Merupakan mimpi bagi semua orang termasuk kamu mungkin salah satunya, untuk bisa berkuliah di ‘negeri Ratu Elizabeth’ ini. Memang, bagi seb...
Merupakan mimpi bagi semua orang termasuk kamu mungkin salah satunya, untuk bisa berkuliah di ‘negeri Ratu Elizabeth’ ini. Memang, bagi sebagian orang, Inggris dinobatkan sebagai salah satu tujuan utama ketika ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi. Inggris juga memiliki banyak perguruan tinggi yang masuk jajaran terbaik di dunia. Termasuk di dalamnya adalah Oxford, Cambridge, Imperial College London dan lain-lain. Untuk para penggemar sepakbola khusunya British Premiere League, Inggris bagaikan ‘tanah suci’ tempat markas klub-klub sepakbola favorit berada. Dan jika kamu seorang penyuka musik, ada banyak sekali grup musik legendaries yang berasal dari dataran Inggris. Nama-nama seperti The Beatles, Queen, Led Zeppelin, Pink Floyd, Muse dan lain-lain tentunya tidak asing lagi bagi kamu, bukan? Nah, pastinya jadi kebanggan tersendiri jika bisa kuliah di negara Inggris. Pada kesempatan kali ini, salah satu teman kita yaitu Sofie, akan membagi pengalamannya yang berhasil menuntut ilmu di Inggris.
Sofiana Dewi menempuh bangku kuliah di ibukota Inggris, London tepatnya di University Of Westminster, London. Ia mengambil jurusan Marketing Communication sejak januari 2011 sampai dengan tahun 2012. Kebetulan, Sofi memiliki teman yang sudah lebih dulu berangkat ke Inggris, dimana ia dan temannya menyewa sebuah flat dan menawarkan pada Sofie untuk ikut tinggal di flat yang mereka sewa tersebut.
Biaya hidup selama berkuliah di Inggris
Sofie berkuliah dengan biaya sendiri. Biaya hidup di London tergantung pada gaya hidup masing-masing, seperti di kota-kota lain di belahan dunia manapun. Awalnya, Sofie mencari informasi terlebih dahulu mengenai biaya hidup di London. Menurut info yang ia dapatkan dari British Council, biaya hidup standar di kota itu adalah sekitar 800-1000 pounds.
Jika kamu mengambil Program S2, mungkin agak sedikit kerepotan jika kamu tertarik untuk bekerja sambilan atau part time. Ada beberapa program kerja sambilan yang disediakan sekali-dua kali dalam seminggu yang sesuai dengan keahlian. Namun, ada juga jenis pekerjaan yang sifatnya informal seperti menjadi pelayan restoran dan sebagainya. Sah-sah saja jika ingin bekerja sambilan di sana, asalkan kamu bisa mengatur waktu dengan baik dan tidak membiarkan kewajiban kuliahmu jadi terbengkalai.
Karakteristik masyarakat setempat dan kehidupan sehari-hari di London
Menurut pengalaman Sofie tinggal di London selama setahun, orang-orang di London sangatlah sopan dan bersahabat. Tutur katanya halus, mungkin bisa diibaratkan seperti orang Jawa jika di Indonesia. Bahkan terkadang sulit dibedakan ketika mereka menolak suatu penawaran, apakah itu benar-benar menolak atau menerima tawaran kita karena kehalusan tutur kata mereka. Mungkin, hal itulah yang membuat masyarakat di sana terkesan terlalu kaku jika dibandingkan orang-orang Amerika yang bisa dibilang lebih ekspresif ketika menyampaikan sesuatu.
Untuk makanan murah pilihannya mungkin sandwich, mulai dari yang isi daging, salmon sampai menu vegetarian. Selain murah, sandwich banyak dipilih karena tersedia hampir di banyak tempat di Inggris, alias relatif mudah untuk didapatkan. Namun, jika ingin mengikuti saran dari British Council, perihal standar pengeluaran sebesar 800 sampai 1000 Pounds, yang dengan ini ada baiknya jika kamu memasak makanan sendiri. Menurut pengalaman Sofie, Ia dan teman-temannya terkadang meluangkan waktu di akhir pekan untuk berkumpul, memasak, dan makan bersama-sama.
Dari segi fasilitas umum, Inggris memiliki sarana transportasi umum yang terkelola dengan baik. Setinggi apapun mobilitasmu, kemungkinan besar akan mampu diakomodasi dengan sarana transportasi umum. Begitupun dengan akses internet di sana yang super cepat, yang tentunya akan memudahkanmu ketika ingin mencari informasi, terutama dalam hal studimu yang akan sangat terbantu.
Komunitas mahasiswa Indonesia di Inggris
Kebetulan, Sofie juga pernah terlibat dalam PPI sebagai salah satu pengurusnya. Mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam PPI sendiri sering mengadakan acara saat ada agenda khusus seperti HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ataupun perayaan hari raya seperti Lebaran. Terkadang, ada juga kunjungan dari menteri-menteri kabinet republik Indonesia yang memberikan presentasi dan arahan kepada mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia. Di situ diadakan juga forum tanya jawab.
Tips kuliah di Inggris ala Sofie
Ada 2 cara yang bisa ditempuh jika kamu ingin berkuliah di Inggris, yang pertama adalah program beasiswa, dan yang kedua adalah dengan biaya sendiri. Untuk kamu yang ingin berkuliah di Inggris dengan biaya sendiri, berikut Sofie akan membagi tipsnya:
- Persiapan dari jauh-jauh hari. kamu tentukan terlebih dulu jurusan di bidang apa yang akan kamu pelajari. Kemudian, pilih negara dan universitas mana saja yang menyediakan program tersebut.
- Hitung kira-kira besaran biaya yang akan kamu keluarkan di masing-masing universitas, lalu buatlah perbandingan.
- Persiapkan diri mengikuti tes seperti IELST atau TOEFL, karena kebanyakan program studi berbahasa Inggris membutuhkan syarat ini.
- Cari info dari teman atau kerabatmu yang sudah atau sedang berkuliah di negara yang sama dengan negara tujuanmu. Atau paling tidak informasi mengenai komunitas Indonesia di negara tujuanmu, mereka akan dengan senang hati berbagi tips dan saran.
- Jangan persiapkan akomodasi sebelum berangkat. Sebaiknya carilah akomodasi setelah tiba di negara tujuan.
- Persiapkan kemungkinan cuaca yang akan kamu hadapi di negara tujuanmu.
- Akan lebih nyaman jika ada kerabat atau teman yang menjemputmu di bandara. Cobalah berkomunikasi dengan mereka atau kamu bisa meminta bantuan komunitas mahasiswa Indonesia agar menjemputmu di bandara.
Kesan dan pesan selama belajar di Inggris
Selama satu tahun belajar di Inggris, sistem pendidikan di sana yang berbeda jauh dengan yang ada di Indonesia sedikit banyak membentuk pribadi Sofie menjadi lebih tangguh. Mau tidak mau, untuk mengikuti sistem pendidikan di sana kamu harus rajin-rajin membaca buku, bertanya pada dosen, menggali informasi dan meluangkan waktu lebih di perpustakaan seperti yang Sofie lakukan selama ini. Kuliah di London, Sofie merasa sedang berada dalam melting pot orang-orang yang datang dari berbagai belahan dunia. Orang-orang tersebut tentunya membawa tradisi dan kebiasaan serta latar belakangnya masing-masing. Hal itulah yang membuat Sofie menyadari, bahwa kita tidak bisa memberi perlakuan sama pada setiap orang. Karenanya, harus belajar agar lebih berhati-hati dan lebih memahami karakter masing-masing orang dalam bertindak atau berinteraksi.
Karena terbiasa melakukan semuanya sendiri di Inggris, pada akhirnya juga membentuk Sofie sebagai pribadi yang mandiri, bahkan setelah ia pulang ke tanah air. Sofie mengaku lebih nyaman ketika harus melakukan berbagai hal sendirian, seperti misalnya untuk bepergian. Berbeda dengan yang ia rasakan sebelum berangkat ke Inggris. Selain itu, kita juga perlu mencontoh budaya membaca masyarakat Inggris yang sangat tinggi! Harapan Sofie untuk Indonesia adalah, suatu saat Indonesia bisa memiliki sarana transportasi umum yang terkelola dengan baik. Karena menurutnya, dengan transportasi umum, masyarakat akan banyak terbantu dari segi efektifitas dan efisiensi.
Semoga apa yang Sofie bagikan mengenai pengalamannya setahun belajar di Inggris bisa membantu kamu yang ingin belajar di luar negeri, khususnya di Inggris sendiri. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari negara lain, kemudian menerapkannya dan membagikannya dalam kehidupan setelah kembali ke tanah air. Teruslah belajar dan mengembangkan diri!
