggal di kota Colmar, propinsi Alsace, yaitu daerah bagian Timur Prancis dekat perbatasan Jerman dan Swiss. Dengan beasiswa dari DIKTI sebesar 1000 Euro/bulan, mungkin untuk hidup sendiri bisa dikatakan cukup, namun tidak untuk keluarga. Di Prancis, semua pelajar yang tinggal di asrama pelajar, berukuran antara 18-40 meter persegi, dengan biaya sewa sekitar 200-360 euro, akan mendapatkan subsidi dari pemerintah Prancis sekitar 40-60% dari harga sewa. Sedangkan untuk biaya makan, rata-rata untuk makan di restoran kampus sekitar 3,10 Euro untuk sekali makan siang dengan menggunakan kartu pelajar yang bisa diisi dengan uang layaknya kartu ATM. Saran saya untuk lebih menghemat pengeluaran, sebaiknya makan dengan masak sendiri.
Untuk transportasi, di Colmar dengan bus, harus merogoh kocek 1,30 Euro untuk tiket sekali jalan, namun tiket tersebut berlaku selama 1 jam dan dapat berganti bus tanpa membeli tiket baru. Atau untuk hematnya, sebaiknya membeli tiket berlangganan seharga 16,60 Euro/bulan. Dengan kartu berlangganan bus ini, bisa digunakan pada semua jalur bus di kota tanpa batas sepanjang hari dalam sebulan. Sama halnya untuk transportasi kereta.
Sebagai mahasiswa, tentunya kita butuh alat komunikasi. Untuk biaya komunikasi bisa dibilang sangat murah. Untuk bisa telpon dan SMS unlimited (untuk semua telepon tujuan Prancis dan negara-negara jajahan Prancis) kita hanya berlangganan 2 Euro perbulan. Sedangkan untuk tambahan koneksi data unlimited kita bisa ambil paket berlangganan sekitar 20 Euro per bulan dengan koneksi yang sangat cepat.
Untuk biaya listrik, bisa dikatakan murah, karena Prancis menggunakan tenaga nuklir. Rata-rata untuk sebulan sekitar 10-15 Euro, tergantung konsumsi listrik. Konsumsi air dan gas untuk mesin pemanas (heater), tergantung pengelola asrama. Ada yang kolektif ada pula yang pribadi. Biasanya biaya ini dibebankan pada uang sewa asrama (apartemen) tiap bulannya. Tentunya yang kolektif lebih murah dibanding yang pribadi.
4) Pernahkan Anda mengalami culture shock di negara tersebut? Kalau iya, bisa diceritakan? Atau pengamalan yang paling berkesan selama kuliah disana?
Culture shock pasti akan dialami hampir semua pelajar di luar negeri. Apalagi bahasa Prancis yg cukup sulit bagi pemula. Seringkali saya salah dalam mengucapkan (pronounce), sehingga lawan bicara tidak mengerti dan bahkan bisa salah paham. Sehingga saya harus mengucapkannya berkali-kali hingga lawan bicara mengerti maksud saya.
Pada awal datang, saya membuka rekening bank untuk keperluan selama di Prancis. Saya datang langsung ke bank dengan maksud membuka rekening di bagian pelayanan. Tapi ternyata bank di Prancis tidak seperti pelayanan bank di Indonesia. Saya tidak bisa langsung bertemu dengan pelayanan konsumen (Costumer Service), melainkan harus membuat janji terlebih dahulu. Akhirnya saya pun membuat janji dan diminta datang keesokan harinya. Jadi di Prancis, jika ingin bertemu dengan bagian pelayanan bank, dokter umum, dokter gigi, dan lain-lain, semua harus dengan membuat janji terlebih dahulu.
5) Tips untuk pelajar Indonesia yang ingin kuliah di kampus Anda?
Untuk program S3 tidak terlalu sulit. setelah kita mendapatkan 'Letter of Acceptance’ (LoA) dari Profesor, kita perlu melampirkan formulir pendaftaran tahun pertama dengan melengkapi data-data yang diperlukan. Lalu profesor (kepala laboratorium) menandatanganinya dan dikirim ke bagian pusat pendaftaran (Masion Etudiant).
Selanjutnya kita akan mendapatkan konfirmasi dan akan dibuatkan janji untuk menyelesaiakan proses pendaftaran. Setelah membayar biaya administrasi, kita akan difoto untuk mendapatkan kartu mahasiswa. Kita bisa mendapakan kartu budaya (Cart Culturel) yang bermanfaat untuk mahasiswa yang ingin mengeksplorasi tempat-tempat seperti tempat olahraga, museum dan semua pusat budaya di Prancis dengan potongan harga khusus mahasiswa.
Itulah tadi sepenggal cerita mengenai Prancis. Tentu banyak kota menarik lainnya selain Paris bukan? Sungguh suatu pelajaran berharga dan kebanggan tersendiri bisa belajar di negeri orang sebagai pejuang beasiswa. Kini pendanaan bukan lagi menjadi hambatan utama untuk bisa ke luar negeri. Seribu satu beasiswa sudah ditawarkan. Tinggal bagaimana niat dan tekad yang dimiliki.