Tentunya kamu tidak asing lagi dengan negara yang satu ini, India. Negara yang terkenal dengan industri perfilman “Bolywood” ini, dengan pa...
Tentunya kamu tidak asing lagi dengan negara yang satu ini, India. Negara yang terkenal dengan industri perfilman “Bolywood” ini, dengan para pemainnya yang sangat berhasil menghibur dari layar kaca di rumah kita. Sedangkan jika kamu gemar membaca atau menggeluti dunia yang berhubungan dengan HAM, tentunya kamu sering mendengar salah satu tokoh yang terkenal dari india, yaitu Mahatma Gandhi. Negara yang memiliki penganut agama hindu terbesar di dunia ini memang memiliki berbagai keunikan yang bisa dijelajahi. Jika India terkenal dengan ‘Bolywood’nya dalam dunia hiburan, lalu bagaimana dengan dunia pendidikan yang ada di sini? Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang India, berikut kita simak ulasan hasil interview yang berhasil kita peroleh dari Faiz, salah satu mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang menjalani pendidikan kuliah di India.
1. Hai kak Faiz. Mungkin bisa diceritakan tentang profil singkat tentang diri kakak?
Nama saya Faiz Syauqi Hidayah, dan saat ini sedang menjalani pendidikan S1 di National Institute of Technology (NIT) Warangal, jurusan Teknik Kimia. Saya memulai kuliah di India tahun 2012. Saya berasal dari Nabire, daerah Papua, tapi lama tinggal di Bojonegoro.
2. Bagaimana awalnya perjalanan kakak hingga akhirnya sampai berkuliah di NIT?
Dulu, awalnya ketika mendaftar kuliah, saya memilih universitas yang memiliki jurusan yang saya inginkan. Saya memilih di Indian Institutes of Technology Roorkee (IIT) dan National Institute of Technology (NIT). Waktu itu saya memilih 5 buah program studi, diantaranya : Kimia (Chemical), Electrical, Electronik, Teknik (Mechanical), dan Ilmu Komputer (Computer Science). Beruntungnya, dari kelima jurusan yang saya ambil itu, semuanya diterima! Tapi, akhirnya saya memilih untuk masuk di jurusan Teknik Kimia, tepatnya di NIT, perguruan tinggi yang saat ini sedang saya jalani.
3. Bekenaan dengan pengalaman selama kakak di sana, bagaimana tentang biaya hidup, makan, serta transportasi di sana? Apakah jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia?
Menurut saya, biaya hidup di sana tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Jika saya hitung, kira-kira untuk biaya transportasi sekitar 500 Rupee/ bulan, dan ini standar biaya angkutan umum untuk sekitar kampus setiap harinya. Tapi, untuk ke luar kota tentunya berbeda.
Catatan: (1 Rupee = 194.74 dalam Rupiah)
Untuk biaya makannya sekitar 2.500 Rupee / bulannya, dan dengan biaya segitu saya sudah bisa makan enak dengan lauk ayam, susu, buah-buahan, dan sayur mayur minimal 2 kali dalam seharinya. Biaya makan sejumlah itu tentunya jika masak sendiri, dan pastinya berbeda jika membeli di luar. Dan karena selama di sana saya menyewa rumah, biaya untuk sewa rumah plus listrik sekitar 3 ribu Rupee. Dengan biaya segitu sudah mendapat rumah sewa yang bersih dan cukup nyaman, plus sudah disediakan kulkas. Jika dihitung keseluruhan, total biaya hidup sekitar 5 ribu – 7 ribu Rupee per bulannya.
4. Selama menjalani kuliah di sana, apakah kakak menggunakan biaya sendiri, atau dari program beasiswa?
Kebetulan saya berhasil sampai berkuliah di NIT, India dari program beasiswa. Untuk biaya, beasiswa yang didapat dari ICCR sebesar 10 ribu Rupee/ bulannya, tapi kalau memilih untuk tinggal di asrama, biayanya dipotong dan yang diberikan hanya 5.500 Rupee saja untuk per bulan, karena 4.500 Rupee nya untuk membayar biaya asrama. Dan mulai tahun 2014 sampai selanjutnya, bagi mahasiswa Internasional tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal di luar asrama.
5. Apa saja pengalaman berkesan yang kak Faiz dapat selama kuliah dan tinggal di India?
Pengalaman berkesan bagi saya, waktu itu waktu awal masuk kuliah, saya terkesan dengan teman-teman di India yang pintar-pintar. Mungkin ini karena apa yang mereka pelajari sudah sesuai dan nyambung antara kurikulum mereka sejak saat SMA sampai kuliah di tingkat pertama. Saya ingat moment waktu itu malam ujian, teman saya tidak bisa belajar karena bukunya disembunyikan temannya, dan akhirnya dia tidak belajar. Tapi, keesokan harinya, ketika ujian sedang berjalan 15 menit, waktu itu saya baru mengerjakan 3 soal dari 10 soal yang ada, dan belum selesai menulis 2 lembar jawaban, dari keseluruhan 10 lembar jawaban. Saya terkejut karena teman saya itu meminta lembar jawaban yang baru, karena lembar jawabannya habis! Bayangkan saja, sebanyak apa jawaban yang sudah dia tulis dalam waktu hanya 15 menit?! Dan hal ‘super’nya lagi, ketika hasil ujian dibagikan, dia mendapat nilai 82, dari nilai sempurna yang 90.
Jadi, intinya ‘culture shock’ saya lebih kepada dalam hal akademiknya, sedangkan dalam hal kehidupan sosial masyarakat di sana, menurut saya tidak se ‘super’ dunia pendidikannya.
6. Apakah ada pengalaman spesifik yang menarik di kampus NIT?
Bagi saya tidak ada yang spesifik juga. Sebenarnya, kuliah di NIT bukanlah pilihan utama. Awalnya saya sangat berminat untuk kuliah di IIT Roorkee. Tapi, karena waktu itu saya dihubungi dari pihak NIT, yang mengatakan bahwa saya lulus dan mendapat kelima jurusan yang dipilih, ditambah dengan adanya beasiswa dari NIT, akhirnya saya memilih di kampus ini. Sebenarnya, pilihan saya memilih di NIT hampir batal, karena semalam sebelum berangkat ke India, pengumuman hasil ujian SBMPTN keluar dan saya berhasil diterima di Jurusan Kedokteran di UGM. Memang saya dihadapi pilihan yang cukup sulit, tapi pada akhirnya juga saya memilih di NIT.
7. Apa saja tahapan dan proses yang harus dilakukan, supaya bisa berhasil seperti kak Faiz, diterima di universitas di India, khususnya di NIT sendiri?
- Awalnya, kammu harus membuka informasi beasiswa ICCR dari website yang ada di Embassy (KEDUBES) India yang ada di Jakarta.
- Baca petunjuknya, baik syarat dan prosedurnya.
- Setelah itu, akan akan ada 2 tes yang harus kamu ikuti, yaitu tes Aptitude, dan tes Matdas, yang kedunya berbahasa Inggris.
- Yang terakhir ada tes wawancara. Setelah itu menunggu selama 2 bulan untuk pengumuman hasil tesnya.
- Kemudian, jika kamu berhasil diterima di NIT dan berangkat ke India, kamu harus mendaftar ulang di kantor ICCR hyderabad.
- Setelah itu kamu harus ke kampus NIT Warangal, untuk mendaftar ulang di sana.
Selain itu, jika kamu benar-benar ingin dan tertarik kuliah di India, ada beberapa hal berikut ini yang harus dipersiapkan dengan matang:
1. Belajar silabus A level plus IB. Saran saya, ada baiknya jika kamu tidak menganggap remeh ini. Karena, dari pengalaman yang saya tahu, teman-teman saya yang berasal dari Amerika Latin, penganut IB dan commonwealth lain yang menganut level A, merekapun tidak cukup mampu untuk menyamai dengan silabus India. Mereka juga ternyata cukup kesulitan untuk mengejar silabus ini.
2. Dari 70% mahasiswa internasional, biasanya di antara mereka ada salah satu mata kuliah yang tidak lulus, sedangkan nilai yang lainnya juga susah didapat di atas 60% Average class GPA.
3. Saya mempunyai teman yang berasal dari Vietnam, dan sudah 2 kali (selama 2 tahun) mengikuti les NTU Singapore untuk masuk di NTU, tapi tidak diterima, dan itupun nilai yang ia dapatkan hanya 70% nya saja. Padahal, anak-anak India banyak yang mendapatkan 85-90% ! Cukup mengerikan, bukan? Kenyataan tersebut memang cukup mengejutkan, jika dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Saya sendiri misalnya, yang awalnya berhasil lulus di Fakultas Kedokteran di UGM, tapi ternyata ilmu yang saya miliki masih belum cukup, bahkan jika dibandingkan dengan anak SMA dari lulusan India di sini.
4. Nah, bagi kamu yang tertarik dan ingin mengambil kuliah di Indian Institutes of Technology Roorkee (IIT), kamu bisa melihat dan belajar soal-soal IIT JEE yang bisa diakses di Google.
Sebagai informasi tambahan, jika ada anak-anak India yang tidak berhasil diterima di IIT, mereka kemudian baru akan berpindah haluan ke kampus-kampus di luar, seperti NTU, Stanford, dan lainnya. Jadi, bisa kamu bayangkan bagaimana susah dan ketatnya untuk masuk di IIT, bukan? Begitulah gambaran tentang pendidikan di luar negeri, khususnya di India yang dapat kita lihat. Betapa bersemangatnya mereka untuk menuntut ilmu, bukan? Kita ternyata harus belajar lebih banyak lagi.
1. Hai kak Faiz. Mungkin bisa diceritakan tentang profil singkat tentang diri kakak?
Nama saya Faiz Syauqi Hidayah, dan saat ini sedang menjalani pendidikan S1 di National Institute of Technology (NIT) Warangal, jurusan Teknik Kimia. Saya memulai kuliah di India tahun 2012. Saya berasal dari Nabire, daerah Papua, tapi lama tinggal di Bojonegoro.
2. Bagaimana awalnya perjalanan kakak hingga akhirnya sampai berkuliah di NIT?
Dulu, awalnya ketika mendaftar kuliah, saya memilih universitas yang memiliki jurusan yang saya inginkan. Saya memilih di Indian Institutes of Technology Roorkee (IIT) dan National Institute of Technology (NIT). Waktu itu saya memilih 5 buah program studi, diantaranya : Kimia (Chemical), Electrical, Electronik, Teknik (Mechanical), dan Ilmu Komputer (Computer Science). Beruntungnya, dari kelima jurusan yang saya ambil itu, semuanya diterima! Tapi, akhirnya saya memilih untuk masuk di jurusan Teknik Kimia, tepatnya di NIT, perguruan tinggi yang saat ini sedang saya jalani.
3. Bekenaan dengan pengalaman selama kakak di sana, bagaimana tentang biaya hidup, makan, serta transportasi di sana? Apakah jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia?
Menurut saya, biaya hidup di sana tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Jika saya hitung, kira-kira untuk biaya transportasi sekitar 500 Rupee/ bulan, dan ini standar biaya angkutan umum untuk sekitar kampus setiap harinya. Tapi, untuk ke luar kota tentunya berbeda.
Catatan: (1 Rupee = 194.74 dalam Rupiah)
Untuk biaya makannya sekitar 2.500 Rupee / bulannya, dan dengan biaya segitu saya sudah bisa makan enak dengan lauk ayam, susu, buah-buahan, dan sayur mayur minimal 2 kali dalam seharinya. Biaya makan sejumlah itu tentunya jika masak sendiri, dan pastinya berbeda jika membeli di luar. Dan karena selama di sana saya menyewa rumah, biaya untuk sewa rumah plus listrik sekitar 3 ribu Rupee. Dengan biaya segitu sudah mendapat rumah sewa yang bersih dan cukup nyaman, plus sudah disediakan kulkas. Jika dihitung keseluruhan, total biaya hidup sekitar 5 ribu – 7 ribu Rupee per bulannya.
4. Selama menjalani kuliah di sana, apakah kakak menggunakan biaya sendiri, atau dari program beasiswa?
Kebetulan saya berhasil sampai berkuliah di NIT, India dari program beasiswa. Untuk biaya, beasiswa yang didapat dari ICCR sebesar 10 ribu Rupee/ bulannya, tapi kalau memilih untuk tinggal di asrama, biayanya dipotong dan yang diberikan hanya 5.500 Rupee saja untuk per bulan, karena 4.500 Rupee nya untuk membayar biaya asrama. Dan mulai tahun 2014 sampai selanjutnya, bagi mahasiswa Internasional tidak diperbolehkan lagi untuk tinggal di luar asrama.
5. Apa saja pengalaman berkesan yang kak Faiz dapat selama kuliah dan tinggal di India?
Pengalaman berkesan bagi saya, waktu itu waktu awal masuk kuliah, saya terkesan dengan teman-teman di India yang pintar-pintar. Mungkin ini karena apa yang mereka pelajari sudah sesuai dan nyambung antara kurikulum mereka sejak saat SMA sampai kuliah di tingkat pertama. Saya ingat moment waktu itu malam ujian, teman saya tidak bisa belajar karena bukunya disembunyikan temannya, dan akhirnya dia tidak belajar. Tapi, keesokan harinya, ketika ujian sedang berjalan 15 menit, waktu itu saya baru mengerjakan 3 soal dari 10 soal yang ada, dan belum selesai menulis 2 lembar jawaban, dari keseluruhan 10 lembar jawaban. Saya terkejut karena teman saya itu meminta lembar jawaban yang baru, karena lembar jawabannya habis! Bayangkan saja, sebanyak apa jawaban yang sudah dia tulis dalam waktu hanya 15 menit?! Dan hal ‘super’nya lagi, ketika hasil ujian dibagikan, dia mendapat nilai 82, dari nilai sempurna yang 90.
Jadi, intinya ‘culture shock’ saya lebih kepada dalam hal akademiknya, sedangkan dalam hal kehidupan sosial masyarakat di sana, menurut saya tidak se ‘super’ dunia pendidikannya.
6. Apakah ada pengalaman spesifik yang menarik di kampus NIT?
Bagi saya tidak ada yang spesifik juga. Sebenarnya, kuliah di NIT bukanlah pilihan utama. Awalnya saya sangat berminat untuk kuliah di IIT Roorkee. Tapi, karena waktu itu saya dihubungi dari pihak NIT, yang mengatakan bahwa saya lulus dan mendapat kelima jurusan yang dipilih, ditambah dengan adanya beasiswa dari NIT, akhirnya saya memilih di kampus ini. Sebenarnya, pilihan saya memilih di NIT hampir batal, karena semalam sebelum berangkat ke India, pengumuman hasil ujian SBMPTN keluar dan saya berhasil diterima di Jurusan Kedokteran di UGM. Memang saya dihadapi pilihan yang cukup sulit, tapi pada akhirnya juga saya memilih di NIT.
7. Apa saja tahapan dan proses yang harus dilakukan, supaya bisa berhasil seperti kak Faiz, diterima di universitas di India, khususnya di NIT sendiri?
- Awalnya, kammu harus membuka informasi beasiswa ICCR dari website yang ada di Embassy (KEDUBES) India yang ada di Jakarta.
- Baca petunjuknya, baik syarat dan prosedurnya.
- Setelah itu, akan akan ada 2 tes yang harus kamu ikuti, yaitu tes Aptitude, dan tes Matdas, yang kedunya berbahasa Inggris.
- Yang terakhir ada tes wawancara. Setelah itu menunggu selama 2 bulan untuk pengumuman hasil tesnya.
- Kemudian, jika kamu berhasil diterima di NIT dan berangkat ke India, kamu harus mendaftar ulang di kantor ICCR hyderabad.
- Setelah itu kamu harus ke kampus NIT Warangal, untuk mendaftar ulang di sana.
Selain itu, jika kamu benar-benar ingin dan tertarik kuliah di India, ada beberapa hal berikut ini yang harus dipersiapkan dengan matang:
1. Belajar silabus A level plus IB. Saran saya, ada baiknya jika kamu tidak menganggap remeh ini. Karena, dari pengalaman yang saya tahu, teman-teman saya yang berasal dari Amerika Latin, penganut IB dan commonwealth lain yang menganut level A, merekapun tidak cukup mampu untuk menyamai dengan silabus India. Mereka juga ternyata cukup kesulitan untuk mengejar silabus ini.
2. Dari 70% mahasiswa internasional, biasanya di antara mereka ada salah satu mata kuliah yang tidak lulus, sedangkan nilai yang lainnya juga susah didapat di atas 60% Average class GPA.
3. Saya mempunyai teman yang berasal dari Vietnam, dan sudah 2 kali (selama 2 tahun) mengikuti les NTU Singapore untuk masuk di NTU, tapi tidak diterima, dan itupun nilai yang ia dapatkan hanya 70% nya saja. Padahal, anak-anak India banyak yang mendapatkan 85-90% ! Cukup mengerikan, bukan? Kenyataan tersebut memang cukup mengejutkan, jika dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Saya sendiri misalnya, yang awalnya berhasil lulus di Fakultas Kedokteran di UGM, tapi ternyata ilmu yang saya miliki masih belum cukup, bahkan jika dibandingkan dengan anak SMA dari lulusan India di sini.
4. Nah, bagi kamu yang tertarik dan ingin mengambil kuliah di Indian Institutes of Technology Roorkee (IIT), kamu bisa melihat dan belajar soal-soal IIT JEE yang bisa diakses di Google.
Sebagai informasi tambahan, jika ada anak-anak India yang tidak berhasil diterima di IIT, mereka kemudian baru akan berpindah haluan ke kampus-kampus di luar, seperti NTU, Stanford, dan lainnya. Jadi, bisa kamu bayangkan bagaimana susah dan ketatnya untuk masuk di IIT, bukan? Begitulah gambaran tentang pendidikan di luar negeri, khususnya di India yang dapat kita lihat. Betapa bersemangatnya mereka untuk menuntut ilmu, bukan? Kita ternyata harus belajar lebih banyak lagi.