Perancis, negara dengan letak ibukotanya berada di Paris ini dikenal sebagai kota paling romantis sedunia, dan banyak orang memberikan julu...
Perancis, negara dengan letak ibukotanya berada di Paris ini dikenal sebagai kota paling romantis sedunia, dan banyak orang memberikan julukan “The City of Love”. Tentunya Prancis memiliki banyak hal mengesankan yang membuat orang-orang dari luar negara ini tertarik untuk mengunjunginya. Menara Eiffel adalah salah satu ikon Prancis yang paling terkenal. Namun, tentunya bagi para pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di Prancis, hal itu bukanlah menjadi alasan utama. Tujuan utama mereka adalah menggalai ilmu serta pengalaman sebanyak-banyaknya dan membawa pulang ke negeri tercinta.
Kali ini, tim berkuliah.com sudah berhasil mewawancarai salah satu mahasiswa Indonesia yang telah berhasil menginjakkan kakinya di Prancis untuk mengikuti salah satu program yang menyenangkan. Ingin tahu lebih lanjut mengenai hal ini? Berikut ulasannya.
1. Mungkin, ada baiknya perkenalan dulu. Bisa dijelaskan tentang profil pribadinya, serta program yang diikuti hingga sampai ke Paris?
Nama saya Mahfuza Puteri Chazali. Asal dari Medan , namun sampai saat ini menetap di daerah Bogor. Saya selalu merantau selama sekolah, pernah menjalani SD di Medan, SMP di Bekasi (tinggal di pondok pesantren), dan SMA di Solo (tinggal di kos-kosan), kemudian saya kuliah di UNNES jurusan Sastra Prancis. Saya ke Prancis mengikuti salah satu program yang bernama Au Pair.
2. Apa yang dimaksud dengan kegiatan "Au Pair" tersebut?
Au Pair merupakan salah satu program yang ada di berbagai Negara. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengenal budaya budaya di Negara yang bersangkutan, dengan tinggal si salah satu keluarga yang bersedia menjamin dan merawat kita, layaknya keluarga sendiri.
3. Bagaimana dengan biayanya?
Untuk mengikuti program ini semuanya gratis. Kita harus membayar menggunakan uang pribadi untuk biaya biaya tiket pesawat, dan biaya sekolah selama di sana. Namun, dengan adanya kesepakatan, kita bisa mendapatkan biaya dari orang tua yang bersedia merawat kita, bahkan mereka wajib melakukannya.
4. Di manakah agar bisa mengapply untuk ikut kegiatan tersebut?
Program ini bisa di apply di situs aupair yang ada di website. Setelah kita apply dan mendapatkan keluarga, kita akan ditest dari LIP (Lembaga Indonesia Prancis) dengan melampirkan segala persyaratan yang dibutuhkan termasuk DELF, yaitu sejenis TOEFL untuk bahasa Prancis sebelum pengajuan visa.
5. Bagaimana biaya hidup di Perancis? Mungkin dari makanan, tempat tinggal dan trasnportasi?
Biaya hidup di Prancis bisa dibilang cukup mahal, terutama untuk membayar asuransi sekitar. Kalau untuk makanan, khususnya bagi orang muslim paling murah sekitar 7€ untuk makanan kebab yang halal. Dan dalam untuk transportasi, ada kartu discount untuk mahasiswa dan super discount untuk yang dibawah 26 tahun, terutama tiket kereta kalau mau berkeliling Eropa.
6. Kota-kota manakah yang nyaman untuk ditinggali?
Kota yang nyaman untuk ditinggali, menurut saya di daerah yang letaknya lebih dekat dengan perbatasan, karena biasanya lebih tenang. Seperti saya di Ottage, Thionville, Metz yang berbatasan dengan Luxembourg, Jerman, dan Belgia. Mungkin untuk teman-teman yang menyukai keramaian bisa tinggal di Paris. Tapi itu relatif ya.
7. Dimanakah tempat-tempat yang lumayan murah untuk berbelanja bahan makanan atau barang-barang keperluan lainnya?
Untuk mencari yang murah jelas bukan di Paris, karena kota yang jauh dari Parislah yang biasanya menjual barang-barang dengan lebih murah. Karena saya tinggal di perbatasan, jadi saya sering belanja ke Jerman (DM) yang notabenenya lebih murah hingga 50% dari Carrefour.
8. Bagaimanakah karakter orang Perancis terhadap warga negara asing khususnya Indonesia?
Berdasarkan pengalaman, menurut saya karakter orang Prancis berbeda-beda di tiap kotanya, tapi secara mayoritas mereka cukup welcome dan ramah-ramah. Akan tetapi, memang agak berkarakter. Saya juga berprofesi sebagai tour guide untuk bahasa Prancis di Indonesia, yang tentunya dari sana saya bisa melihat perbedaan antara Prancis, Swiss, dan Belgia. Mungkin orang-orang Prancis terlihat memiliki sifat yang lebih fokus karena tuntutan pekerjaan, namun mereka juga murah senyum kok, dan itulah yang saya kenal dari orang Prancis.
9. Apakah Puteri pernah mengalami ‘culture shock’? jikapun iya, apakah yang dialami, dan bagaimana cara mengatasinya?
Saya pernah mengalami culture shock ketika mengikuti sekolah di musim semi, di mana saya melihat fenomena para pelajar yang sudah terbiasa melakukan French kiss di tempat umum. Tapi, saya kemudian sudah terbiasa melihat hal itu, karena ketika membawa tamu pun mereka melakukan hal itu di muka umum. Tapi, yang dilakukan mereka itu biasa saja, dan tidak ada menjurus kepada perilaku yang asusila yang saya temukan selama di sana. Meski banyak wanita di Prancis memakai pakaian sexy, namun tindakan asusila hampir tidak pernah terjadi.
10. Adakah tips-tips khusus dari Puteri untuk pergi ke Perancis, baik dari tiket pesawat, dokumen yang perlu dibawa, persiapan bahasa, mental, dan hal lainnya?
Tips dari saya untuk teman-teman di Indonesia adalah konsultasikan ke LIP jika kamu ingin mengapply program Au Pair. Yang perlu dibawa adalah mungkin obat masuk angin, karena di sana tidak ada yang menjual seperti itu. Dan kalau sedang musim dingin, gunakan kaos kaki dari rumah, akan tetapi membeli kaos kakinya di Prancis saja, karena bahan yang digunakan berbeda, agar lebih nyaman dan tidak merasakan dinginnya suhu di sini. Selain itu, tempat perbelanjaan di Perancis juga banyak discount, jadi di sana kamu bisa tetap menemukan barang dengan harga yang murah . Selain itu, berusahalah untuk menjadi diri sendiri, namun tetap menjunjung tinggi toleransi.
Jangan mudah menjustifikasi orang lain karena pernedaannya dengan kita, apalagi terkait dengan budaya, junjunglah toleransi di manapun kamu berada. Hal yang paling penting adalah mintalah doa dari orang tua, karena restu orang tualah yang akan menyelamatkan kita.
Demikian kisah, pengalaman, serta tips yang bisa dibagikan oleh Puteri selama menjalani pendidikannya di Paris. Apakah kamu ingin mengukuti jejak Puteri ini? Tetap semangat dan fokus untuk menuntut ilmu, ya!