Apakah kamu salah satu orang yang memiliki impian untuk ke pergi ke Perancis? Apa hal yang membuat kamu begitu tertarik dengan negara ini? ...
Apakah kamu salah satu orang yang memiliki impian untuk ke pergi ke Perancis? Apa hal yang membuat kamu begitu tertarik dengan negara ini? Karena Eiffel nya, kah? Tentunya ada banyak hal yang begitu menarik perhatianmu.
Ketika kamu bermimpi ke Perancis, apakah tujuan kamu adalah untuk jalan-jalan saja? Atau, untuk belajar seperti orang-orang yang telah berhasil menjalani studi kuliah di sana? Bagaimana jika kedua-duanya? Tentu keren sekali, bukan?
Nah, berkenaan dengan hal tersebut, kali ini tim dari berkuliah.com telah berhasil menginterview salah satu ‘pelajar’ asal Indonesia. Ingat, ‘pelajar’ dari Indonesia yang telah berhasil melangkahkan kaki ke negeri impiannya Paris saat masih menjalani masa studinya ketika SMA. Memang untuk tujuan studi, tapi dia belum kuliah dan masih belia. Siapakah dia? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
Halo, Grace. Salam kenal, ya! Oya, sebelumnya bisakah perkenalkan diri kamu dan profil singkat tentang diri kamu?
Halo, perkenalkan saya Melody Grace Natalie. Saya adalah alumni dari SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Asal saya dari Yogyakarta, dan di Perancis saya tinggal di Lyon.
Program apakah yang Grace ikuti, sehingga bisa ke Perancis? Bagaimana cara apply program tersebut?
Waktu itu saya ikut Youth Exchange Program (YEP) yang dilaksanakan oleh Rotary International. Cara applynya, hubungi salah satu rotary club yang ada di kota-kota di Indonesia (biasanya sesuai tempat asal atau tempat tinggal), datang ke meeting mereka dan mengutarakan keinginan untuk ikut program YEP. Dan nantinya, dari rotary club itu akan memberi info apakah mereka bisa mensponsori kita atau tidak.
Kalau mau mensponsori, kita maju ke tahap berikutnya yaitu seleksi. Ada 3 seleksi:
Pertama, seleksi daerah (psikotest dan public speaking). Kalau lolos maju ke seleksi nasional (wawancara, kemampuan ilmu pengetahuan umum dan indonesia, kemampuan bahasa inggris). Kalau lolos lagi, maju ke seleksi internasional (pengiriman berkas ke 3 pilihan negara tujuan).
Bagaimana dengan pembiayaannya? Berapakah yang harus dikeluarkan?
Biaya pendaftaran daerah 750 ribu, nasional 7,5 juta, internasional 10 juta. Biaya nasional dibayarkan setelah lolos seleksi nasional, dan biaya internasional dibayarkan jika telah mendapat kepastian negara yang dituju, dan dipastikan akan berangkat. Biaya internasional salah satunya digunakan untuk uang saku anak ketika ada di negara exchange (tentunya uang saku juga ditambah oleh rotary club yang akan menghosting kita selama di negara tetangga). Selain itu, ada biaya tiket untuk pulang-pergi, dan biaya pengurusan visa.
Bagaimana untuk tempat tinggal di sana? Apakah sudah disediakan atau harus mencari sendiri?
Tempat tinggal sudah disediakan oleh pihak Rotary Internasional, tinggal bersama keluarga angkat. Dan selama tahun exchange, akan berganti keluarga angkat sebanyak minimal 3 kali.
Menurut kamu, bagaimana kurikulum pendidikan di Perancis? apakah ada perbedaan dengan di Indonesia?
Kurikulum di Perancis sangat berbeda dengan di Indonesia. Ada sisi positif ada sisi negatif.
perbedaannya seperti:
1. SD di Perancis selama 5 tahun, SMP 4 tahun, SMA 3 tahun.
2. Jam sekolah antara jam 8 pagi - 6 sore. (untuk SD jam 8.30 - 4.30).
3. Jam pelajaran mulai dari SMP-SMA seperti jadwal kuliah di Indonesia.
4. Moving class per pelajaran
5. Pelajaran fisika dan kimia jadi satu
6. Lebih ke penguasaan konsep dan teori (bahkan, sangat jarang ada hitung-hitungan untuk mata pelajaran eksak), bukan sekedar rumus cepat untuk pengaplikasian nyata. Dan semua harus ada alasan yang jelas yang diberikan (sekalipun pelajaran matematika).
7. Sejak kelas 5 SD, kalkulator diperbolehkan untuk dipakai, apalagi SMA semuanya hampir selalu menggunakan kalkulator (akibatnya murid di sana hitung-hitungan mudahpun kadang tidak bisa).
8. Sekolah gratis (hanya beberapa biaya administrasi dan biaya pinjam buku).
9. Kualitas setiap sekolah hampir sama (untuk sekolah negeri).
10. Pemilihan sekolah berdasarkan lingkungan tempat tinggal (per kecamatan), jika mau lintas kecamatan harus ada alasan yang tepat dan bisa diterima oleh sekolah yang bersangkutan (contoh : untuk belajar bahasa asing tertentu yang hanya ada di sekolah di kecamatan lain).
11. Mulai SMA tahun kedua penjurusan, mata pelajaran sudah lebih sedikit. Mata pelajaran pilihan (musik, bahasa asing, ketrampilan lain) hanya pilihan (tidak wajib).
12. Semua orang dipastikan bisa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri (ada semacam SNMPTN, kita bisa pilih 15 PT, dan dipastikan dapat salah satu diantara 15 PT tersebut).
13. Ujian Nasional (UN) di sana ada di tingkat SMP dan SMA, dan dalam bentuk essay. UN dilaksanakan untuk semua mapel di tingkat terakhir dari SMP dan SMA.
14. Rentang nilai yang digunakan antara 1-20. Dan mindset mereka "nilai bukan tujuan utama".
15. Di tingkat SMP dan SMA, kebanyakan mereka belum tahu aplikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk teori yang dipelajari.
16. Penggunaan laptop pribadi selama jam pelajaran dilarang (jika butuh browsing, pakai komputer sekolah di ruang perpustakaan/ruang media).
17. Jarang sekali ada kerja kelompok (hampir tidak pernah).
Bagaimana karakteristik dari teman-teman asli Perancis, dan apa saja kebiasaan yang mereka lakukan disela-sela waktu belajar, baik itu di dalam dan di luar kelas?
Karakter orang Perancis cukup berbeda dengan orang Indonesia. Kebanyakan dari mereka kurang tertarik dengan ‘stranger’, atau mungkin bisa dibilang sudah biasa untuk mereka karena banyak sekali pendatang dari negara lain. Alhasil, orang-orang di sana kurang ramah. Tapi, orang-orang Perancis jika sudah kenal dekat dengan seseorang, mereka akan menjadi sangat loyal dan setia kawan.
Jika di dalam kelas ada waktu luang (tidak ada pelajaran/guru tidak ada), mereka akan pulang atau menunggu di tempat semacam perpustakaan/ruang belajar. Ada yang memang belajar, ada yang hanya membaca buku, ada yang browsing by internet, atau hanya mengobrol saja. Sedangkan disela-sela pergantian jam pelajaran, mereka biasanya nongkrong di depan sekolah untuk mengobrol ataupun merokok.
Ketika weekend, ada yang berolahraga, ada yang jalan-jalan berkeliling kota, ada yang hanya istirahat di rumah, tapi kebanyakan berolahraga dan belajar (khususnya kelas 3 SMA).
Apakah kamu pernah mengalami ‘culture shock’ ketika di sana? Kalau iya, seperti apakah itu dan bagaimana cara kamu mengatasinya?
Pasti kalau culture shock, hal yang paling bikin shock itu masalah jam makan. Mereka makan malam jam 8 malam (paling cepat). Selain itu juga culture shock tentang kebiasaan di sekolah. Awal masuk sekolah waktu musim panas, dan ternyata mereka ke sekolah hanya menggunakan tanktop dan hotpants. Selain itu juga kepribadian mereka yang kurang ramah terhadap pendatang atau kurang tertarik dengan pendatang (bertolak belakang dengan Indonesia, jika ada bule, semua orang ingin berusaha mengenal, dan ramah).
Sikap mengatasinya dengan belajar bahasa Perancis secepat mungkin, karena pada saat awal datang, saya tidak bisa berbicara bahasa Perancis sama sekali, sehingga saya berpikir jika bisa bahasa mereka, mungkin akan lebih mudah untuk masuk ke pergaulan mereka. Selain itu juga harus aktif dalam berteman, aktif bertanya, dan selalu mencari tahu tentang budaya di sana.
Bagaimana karakter guru dalam menyampaikan pelajaran?
Guru di Perancis mungkin sudah agak seperti dosen di Indonesia. Mereka tidak memberikan penjelasan terlalu banyak, namun murid harus aktif belajar dulu sebelum pelajaran dan setelah pelajaran. Kalau tidak belajar sebelum pelajaran, tidak akan bisa mengikuti pelajaran. Karena guru hanya akan menjelaskan yang dianggap penting. Dan jika tidak aktif belajar setelahnya, tidak akan bisa mengikuti pelajaran berikutnya atau ketinggalan. Penyampaian bisa melalui presentasi singkat, menunjukkan video, atau melalui praktikum, serta disertai dengan print out handout.
Adakah perbedaan kebudayaan yang mencolok antara Perancis dan Indonesia? Jika ada, apakah itu?
Hampir dalam semua hal berbeda. Namun, yang paling berbeda itu budaya berpergian dengan menggunakan transportasi umum atau bahkan jalan kaki. Di Perancis, transportasi umum sangat difasilitasi dan ada perawatan yang baik. Harga bensin sangat mahal di sana. Makanya orang-orang lebih memilih naik transportasi umum, bahkan para pebisnis juga tidak malu untuk naik transportasi umum.
Selain itu budaya orangtua kepada anaknya yang sudah berumur diatas 18 tahun (usia dewasa di Perancis) juga sangat berbeda. Jika seseorang sudah 18 tahun, itu berarti dia sudah punya hak untuk tinggal sendiri, dan biasanya ada beberapa yang mulai tinggal sendiri di usia itu, atau saat kuliah. Dan setelah umur 18 tahun, orang tua memberikan kepercayaan sepenuhnya pada anaknya, sehingga tidak terlalu banyak diatur.
Bagimana kebudayaan pemuda di sana? Khususnya yang masih sebaya dengan kamu?
Anak muda di Perancis khususnya yang di atas 17 tahun memiliki budaya yang hampir sama dengan anak muda di Indonesia. Hanya saja, nak muda di sana lebih diberi kebebasan oleh orang tua mereka, sehingga mungkin agak sedikit berbeda dengan budaya anak muda di Indonesia pada umumnya. Budaya berpacaran mereka juga berbeda dengan budaya Indnesia pada umumnya, lebih bebas. Untuk pertemanan, pada umumnya di sana anak mudanya tidak terlalu memiliki teman yang luas. Kebanyakan teman dari lingkungan rumahnya (satu kecamatan) karena sejak SD-SMA hampir selalu satu sekolah. Tapi, mereka akan sangat loyal pada teman-temannya.
Adakah pengalaman yang paling unik dan menarik yang tidak bisa dilupakan?
Pengalaman yang paling menarik adalah ketika bertemu dengan seluruh anak exchange dari seluruh dunia di Perancis. Sekitar 500 anak berkumpul bersama di Paris selama 3 hari melakukan tour bersama di Paris dan ada pertunjukkan kebudayaan.
Selain itu juga ada pengalaman menarik ketika mengadakan malam kebudayaan Indonesia bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di kota Lyon, yang langsung dihadiri oleh bapak duta besar Indonesia di Perancis, beserta dengan beberapa atase. Malam kebudayaan itu berisikan pementasan drama sejarah Indonesia yang dipadukan dengan musik, nyanyian, dan tarian.
Tentang pengalaman unik dalam kehidupan sehari-hari, beberapa pertanyaan unik yang paling sering ditanya:
1. Indonesia itu ada di mana? mereka lebih tau Bali daripada Indonesia.
2. Indonesia itu bicara bahasa apa? Inggris ya? (karena pada awal-awal saya berbicara bahasa Inggris).
3. Orang Indonesia itu semuanya ramah-ramah seperti ini?
4. Bagaimana memasak nasi seenak ini? (ketika itu saya memasak nasi menggunakan rice cooker salah satu teman dari Indonesia di Perancis, dan menurut mereka nasi itu enak sekali. Karena cara pembuatan nasi mereka sangat berbeda).
Adakah tips spesial dari Grace yang bisa dibagikan kepada teman-teman, tentang apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan mengikuti program yang sama dengan kamu?
Untuk mengikuti program exchange ini, mungkin yang harus dipersiapkan itu mental. Karena hidup di negara orang seorang diri tanpa keluarga itu tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang harus diadaptasi, belum lagi ditambah kesulitan lain yang pasti akan datang.
Jika memang sudah tahu negara yang akan dituju, mungkin akan sangat membantu jika sudah mempelajari bahasanya terlebih dahulu, atau setidaknya bisa bahasa Inggris. Selain itu juga pelajari dulu budaya tentang negara yang akan kita tuju, cari informasi sebanyak-banyaknya supaya culture shock bisa diminimalisir.
Well, demikian cerita yang bisa dibagikan oleh Melody Grace Natalie tentang pengalamannya selama menjalani salah satu program pertukaran pelajar (student exchange) di negara Perancis. Keren sekali, bukan? Sebelum mencicipi dunia perkuliahan di luar negeri, seru sekali tentunya jika kita sudah memiliki pengalaman untuk berkunjung ke suatu negara di luar negeri sana. Tidak hanya jalan-jalan saja, tapi juga belajar banyak hal tentang negara tersebut.
Apakah kamu juga berminat untuk mengikuti jejak Grace? Makanya, jangan malas untuk selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya. Seperti kata pepatah,”Banyak jalan menuju Roma.” Maka, ada banyak juga jalan untuk meraih impianmu. Dan jangan lupa, ikuti selalu informasi terbaru dari berkuliah.com, ya! Salam sukses selalu.