Malaysia adalah negeri yang berbatasan langsung dengan Indonesia tepatnya di Pulau Kalimantan. Penduduk Malaysia sendiri terdiri dari pen...
Malaysia adalah negeri yang berbatasan langsung dengan Indonesia tepatnya di Pulau Kalimantan. Penduduk Malaysia sendiri terdiri dari penduduk melayu yaitu penduduk asli, pendatang dari India, Arab, keturunan Cina dan Indonesia. Jadi, jangan heran bila berpergian ke Malaysia kalian akan mendapati banyak ras Asia.
Mayoritas agama penduduknya adalah Islam. Meski Malaysia sering berkonflik dengan Indonesia, nyatanya banyak mahasiswa yang menuntut ilmu di sana. Hal ini tidak membuatnya takut dan cemas. Salah satunya adalah Hafidz Sajim Al Bantani, atau biasa disapa Hafidz. Dia datang ke Malaysia sejak tahun 2011 dan tahun 2013 dia telah berhasil menyelesaikan kuliahnya jurusan Computer Science.
Bahasa kedua malaysia adalah bahasa Inggris jadi tidak heran jika hampir seluruh universitas di Malaysia bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris. Tidak seperti di Indonesia antara kelas internasional dan yang biasa meiliki perbedaan dalam bahasa tetapi kalau di Malaysia semuanya sama baik yang kelas internasional maupun yang kelas biasa. Mungkin ini akibat dari banyaknya penduduk pendatang yang kuliah di Malaysia.
Mengingat negara ini termasuk perserikatan Inggris Raya jadi tidak heran bila bahasa inggris di negara mereka tidak asing bagi warganya. Keberuntungan yang sangat positif. Jika kalian bingung untuk mencari info kuliah di Malaysia, tenang saja berkuliah.com juga memiliki artikel tentang 13 universitas terbaik di Malaysia yang bisa menjadi sumber referensi dan informasi.
Selama menempuh pendidikannya, Hafidz tinggal di rumah yang disewa bersama teman –temannya. Bukan hanya orang Indonesia saja yang tinggal satu rumah dengannya namum ada mahasiswa lain dari Thailand keturunan Arab. Keragaman suku tidak membuat mereka mengalami perbedaan. Mereka saling berbagi selama tinggal. Banyak mahasiswa yang memilih kuliah di Malaysia.
Menyenangkan bisa berteman dari berbagai negera yang memiliki bahasa dan kulitur yang berbeda. Mereka bisa saling bertukar ilmu tentang bahasa masing –masing. Meski di kampus Hafidz menggunakan bahasa melayu untuk berkomunikasi, di luar kampus hafidz menggunakan bahasa Melayu. Hal ini mempermudah untuk menjalin keakraban dengan warga lokal. Tentunya bahasa Idonesia dengan bahasa Melayu tidak jauh berbeda. Tidak sulit untuk kita mengerti apa yang dimaksud. Bagi kalian yang tinggal di Kalimantan dengan daerah yang dekat dengan Malaysia bahasa melayu juga tidak asing diucapkan. Karena bisa jadi bahasa tersebut adalah bahasa sehari –hari di sana.
Suasana belajar di Malaysia
Hafidz menuturkan alasannya memilih Malaysia sebagai tempat menempuh pendidikan. Beberapa di antaranya adalah suasana lingkungan yang kondusif, jaraknya tidak terlalu jauh dari tanah air, bahasa yang digunakan tudak jauh berbeda, kebiasaan warga tidak jauh berbeda dan mayoritas penduduknya muslim. Jadi tidak sulit untuk mencari makanan yang halal. Bahkan kita bisa menemui makanan khas Indonesia yang dijual di Malaysia. Benar-benar mempermudah kalian dalam bertahan hidup.
Membicarakan biaya hidup, meski negara tetangga tetap saja akan lebih mahal dari negara sendiri. Hafidz mengaku pada tahun 2011 biaya hidup masih bisa dijangkau dengan murah. Seiring bertambahnya tahun, kurs rupiah semakin naik dan hal ini cukup untuk menguras kantongnya. Dia banyak menghabiskan pengeluaran pada makanan. Untuk menghematnya bisa mensiasati dengan memasak sendiri.
Untuk mensiasati pengehematan semuanya tergantung pada masing-masing orang. Selain butuh pengeluaran yang banyak, biasanya uang akan habis ketika jalan-jalan. Jadi tips dari Hafidz, hidup biasa-biasa saja, gak perlu sering jalan karena yang terpenting saat ini adalah belajar. Meski malaysia negara yang kecil bukan bearti tidak memiliki tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Hafidz pernah mengunjungi K town, gedung pencakar langit yang tinggi, kalian bisa melihat kondisi Malaysia dari atas gedung tersebut.
Jika kalian berniat kuliah di Malaysia dan menghabiskan sela waktu dengan kerja paruh waktu sebaiknya niat tersebut harus dihilangkan. Karena pemerintah Malaysia sekarang tengah memperketat jumlah visa internasional yang beredar. Jika kebetulan kalian sedang kerja paruh waktu dan dalam keadaan tidak baik seperti ketahuan oleh polisi Malaysia yang sedang bertugas maka akan terkena hukuman berupa denda karena visa yang dimiliki hanya visa pelajar. Denda ini berlaku bagi siapa saja yang melanggar, tidak memandang itu penduduk lokal maupun penduduk asing. Untuk amannya lebih baik menghindarinya.
Persiapan sebelum kuliah
Persiapan kuliah di Malaysia, jangan lupa persiapkan TOEFL dan IELTS dengan skor 6. Jika calon mahasiswa tidak bisa mencapai skor 6 maka harus mengikitu class mater dimana kalian akan belajar bahasa Inggris. Dan itu cukup memakan waktu yang banyak. Bahkan ada teman Hafidz dia sudah belajar selama 1 tahun namun belum mendapatkan sertifikat kelulusannya. Karena standar untuk bahasa Inggris memang susah.
Mengingat hampir semua universitas menggunakan bahasa Inggris sebagai bahan pengantar. Lebih baik perlancar bahasa inggris kalian karena bila menjacapai skor 6 itu akan mempermudah untuk masuk universitas. Pastinya tidak akan memakan waktu. Memang dimana-mana jika ingin kuliah di luar negeri bahasa Inggris merupakan modal pokok. Tidak ada salahnya belajar bahasa inggris dengan lancar meskipun kalian tidak ada niatan untuk belajar ke lar negeri tapi suatu saat pasti akan berguna.
Harus jadi mandiri dan terbiasa melakukan semuanya sendiri. Karena diri kita sendirilah yang menentukan berhasil atau tidak. Bagi yang masih anak manja mulai sekarang belajar mandiri untuk persiapan bertahan hidup di luar negeri yang jauh dari orang tua dan saudara. Jangan malas untuk segera melakukan pekerjaan. Semakin cepat selesai akan semakin baik. Internet di Malaysia ini lumayan cepet jadi sangat menguntungkan sekali untuk mencari bahan tugas kuliah dan lainnya. Jangan mudah tergoda dengan bermain. Banyak di luar sana mereka gagal atau Droup Out di tengah jalan karena terlalu sering main. Itu sangat di sayangkan sekali, kalian akan rugi dalam uang dan waktu sekaligus umur. Gak ada yang bisa mengembalikan waktu yang ada hanya memanfaatkan waktu yang ada dengan baik.
Kesan Hafidz selama tinggal di Malaysia
Jujur saja Hafidz adalah salah satu orang yang sebal dengan malaysia mengingat konflik yang sering tejadi. Namun setelah terjun langsung dan merasakannya. Pikirannya lebih terbuka lagi terhadap konflik tersebut. Banyak orang Indonesia yang bekerja di Malaysia karena jika terus menerus berada di kampungnya mereka tidak bisa mencari uang. Pada akhirnya tidak bisa membiayai kehidupan keluarganya. Dulu Hafidz menanggapi negatif dan sekarang lebih berpikir lagi. Faktanya TKI yang bekerja di Malaysia adalah penyumbang devisa terbesar di Indonesia. Kita boleh saja membenci tetapi ingat saudara kita banyak yang mencari nafkah di sana.