Hallo sahabat berkuliah.com! Kali ini, kita kembali akan mencoba untuk lebih mengenal, dan mengetahui lebih banyak mengenai pengalaman dari...
Hallo sahabat berkuliah.com! Kali ini, kita kembali akan mencoba untuk lebih mengenal, dan mengetahui lebih banyak mengenai pengalaman dari salah satu sahabat kita yang menjalani studi kuliahnya di luar negeri, khususnya kali ini di Maroko, Afrika. Apa yang terlintas di pikiranmu tentang negara yang satu ini, jika dilihat dari dunia pendidikannya? Kamu juga penasaran, bukan? Baiklah, untuk membayar rasa penarasan dan keingintahuanmu ini, marik kita simak bersama ulasan dari hasil interview berikut.
1. Salam kenal, Azis. Bisa diceritakan tentang profil diri kamu? Kemudian, apa yang membuat kamu kemudian memilih Maroko sebagai tujuan studimu?
Perkenalkan nama saya Fakih Abdul Azis, berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Sekarang saya menjalani studi kuliah di Universitas Muhammad V Rabat, Fakultas Sastra dan Humaniora, jurusan Studi Islam. Saya tinggal tinggal di kota Rabat.
Alasan saya karena, pertama saya merasa bahwa Maroko adalah negara yang paling aman di antara negara Arab yang sekarang terlanda ‘Arab spring’. Yang kedua, adalah karena di sana saya dapat menimba ilmu Maqashid Syaria (ilmu Ushul Fiqh yang baru di dunia barat Arab yang belum diserap Indonesia), bahasa Prancis (karena ini adalah bahasa kedua di negara ini) atau bahasa Spanyol ( jika tinggal di daerah utara Maroko, karena di utara Maroko memakai bahasa Arab dan Spanyol, contohnya: tetouan).
2. Boleh diceritakan tentang Universitas Muhammad V Rabat tempat Fakih kuliah? Apa saja kelebihan yang ada di sana?
Mungkin saya mulai sedikit dari sejarah dari kampus ini. Universitas Muhammed V Rabat didirikan pada tanggal 21 Desember 1957 oleh Raja Mohammad V, yang merupakan raja pertama kerajaan Maroko setelah merdeka dari penjajahan Prancis. Alasan didirikan universitas ini adalah sebagai langkah awal untuk memodernisasi pendidikan tinggi di Maroko. Universitas ini kemudian memekarkan atau membuka cabang dengan nama Universitas Mohammed V Agdal, dan Universitas Mohammed V Soussi. Sarana dari kampus ini memang lumayan lengkap mulai dari gedung rektor, gedung pendidikan, auditorium, masjid, laboratorium, kantin, bulletin, majalah, jurnal ilmiah masing-masing fakultas, kursus bahasa asing (Korea, Jepang, Urdu), pusat kebudayaan, dan memiliki 4 asrama untuk mahasiswa.
Dan salah satu kelebihan dari universitas ini adalah telah melahirkan para ilmuwan- ilmuan baru dengan sistem pendidikan yang dimilikinya juga bagus.
3. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan saat menghadapi kuliah? Jika pernah, seperti apa, dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
Kesulitan yang saya dapat di sini adalah terkadang memakai bahasa Arab pasaran (seperti misalnya bahasa gaulnya Indonesia), dan untuk pelajaran yang ilmunya umum dan bidang elektronik semuanya memakai bahasa Perancis (karena saya sendiri belum pernah belajar prancis), tapi malah tentunya bagus untuk mereka yang suka dan bisa bahasa Perancis.
Nah, cara saya mengatasinya adalah dengan sering berbaur dengan orang Arab, karena saya merasakan kesulitan itu di tahun pertama. Adapun tahun setelahnya insya Allah kesulitannya sudah berkurang, dan sudah bisa memahami dan mengatasinya.
4. Bagaimana dengan biaya kuliah Azis di Maroko? Apakah menggunakan biaya sendiri atau melalui beasiswa?
Biaya untuk kuliah di sini kebanyakan memakai beasiswa Maroko, ditambah dengan beasiswa abadi (orang tua,hehe). Karena kalau hanya berpangku dengan beasiswa Maroko saja akan sedikit kesulitan untuk biaya hidup, karena jumlah beasiswa yang didapat sedikit.
5. Jika kita self-finance, apakah ada tips khusus dalam mencari universitas dan mencari visa untuk berangkat ke Maroko?
Karena saya menggunakan beasiswa, jadi tidak terlalu memahami jika murni menggunakan self-finance. Sejauh ini, Maroko merupakan negara yang mengatur jumlah mahasiswa asing yang masuk di sana. Dalam artian, misalnya dari indonesia itu hanya diberikan kuota 15 orang saja, tidak boleh lebih. ( sumber dari BNPT waktu ke Maroko). Maroko membebaskan visa 3 bulan bagi pasport dari Indonesia. Ini salah satunya karena sudah adanya kerjasama yang terjalin antara Soekarno dengan Sultan Muhammad V).
6. Organisasi apa saja yang biasa Azis ikuti di sana?
Saya mengikuti organisasi PCI NU Maroko, yang merupakan organisasi NU cabang internasional Maroko, dan saya juga mengikuti PPI Maroko.
7. Apakah kamu pernah mengalami ‘Culture Shock’? Jika pernah, seperti apa, dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
Saya rasanya belum pernah mengalami culture shock, tapi teman saya ada.
8. Apakah ada tips agar kita bisa bersaing dan lulus dengan hasil yang memuaskan di Maroko?
Tipsnya adalah dengan sering dan rajin membaca buku dan kitabnya, di terjemahkan ke bahasa Indonesia , diringkas, dan sering merangkai kata bahasa Arab.
Nah, bagaimana sobat berkuliah.com? Apa yang ada dalam pikiran kamu setelah membaca artikel di atas? Jika kamu memiliki impian untuk kuliah di Maroko, kamu bisa mengikuti tips yang tadi disampaikna oleh Azis. Ingin mengetahui informasi yang lebih banyak lagi seputar kuliah di luar negeri? Makanya, pantau terus di berkuliah.com. Salam sukses!