Jepang, negara di Asia Timur yang memiliki berbagai keindahan ini merupakan sebuah negeri yang masih kuat dalam menjaga tradisi yang diwari...
Jepang, negara di Asia Timur yang memiliki berbagai keindahan ini merupakan sebuah negeri yang masih kuat dalam menjaga tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Begitu pesatnya perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, tidak membuat kebudayaan Jepang menjadi luntur. Dengan sebuah kedisiplinan yang telah dipupuk sejak kecil, membuat masyarakat Jepang mampu secara pesat untuk berkembang dan kuat dalam teknologi serta ekonomi, namun dengan kebudayaan yang bisa tetap terjaga dan terawat hingga saat ini. Dalam dunia pendidikan, Jepang tentunya memiliki segudang universitas yang bertaraf internasional. Pemerintah Jepang sangat peduli dengan pendidikan di negara mereka. Dan pendidikan merupakan salah satu senjata utama Jepang untuk bangkit dari latar belakang sejarah yang cukup kelam di masa lalu.
Dapat menjalani pendidikan di Jepang, merupakan salah satu kebanggaan tersendiri, apalagi bagi mereka yang ‘maniak’ dan begitu menyukai negeri bersimbol ‘Matahari Terbit’ ini. Dan kali ini, tim berkuliah.com telah berhasil menginterview Veri, salah satu mahasiswa Indonesia yang berkesempatan untuk menjalani pendidikannya di Jepang. Kamu penasaran ingin mendengar pengalaman serta cerita menariknya? Mari ikuti ulasan berikut ini.
1. Hallo, Veri. Salam kenal. Bisa dijelaskan profil diri kamu?
Nama saya Veri Ferdiansyah. Lahir dan tinggal di Jakarta. Dulunya saya berkuliah S1 di ITB jurusan Sistem dan Teknologi Informasi (ini adalah jurusan baru yang merupakan pecahan dari jurusan Teknik Informatika, jadi mungkin belum banyak orang yang tahu). Saat ini saya sedang melanjutkan pendidikan S2 di Toyohashi University of Technology di Toyohashi, Jepang dan mengambil jurusan Computer Science and Engineering.
2. Bisakah diceritakan tentang Toyohashi University yang menjadi tempat kuliah kamu sekarang? Apa saja hal-hal yang Veri sukai dari universitas tersebut? Apakah ada hal yang menarik?
Baiklah, sebelumnya sudah dijelaskan di awal tadi, kalau saya saat ini berkuliah di Toyohashi University of Technology. Letak kampusnya berada di kota Toyohashi, Prefektur Aichi sekitar 1,5 jam dari Tokyo jika ditempuh dengan menggunakan kereta Jepang, Shinkansen.
Hal yang saya suka dari kampus saya, mungkin lebih kepada lingkungannya yang nyaman untuk belajar, dan tempatnya tidak terlalu dekat dengan keramaian kota, yang membuat saya bisa lebih fokus untuk belajar. Awalnya, saya memang ingin mencari kampus yang tidak dekat dengan kota besar, karena sudah cukup bosan dengan keramaian Jakarta tempat saya tinggal.
3. Apakah universitas Mas Veri menyediakan beasiswa untuk mahasiswa dari Indonesia? Jika ada, bolehkah diceritakan detailnya?
Saya sendiri mendapat beasiswa dari JASSO. Kalau untuk beasiswa, hampir semua mahasiswa Indonesia yang berada di sini mendapat beasiswa dari pemerintah Jepang, atau yang disebut ‘monbusho’. Dan bagi yang merupakan dosen lalu melanjutkan pendidikan di sini, mereka dapat beasiswa dari DIKTI. Beberapa yg lainnya mendapatkan dari Aichi Scholarship, yang merupakan beasiswa dari pemerintah prefektur Aichi. Hanya saja, untuk Aichi Scholarship ini ada ikatan kontrak selama 2 tahun setelah lulus dan harus mengikuti Japanese course, jadi selama kuliahnya menggunakan bahasa Jepang. Untuk beasiswa lain bebas mau ikut yang Japanese course atau English course, tapi biasanya kebanyakan mahasiswa memilih English course, lantaran mereka tidak bisa menggunakan bahasa Jepang, dan supaya lebih memudahkan komunikasi saja.
4. Bagaimana Sistem perkuliahan di Jepang?
Sistem perkuliahan di sini tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hanya saja, untuk pendidikan master dan doktor, terutama untuk jurusan teknik akan jauh lebih diberatkan dalam hal risetnya. Jadi, kuliah dalam kelas sebenarnya formalitas saja, terutama jika masuk English course. Biasanya, rata-rata masa kuliah selesai dalam 1 tahun, jadi sisa waktunya akan full digunakan untuk melakukan riset.
5. Berapa lama waktu minimal yang kita butuhkan untuk persiapan kuliah di Jepang? Mulai dari pendaftaran beasiswa, sampai persiapan bahasa, dan hal lainnya?
Kalau untuk persiapan, bergantung dari jenis beasiswa apa yang diambil. Dan untuk mengurus ijazah atau transkrip nilai tergantung dari masing-masing sekolah atau universitas. Untuk TOEFL, paling tidak 3 bulan sebelum deadlinenya kamu harus sudah ikut tes TOEFL, karena nilainya keluar membutuhkan beberapa minggu. Dan yang harus dibagikan waktunya adalah korespondensi dengan calon supervisor di universitas tujuan.
Bentuk sistem pendaftaran di Jepang agak berbeda. Sebelum mendaftar ke universitas tujuan, kamu harus mencari calon supervisor di universitas tujuan. Caranya adalah dengan melihat lab-lab apa saja yang ada di sana, beserta bidang risetnya. Kalau sudah menemukan lab yang sekiranya sudah sesuai dengan minat, kamu bisa langsung mengirimkan email perkenalan ke professor yang menaungi lab tersebut. Kamu bisa menjelaskan kalau ingin mendaftar ke sana sebagai student, lalu menanyakan apakah beliau bersedia untuk menjadi supervisormu. Jadi intinya, seseorang tidak akan bisa diterima untuk masuk ke suatu universitas jika belum memiliki supervisor. Dan kalaupun bisa, kamu harus menyiapkan beberapa alternatif, karena belum tentu email yang dikirim akan direspon oleh professor yang bersangkutan.
Dan untuk persiapan bahasa, tergantung dari masing-masing orang. Lagipula, standar bahasa Inggris untuk masuk ke universitas di Jepang lumayan cukup rendah, nilainya 500 untuk TOEFL PBT. Dan untuk bahasa Jepang sendiri tidak harus bisa menguasai, tapi alangkah baiknya jika kamu sedikit mengetahui bahasa Jepang agar bisa lebih menghargai budayanya, serta demi kelancaran berkomunikasi dengan masyarakat di sana.
6. Untuk mencapai TOEFL 500 itu apakah sulit?
Sebenarnya jawabannya klise, tapi mungkin memang hanya ini jawabannya: “selama kita berusaha, pasti bisa”. Urusan susah atau gampang itu relatif, yang penting kita mau dan harus berusaha dulu.
7. Berapakah biaya hidup minimal di kota tempat Veri tinggal? Berapakah biaya hidupnya jika kita ingin mengajak keluarga untuk tinggal di sana?
Untuk biaya hidup, berhubung saya sendiri bukan tinggal di kota besar, jadi tergolong murah untuk biaya bulanannya. Untuk biaya perbulannya mugkin sekitar 100 ribu Yen. Dan kalaupun ingin mengajak keluarga, tentunya akan lebih mahal, tapi sepertinya juga tidak jauh berbeda. Berhubungan saya sendiri masih single jadi kurang begitu tahu.
8. Berarti, sampai sekarang untuk urusan keuangan kamu masih bisa mengaturnya dengan baik?
Untuk hal itu masih bisa, tentunya dengan manajemen keuagan yang baik juga. Jadi, untungnya saya belum pernah sampai harus makan Indomie setiap hari.
9. Berarti di Jepang ada makanan Indomie juga?
Jangan salah. Indomie merupakan produk ekspor Indonesia. Jadi, penjualannya bukan hanya ada di sini saja, tapi di beberapa tempat di Amerika atau Eropa juga kamu bisa menemukannnya, bahkan cukup terkenal. Dan di sini, Indomie dijual oleh orang yang berasal dari Indonesia, dan di tiap toko Indonesia pasti bisa menemukan makanan ini.
10. Apa perbedaan budaya antara Jepang dengan Indonesia yang paling kamu rasakan? Dan bagaimana sikap kamu atas perbedaan tersebut?
Untuk budaya, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia, hanya saja untuk culture shock tentunya tetap ada. Orang Jepang sangat tepat waktu dalam segala hal, bahkan sampai di hitungan menitnya. Sepertinya, jam di seluruh pelosok Jepang itu selalu menunjukkan waktu yang sama, beebeda dengan di Indonesia. Selain itu, orang Jepang juga sangat tertib dalam hal mengantri.
Dalam hal keyakinan beragama, sebagian besar masyarakat Jepang tidak memiliki agama. Tapi, biarpun begitu, mereka sangat menghormati agama dan orang yang beribadah. Tapi, untuk kamu yang seorang muslim, mungkin akan merasa sedikit kesulitan jika ingin mencari masjid atau tempat untuk ibadah. Jika kamu berkesempatan berkunjung ke Jepang, kamu akan melihat fenomena ketika ada orang muslim yang sedang melaksanakan shalat di tempat terbuka, seperti misalnya di taman, atau di pojok mall, tapi tidak ada yang akan mengganggu atau mengusir.
11. Berarti, budaya serta tata krama yang ada di Jepang memang bagus sekali?
Itu benar. Hal ini karena sejak kecil, para orang tua di Jepang sudah mendidik anak-anaknya untuk berdisiplin diri, serta menekankan pada hal-hal yang berhubungan dengan sosial, seperti dalam hal mengantri.
12. Apakah ada tips yang sebaiknya dilakukan bagi mahasiswa Indonesia setelah selesai kuliah di sana? Misalnya dalam peluang kerja, atau hal lainnya?
Untuk saat ini, Jepang sedang sangat membutuhkan para tenaga kerja. Hal ini, karena di negara ini kekurangan jumlah tenaga kerja dari negaranya, akibat dari ‘declining birth rate’, yaitu penurunan jumlah angka kelahiran. Karena orang-orang Jepang saat ini tidak tertarik dengan pernikahan dan memiliki anak, dan hampir semua negara maju mengalami hal ini.
Dan meskipun lowongan pekerjaan di sana mewajibkan penggunaan bahasa Jepang, tapi sekarang sudah mulai banyak lowongan kerja yang tidak mengharuskan bisa menggunakan bahasa Jepang. Jadi, kalau kamu ingin mencoba karir di sana, sekarang adalah waktu yang tepat.
Terakhir, sedikit kalimat terakhir dari saya untuk anak-anak muda Indonesia yang memiliki mimpi setinggi langit..
どんな夢を信じれば叶う!
dibacanya: donna yume wo shinjireba kanau
Artinya: mimpi seperti apapun, kalau kamu percaya, pasti bakal terwujud.
Stay true to your dreams, don't let anyone spoils it.
Nah, demikian pengalaman dan cerita menarik dari salah satu mahasiswa Indonesia yang menjalani kuliahnya di Jepang. Apakah kamu juga ingin mengikuti jejak Veri yang telah berhasil mewujudkan impiannya untuk menuntut ilmu di Jepang? Dan jika kamu tertarik dengan universitas tempat Veri kuliah saat ini, yaitu University of Technology di Toyohashi, kamu bisa membuka link ini http://www.tut.ac.jp/english/