Prancis merupakan salah satu negara yang layak untuk dikunjungi. Dari banyak segi, negara ini memiliki kelebihannya dibanding dengan negara...
Prancis merupakan salah satu negara yang layak untuk dikunjungi. Dari banyak segi, negara ini memiliki kelebihannya dibanding dengan negara lainnya. Dari bidang seni, Prancis merupakan salah satu pusat kesenian di Eropa. Dari bidang fashion, negara ini sering disebut sebagai kiblat fashion dunia. Dari bidang pendidikan, tidak kalah pula bagusnya. Ingin tahu cerita lebih banyak mengenai Prancis? Yuk simak penuturan berikut ini dari Mbak Fadhilah Muslim.
1) Mohon diceritakan profil singkat Anda Mbak Fadhilah?
Nama saya Fadhilah Muslim. Saya dilahirkan di Bandar Lampung, 23 tahun yang lalu. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di S3, Concrete Durability Group, Civil Engineering and Environmental Engineering Department, Imperial College London dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sebelumnya, saya mendapat gelar S2 dari Material Sciences for Sustainable Construction, Civil and Mechanical Engineering Department, Ecole des Ponts ParisTech (ENPC), Prancis di tahun 2013. Gelar S1 saya peroleh dari Teknik Sipil, Universitas Indonesia, di tahun 2012.
2) Saat memilih tempat kuliah, Anda memilih berdasarkan negaranya dulu, berdasarkan jurusannya dulu, atau hal lain? Bisa diceritakan alasannya?
Ketika saya mengikuti program S2 (master) di Prancis, kebetulan hal yang pertama kali confirmed kepada saya adalah terkait beasiswa, dimana saya mendapatkan tawaran dari jurusan saya di UI untuk bisa melanjutkan program S2 dengan beasiswa DIKTI dan BGF dalam program Double Degree Indonesia Prancis (DDIP-DIKTI). Ditambah lagi dengan pengalaman dari mayoritas dosen struktur (teknik sipil) di FTUI bahwa mereka mayoritas berasal dari lulusan di Prancis, sehingga memantapkan hati saya bahwa jurusan teknik sipil memang sangat menjanjikan dan berkualitas di Prancis.
Dengan penuh keyakinan saya pun serius mengikuti program ini dimana saya juga tergabung dalam program fasttrack di FTUI dimana tahun ke empat saya S1 sekaligus menjadi tahun pertama saya S2. Dengan kata lain di Prancis seolah-olah menjadi tahun kedua master saya.
Ketika tawaran ini saya terima, saya pun memasang target untuk bisa diterima di kampus terbaik di Prancis untuk jurusan teknik sipil. Kenapa harus terbaik? Alasan yang sama ketika kenapa mayoritas mahasiswa Indonesia ingin diterima di UI, ITB, UGM, dan lainnya, yaitu untuk mendapatkan yang terbaik juga baik dari segi ilmu maupun pengalaman.
Melalui pencarian panjang akan informasi dari berbagai kampus yang menyediakan jurusan teknik sipil, terutama program master terkait material struktur, baik melalui website maupun diskusi dengan dosen di sipil FTUI, akhirnya saya pun memasang target untuk bisa diterima dan menempuh pendidikan di ENPC, sebagai bapaknya teknik sipil di Prancis, dimana lulusan kampus ini terkenal sebagai berkualitas tinggi dan diburu oleh banyak industri dan perusahan di dunia. Saya pun memilih jurusan “Material Sciences for Sustainable Construction”, dikarenakan sesuai dengan ketertarikan dan minat saya pada material struktur yaitu beton.
3) Bisa diceritakan secara detail, tentang biaya hidup di Perancis terutama di daerah Anda tinggal? Mulai dari biaya makan, transportasi, dan akomodasi.
Sebenarnya kampus saya berada dalam wilayah Ille de France, atau berada di zone 4 Paris. Pun untuk akomodasi, saya pun tinggal tepat berhadapan dengan kampus saya, yaitu di daerah Champs-sur-marne. Satu hal yang menarik di Prancis bahwa untuk biaya sewa akomodasi untuk mahasiswa akan diberikan potongan atau disebut CAF sebesar hingga 70%, tergantung dari apakah mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa atau self-funding. Dengan adanya CAF ini, biaya sewa akomodasi yang awalnya 400 euros per bulan, saya pun hanya membayar sekitar 170 euros saja per bulan. Murah bukan?
Untuk transportasi, walaupun kampus dan akomodasi saya terletak berhadapan, saya pun tetap membeli paket transportasi yaitu zone 3-4 sebesar 36 euros tiap bulan. Sebenarnya alasan utama saya memberi kartu transportasi dikarenakan keuntungan yang ditawarkan bagi pemilik kartu ini dimana untuk hari libur, seperti sabtu dan minggu dan hari libur lainnya, bisa digunakan gratis untuk semua zone, yaitu zone 1-5. Dikarenakan banyaknya kegiatan PPI dan KBRI di hari libur ini yang biasanya diadakan di zone 1, dan pun keinginan saya yang tidak ingin melewatkan hari libur saya untuk menjelajah Paris dan sekitarnya, maka saya pun membeli kartu ini.
Untuk biaya makan sebenarnya tidak terlalu mahal, biasa saja. Tapi kalau dikonversi ke nilai rupiah, tentu mahal, toh 1 euro pada saat itu sekitar Rp.13.000,- dan biasanya untuk biaya sekali makan siang di kantin kampus dikenai sekitar 4-5 euros, dan makanan Indonesia yang dijual di KBRI, seperti nasi padang, soto nasi, sate, pecel, dll, satu kotak makanan dikenai 6.5 euros. Sementara untuk satu potong baguette sebagai roti khas prancis, dikenai 1 euro. Namun tentu tips cara berhemat yang paling ampuh adalah masak sendiri di rumah. Hampir semua bahan makanan yang ada di Indonesia juga tersedia di Prancis.
Jika ingin belanja kebutuhan sehari-hari, bisa ke belanja di Carrefour, dan beruntungnya ada slot khusus daging halal disini, sementara kalau ingin belanja bahan makanan yang Asiatik, di Paris sendiri ada beberapa toko Asia dan lumayan besar dan tentunya lengkap. Makanan seperti indomie bisa dibeli di toko India yang harganya 0.40 per satuan. Untuk menikmati makanan halal berkelas di Paris juga jangan khawatir, karena disana juga banyak kita temukan restaurant halal yang terkenal dan harganya relatif terjangkau.
4) Pernahkan Anda mengalami culture shock di negara tersebut? Kalau iya, bisa diceritakan? Atau pengamalan yang paling berkesan selama kuliah disana?
Satu hal kebiasaan penduduk Prancis yang dikenal sebagai kebudayaan disini adalah dalam hal menyapa sesama teman baik berpapasan di jalan maupun pada saat berpisah ketika selesai perkuliahan adalah budaya salam dengan diikuti cipika cipiki. Satu kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan di Indonesia kepada lawan jenis. Lantas bagaimana dengan saya selama di Prancis? Yap, dengan berpegang teguh akan prinsip islam yang saya pegang, maka Alhamdulillah sampai akhir hidup di Prancis, saya pun bisa tidak membiasakan kebiasaan ini.
Dan tanda tanya pun muncul tiba-tiba oleh teman cowok saya yang berkewarnganegaraan Kamerun yang menanyakan alasan saya tidak pernah mau cipika cipiki. Dua jam diskusi panjang saya dengan dia membahas tentang hal ini dan satu hal yang saya ingat dari ucapannya yaitu mengatakan bahwa saya tidak boleh bersikap seperti ini, karena hal ini bisa membuat presepsi orang lain ke saya menjadi buruk dimana mereka akan mengganggap saya anti sosial dan mereka akan tidak suka dengan saya dan cenderung menjauh.
Alhamdulillah hal itu pun tidak terjadi pada saya, hubungan saya dengan semua teman-teman saya baik-baik saja, dan saya pun melihat bahwa mereka sudah menerima alasan saya kenapa tidak mau cipika cipiki dengan lawan jenis.
5) Tips untuk pelajar Indonesia yang ingin kuliah di kampus Anda?
Menurut saya, dimanapun rekan-rekan ingin melanjutkan kuliah, terutama S2 di luar negeri, itu bukan hanya tentang satu perkara saja, akan tetapi mempertimbangkan banyak hal dan saling berhubungan satu sama lainnya.
Pertama, tentukan jurusan atau materi atau ilmu yang Anda ingin kuasai berdasarkan ketertarikan dan bakat Anda. Hal ini tentu akan mempermudah diri sendiri ketika menempuh studi tersebut.
Kedua, pilihlah Negara dan Kota yang sesuai dengan keinginan Anda dan cocok dengan gaya hidup Anda. Perhatikan dan persiapkan juga tentang bahasa di Negara tersebut. Seperti saya di Prancis, maka sebelum berangkat ke Prancis saya pun mengikuti kursus intensif bahasa Prancis selama satu tahun dan modal ini adalah modal yang sangat penting untuk kita dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di Negara yang bukan berbahasa Inggris.
Ketiga, persiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan oleh kampus dimana kita mendaftar, terutama persyaratan akademis dan bahasa. Jika kita mendaftar di kampus dimana persyaratannya saja kita tidak terpenuhi, maka alangkah baiknya untuk mempersiapkan semua persyaratan yang diminta, sebelum melakukan pendaftaran.
Keempat, masalah beasiswa atau funding merupakan hal yang sangat penting untuk studi di luar negeri. Pastikan bahwa kita telah terdaftar sebagai penerima beasiswa tertentu sehingga hidup kita pun lebih terjamin dan ini menjadi point lebih untuk kita diterima di kampus tersebut.
Kelima, mendaftarlah ke tidak hanya satu perguruan tinggi saja, tapi ke beberapa kampus dengan jurusan yang ditawaran sama atau hampir sama. Ketika mendaftar ini, jangan lupa untuk mengirimkan email kepada penanggung jawab di jurusan Anda dengan menunjukkan bahwa Anda tertarik untuk mendaftar di jurusannya dan berharap beliau memberikan penjelasan kepada kita bagaimana prosedur pendaftarannya.
Lantas pertanyaannya, apakah kuliah engineering di Prancis itu susah? Menurut saya tentu tergantung individu dan jurusan yang diambil. Dan berdasarkan pengalaman saya, saya pun merasakan bahwa basic ilmu engineering saya sangat lemah. Sehingga saya pun harus belajar mati-matian untuk bisa mengerti pelajaran di kelas dan tentunya agar bisa lulus kuliah dengan nilai yang memuaskan.
Jika gaya belajar kita menyamai teman-teman sekelas kita yang berasal dari Prancis maka jangan harap nilai kita bisa lebih bagus dari mereka, karena untuk mahasiswa Prancis sendiri yang bisa masuk ke “Ecole” harus sudah mengikuti kuliah di “Ecole Preparation” selama dua tahun dan disanalah mereka belajar keras untuk menguasai ilmu basic engineering ini, sehingga ketika kuliah master, mereka terlihat seakan-akan sangat mudah memahami setiap kuliah yang diajarkan.
Dan terakhir yang selalu menjadi prinsip saya : “Bermimpilah dengan niat yang baik, berusahalah dengan keras, dan berdoalah dengan khusyuk dan ikhlas. Maka apapun hasilnya, itulah yang terbaik untuk kita”.