“Every think about money." Istilah bahasa Inggris yang sangat dikenal pada zaman modern ini. Semua serba uang dan uang, ada juga yang...
“Every think about money." Istilah bahasa Inggris yang sangat dikenal pada zaman modern ini. Semua serba uang dan uang, ada juga yang bilang “ga ada uang Abang ditendang.” Mau di bilang kejam, ya itulah perkembangan zaman. Dalam joke yang berbahasa Arab-pun tidak ketinggalan. “Dhunafuluss, mamfus (mampus), yang maknanya tidak jauh berbeda dengan “ga ada uang, mampus.” Dari lapisan masyarakat paling bawah, menengah, sampai masyarakat ke atas, tak ayal membutuhkan uang. Ibarat uang adalah Tuhan bagi kalangan tertentu. Eits, jadi nglantur. Oke! Kali ini penulis akan membahas dalam lingkup yang lebih sederhana, yaitu lingkup mahasiswa.
Dilema bagi para mahasiswa atau mahasiswi terutama bagi mereka perantauan, di mana notebene mereka merupakan konsumen dari uang, bukan produsen dari uang. Bak roda kehidupan, kadang merasa senang kadang merasa susah, walaupun banyak susahnya, terlebih lagi saat akhir bulan. Betul atau betul?
Jika diurutkan sesuai tanggal yang tertera pada kalender nasional, kehidupan mahasiswa dibagi dalam 3 fase. Fase pertama, mahasiswa atau pelajar merasakan berada di atas roda kehidupan atau biasa disebut ‘Masa Keemasanya’ itu, antara tanggal 5 sampai dengan tanggal 14. Mereka dapat merasakan makanan yang nikmat, shopping, nonton bioskop dan lain-lain. Fase kedua, mahasiswa berada di tengah-tengah roda kehidupan, atau bisa disebut masa transisi, yaitu antara tanggal 15 sampai dengan tanggal 22. Yang terakhir adalah fase kritis, atau bisa disebut ketika keadaan mahasiswa atau pelajar lebih sering ‘mengencangkan ikat pinggang’ dan terjadi pada minggu terakhir dari bulan tersebut. Nah, di sini penulis akan mencoba berbagi beberapa tips untuk mensiasati salah satu dilema yang sering sekali dihadapi oleh Mahasiswa ini.
Tips pertama: Atur jadwal suplai bulanan
Hal yang dimaksud mengatur jadwal suplai bulanan adalah mensiasati kiriman-kiriman dari produsen (orang tua) kepada konsumen (mahasiswa atau pelajar). Di mana produsen merubah kebiasaan dalam pengiriman uang kepada konsumen. Contoh: biasanya Andi disuplai atau dikirimkan uang pada tanggal 2, Andi dapat mengubah pengiriman pada tanggal yang berbeda, lebih amannya pada pertengahan bulan. Cara ini cukup efektif untuk mempertahankan existensi kita kepada teman-teman atau hanya untuk mengantisipasi hal yang tidak ingin terjadi. Dapat juga orang tua dari Mahasiswa me-random setiap pengiriman bulanan kepada anaknya. Hal ini dapat berguna untuk melatih jiwa bertahan mahasiswa apabila terasa di masa-masa kritis. Namun, alangkah baiknya dapat menabung sebagian dari jatah bulanan.
Tips kedua: Perbanyak relasi atau kawan
Dalam hal ini, mahasiswa tidak harus bekerja full atau part time, walaupun tidak ada larangannya. Di tips kedua ini penulis memberikan masukan kepada setiap individu dari mahasiswa untuk mencari kawan sebanyak-banyaknya. Kawan atau relasi yang dibahas ini tidak harus sesama mahasiswa atau pelajar. Bisa dari kalangan karyawan kampus, PKL, terlebih lagi teman yang sudah berpenghasilan sendiri. Karena dengan teman seperti itu kita akan merasa lebih tenang saat akhir bulan. Dengan memperbanyak kawan, mahasiswa membuka kesempatan atau pintu kemungkinan yang akan terjadi. Contoh: Bayu sudah tidak mempunyai uang lagi, namun karena dia adalah orang yang mempunyai banyak teman, maka kemungkinan untuk mengencangkan ikat pinggang sangat kecil.
Tips ketiga: Setok Sembako
Cara yang ketiga ini cukup mudah bahkan sering dilakukan oleh mahasiswa yang suka sekali dengan dunia kuliner. Mempersiapkan sembako untuk persediaan dikala masa kritis, karena pada masa kritis Mahasiswa sadar bahwa mereka harus membagi keuangan untuk hal yang ternyata penting. Cara yang mudah, cukup sisihkan 2/3 uang bulanan untuk belanja sembako dan tereeeeng… persediaan masa kritis terjaga.
Tips keempat : Rajin Menabung
Pasti ingat dengan kata pepatah, “rajin menabung pangkal kaya.” Yups betul! rajin menabung maka masa kritis di akhir bulan akan terlewati dengan lancAr dan tidak terasa. Cara menabung yang cukup mudah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.” Dapat dimulai dari nominal yang kecil, Rp.200-, dan dapat diteruskan sampai Rp.1000. dan harus diingat, bahwa ini hanya digunakan pada saat kritis atau akhir bulan.
Tips kelima: Cari kenalan warung makan/ warteg/ kantineung
Cara yang terakhir mencari kenalan tukang warteg, warung makan atau kantineung (burjo/ warung pasundan). Di mana cara yang terakhir hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang komunikatif. Dengan pandainya mengatur berbicara dengan tukang warung tersebut serta menjaga komunikasi dan juga keharmonisan antara sesama, kita dapat dengan mudah apabila ingin 'kas bon' di saat masa kritis. Selain membutuhkan komunikasi yang intens, dibutuhkan juga hati yang lapang, hal ini untuk berjaga-jaga apabila kas bon ditolak.
Oke, Guys! Dari tips di atas mana yang sudah kamu terapkan? Tips pertama, kedua, ketiga, keempat, atau malah yang kelima, dan apakah berhasil? Atau malah sebaliknya? Jika berhasil, maka akan terasa nikmat akhir bulan yang kamu rasakan. Tapi, jika sebaliknya yang terjadi, hanya satu saran penulis, ‘kencangkan ikat pinggang’ kamu. See you next time, bye!