Menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi memang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Jika dulu jurusan komunikasi jarang dilirik, beda ha...
Menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi memang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Jika dulu jurusan komunikasi jarang dilirik, beda halnya dengan sekarang. Jurusan Komunikasi mulai diminati oleh sebagian calon mahasiswa.
Prinsip dari Mahasiswa Komunikasi adalah: “siapa yang memegang informasi, dia yang memegang kendali”. Suatu faktor yang menyebabkan mengapa saat ini jurusan Komunikasi begitu digandrungi oleh banyak anak muda.
Biasanya mahasiswa Komunikasi kelak diprediksi jenjang karirnya pasti nggak jauh-jauh dari media, baik media cetak ataupun yang paling keren di media pertelevisian. Ya, mahasiswa Komunikasi memang identik dengan semua itu. Maka, ada anggapan bahwa mahasiswa Komunikasi merupakan mahasiswa media. Hehehe...
Menjadi mahasiswa memang menjanjikan banyak prospek, namun semua itu tidak serta merta membuat kamu bahagia. Ada duka yang harus kamu lewati dalam hal ini. Yap, ada baiknya kita mulai dari dukanya dulu. Mengapa ? Jika dimulai dari sukanya, nanti yang ada malah nggak jadi happy ending. Hehehe. Yuk, simak ulasannya!
'Duka' menjadi menjadi mahasiswa Komunikasi.....
Mahasiswa Komunikasi identik dengan jadi Anchor, Jurnalis
Bagi kamu yang kuliah jurusan di Komunikasi, pasti bisa merasakan sesaknya ditanya, “jika sudah lulus mau jadi anchor ya? Mau jadi jurnalis?” Padahal, mahasiswa Komunikasi nggak selalu belajar tentang ilmu yang berkaitan dengan media. Mata kuliah yang didapat nggak hanya tentang jurnalis. Dan poin yang terpenting: Jadi anchor, jurnalis, atau reporter ternyata tak semudah yang kamu kira! Ternyata, oh ternyata, jadi mahasiswa Komuniasi nggak semudah yang dibayangkan dan nggak sesimpel orang yang melihatnya. Meski terkesan asik, kamu harus belajar lebih banyak lagi, mengapa? Karena di kelas, kita akan banyak makan tentang teori, skill dari pribadilah yang membuat kamu bisa mengembangkannya dalam praktek, bukan hanya tentang teori.
Membuat iklan tidak semudah membalikkan telapak tangan
Bukan soal photoshop atau corel draw doang. Proses menciptakan iklan berdurasi 30 detik, memahami brief dari dosen, cari ide yang sesuai, bikin script, cari talent, proses produksi yang menguras tenaga, editing yang penuh tantangan, sampai harus berkonflik sama teman satu kelompok, pitching ke dosen dan akhirnya belum tentu dibilang bagus. Nah Lho, itu -Baru Bikin Iklan Setengah Menit-! Beda lagi dengan berbagai streotipe orang yang menilai negatif tentang iklan. Mayoritas masyarakat menilai iklan itu bohong. Nah lho, kreatif kok dibilang bohong? Di dalam ilmu komunikasi berbeda antara persuasif dan berbohong. Persuasif, berusaha meyakinkan orang lain lewat komunikasi yang efektif dengan kreatifitas, sedangkan berbohong menyembunyikan fakta. Belum bikin film pendek yang durasinya sekitar 5 menit. Bisa-bisa, 2 hari kamu selesai hanya pada tahap syuting. Belum editing :( !!!
Sebuah resiko jika jurusan Komunikasidi kampus kamu belum berdiri Fakultas Ilmu Komunikasi ( Melainkan masuk FISIP)
Mengambil jurusan Komunikasi bukan hanya belajar tentang mata kuliah yang selalu berhubungan dengan komunikasi. Apalagi, jika jurusan Komunikasi di kampus kamu masuk termasuk ke dalam FISIP ( Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Pasti kamu akan mendapat mata kuliah yang bersinggungan langsung dengan politik. Suka tidak suka, kamu harus mempelajari model kampanye dan sebagainya.
Maka, meski kuliah di jurusan Komunikasi, jangan kaget! Kamu malah akan dapat mata kuliah soal sejarah, teori, dan analisis. Nama-nama mata kuliahmu:
Pengantar Ilmu Komunikasi
Filsafat Ilmu dan Logika
Sistem Hukum Indonesia
Pengantar Imu Politik
Investor Relation
Pasti yang langsung ada di pikiran: terbayang buku-buku teori yang tebalnya seberat 5 kg :( .
Kamu akan merasakan bagaimana pusingnya menghadapi mata kuliah yang nggak sesuai dengan passsion kamu, Apalagi di semester awal kamu akan menghadapi berbagai macam mata kuliah yang nggak kamu banget. Seperti Statistika: ilmu yang berhubungan dengan rumus dan angka yang membuat kepala serasa mau pecah. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya menjalani mata kuliah yang kita sendiri nggak ada passion di dalamnya. Semangat yang tadinya menggebu-gebu, perlahan memudar begitu mendengar kata politik.
Bukannya langsung belajar soal metode penulisan naskah film atau teknik-teknik dasar wawancara, di semester awal kamu akan mengalami shock, karena bakal dihajar mata kuliah “Sistem Politik Indonesia” dan “Pengantar Ilmu Politik”. Kamu pun sadar ini semua gara-gara jurusanmu tergabung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, bukan sebagai Fakultas Imu Komunikasi. Dan..entah ini suatu kutukan atau keberuntungan, agar kamu bisa mempelajari politik dan berbagai fenomenanya.
Menjadi mahasiswa Komunikasi di semester awal, jangan berharap akan langsung mendapat Ilmu Komunikasi yang sebenarnya. Teknik wawancara? No. Membuat Konsep Majalah? No. Mengambil gambar? No. Memproduksi siaran? Tunggu di semester 3 atau 5. Semua teori di dalam kelas otomatis akan membuat stress karena harus berkutat dengan berbagai teori selama 2 semester.
Selain itu, kamu akan dengan nama Harold Laswell, Denis McQuail, Habermas, dan Littlejohn pada metodologi penelitian dengan tebal bukunya yang bisa memberatkan tas kamu. Namanya juga mahasiswa, membaca suatu kebutuhan. Semakin kamu perdalam komunikasi, semakin kamu merasa asik di dalam jurusan ini.
Akhirnya, setelah semester pertama terlewati tugas bersifat praktikum datang juga. Kamu mulai harus menulis berita. Kamu mulai diajari bagaimana memegang kamera. Tapi, seiring dengan aktivitas kamu yang nggak hanya tetang kuliah sudah hadir praktikum tugas fotografi, produksi siaran, produksi iklan, dan produksi majalah dalam satu semester. Kapan bisa cukup istirahat??? Haha..
Kebanyakan stereotipe, anak Komunikasi dipandang ‘Gaul’ secara keseluruhan
Pertama kenalan: “jurusan apa?” Komunikasi. “Tapi, penampilan kamu kok bukan seperti anak komunikasi ya?” atau, “Muka kamu kamu kok gak komunikatif banget ya?” T_T.
Heloo! Komunikasi bukan hanya tentang penampilan. Stereotipe yang sekarang ada, mahasiswa Komunikasi harus tampil bak selebritis. Mahasiswa komunikasi, bukan hanya peduli tentang penampilan mereka. Seperti mahasiswa pada umumnya, mereka layak untuk berprestasi dengan berbagai karyanya. Siapa sangka mahasiswa Komunikasi yang penampilannya biasa-biasa saja mewujudkan karyanya dalam bentuk nyata seperti melauncing buku perdananya, atau bahkan berhasil meluncurkan film pendeknya!
Selain itu, mahasiswa Komunikasi selalu dipandang pinter ngomong di mana saja. Padahal sih, sebenarnya nggak juga. Banyak kok mahasiswa Komunikasi yang pendiam, malah saking pendiamnya tiap presentasi di dalam kelas, sampai harus alasan lagi sariawan atau batuk. Welehh.. piye toh, anak Komunikasi kok malah takut mau ngomong???
Berkomunikasi yang efektif itu bukan hanya sekedar berkoar-koar nggak ada konsepnya di depan publik. Ada beberapa hal yang harus diterapkan agar komunikasi yang kamu sampaikan kepada publik bisa tersampaikan dengan baik, nggak hanya sebatas angin lalu yang hadir lalu berlalu tanpa ada makna. Jika hanya berkoar, semua orang bisa melakukannya tanpa harus menjadi mahasiswa Komunikasi.
Suka galau ketika harus memilih konsentrasi jurusan
Nah, ini bagi kampus yang memiliki fakutas Ilmu Komunikasi tersendiri. Konsentrasi jurusan wajib diambil oleh setiap mahasiswa komunikasi. Mengapa? Alasannya, karena masing-masing mahasiswa Komunikasi wajib memiliki skill yang mencerminkan pribadi mereka pada konsentrasi yang diambil. Jadi, tidak harus mempelajari komunikasi secara global.
Awal masuk langsung milih konsentrasi broadcast (penyiaran) karena membayangkan pasti asik bergabung dengan para penyiar atau mungkin bisa bertemu dengan selebritis. Pengen jadi humas, eh, begitu kenal dengan media langsung jatuh hati sama jurnalistik. Bingung ! Pada asik semua sepertinya untuk dipelajari. Yang niat awalnya menggebu-gebu ingin jadi jurnalis, eh… malah terjun dalam dunia periklanan karena asyiknya mempelajari design grafis.
Fenomena pindah-pindah aliran sudah menjadi hal yang lumrah bagi mahasiswa Komunikasi. Tuntutan jurusan membuat para mahasiswa memutar otak agar jurusan yang dipilih tidak salah nantinya. Namun, jika sudah salah tapi terlanjur tercebur, pandai-pandai individu tersebut dalam menjalani konsentrasi jurusan yang diambilnya. Menjadi mahasiswa kan harus luwes dan pandai beradaptasi, meski nggak sesuai dengan passion yang diharapkan. Bener nggak, mahasiswa Komunikasi?
Skripsi Gampang ???
“Wah, asik banget ya jadi mahasiswa Komunikasi? Pasti skripsinya gampang!" Begitu kata mahasiswa yang kuliah di jurusan Eksak.
Orang lain pasti akan beranggapan bahwa skripsi Komunikasi itu gampang. Hanya memerlukan penelitian kualitatif dan survei. Tak perlu berkecamuk dnegan penelitian kuantitatif yang di dalanya menari-nari berbagai rumus dan angka. Padahal, kenyataanya nggak semudah kata-kata yang kita susun dalam cerpen. Skripsi Komunikasi juga butuh riset dan waktu penelitian yang cukup panjang. Belum lagi, jika nara sumbernya susah untuk dimintai keterangan. Butuh perjuangan ekstra untuk mendapatkan data yang valid. Jangan salah jika menilai penelitian komunikasi se-simpel yang dipikirkan.
Nah, kalo sukanya bisa dibilang banyak, ini nih, Suka Cita nya menjadi Mahasiswa Komunikasi ? Chek it !
Bertemu dengan semua kalangan, relasi kamu semakin kuat
Menjadi mahasiswa Komunikasi menuntut kamu untuk menjalin relasi dengan siapapun. Baik orang itu bagian dari dunia komunikasi atau bukan. Mungkin yang dulunya kamu menganggap: “Wah, keren sekali wartawan bisa bertemu dengan banyak tokoh penting”. Sekarang, jangan heran jika kamu bisa berkenal atau akrab dengan ketua dewan pers. Bagi kamu, sekarang hal itu menjadi hal yang biasa saja.
Awalnya kamu yang dulu tertarik bercita-cita kerja di media cetak, kini impian kamu berubah ingin menjadi seorang ‘Public Relation’ yang handal dan mampu mempersuasif-kan klien di dalam suatu perusahaan. Kuncinya ada di relasi yang kamu jalin dan bidang sama yang juga kamu geluti.
Memiliki analisis yang tajam soal Fenomena Komunikasi
Negara Indonesia, dengan asas demokrasi seperti sekarang ini banyak fenomena yang bisa terjadi di lapangan. Peristiwa sosial, politik, ekonomi, dan hukum selalu bisa dilihat dari bingkai komunikasi. Jika awalnya kamu tidak tertarik dalam dunia politik, kini setelah menjadi mahasiswa komunikasi, kamu jadi tertarik untuk menganalisis fenomena politik tersebut. Kamu bisa melihat dari sisi komunikasi, apakah kampanye yang dilakukan para politisi tersebut sudah berjalan efektif atau tidak. Tak perlu terjun langsung ke lapangan, dengan menonton berita dari TV, kamu sudah bisa menulis esai ataupun opini.
Menjadikan kamu berpikir kreatif
Kuliah di jurusan Komunikasi menutut kamu menjadi pribadi yang lebih kreatif dan berpikiran terbuka. Kini, kamu tidak hanya memandang berita dari satu media, selalu mencari referensi media lain sebagai pembanding apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan fakta atau sekedar isu.
Satu hal yang penting, jika mahasiswa Komunikasi nggak kreatif, maka ia akan jauh tertinggal dengan mahasiswa Komunikasi yang lain. Persaingan tingkat kreatif ini membuat mahasiswa Komunikasi berlomba-lomba dalam menghasilkan karya. Mahasiswa Komunikasi tanpa karya, hanya terasa hampa.
Komunikasi membuat kamu mengenali bidang ilmu selain Komunikasi yang selama ini belum kamu kenal
Seperti yang sudah dijabarkan, mahasiswa Komunikasi tidak hanya belajar tentang dunia komunikasi. Ada statistik, sistem hukum, sistem politik yang belum pernah kamu kenal sebelumnya, kini menjadi bagian dari bahan mata kuliah kamu sehari-hari. Di jurusan Komunikasi, kamu dituntut agar lebih tajam dalam menganalisis pangsa pasar dan segmentasi konsumen jika kita akan membuat sebuah karya. Mempelajari cara berbagai perilaku manusia melalui psikologi Komunikasi serta melek hukum.
Dosen sebagai partner belajar yang asyik
Percaya atau tidak, mayoritas dosen Komunikasi saat ini adalah para dosen muda yang masih fresh graduate. Bisa dibayangkan bukan? Asyiknya belajar dengan mereka. Kita serasa belajar dengan teman sendiri karena terpaut usia yang tidak begitu terlalu jauh. Selain itu, mereka juga tampil fresh ala anak muda dan selalu up to date, sehingga membuat mahasiswanya nggak merasa bosan di dalam kelas.
Uniknya, karena terpaut usia yang tidak terlalu jauh dengan mahasiswanya, beberapa dari dosen Komunikasi nggak mau dipanggil bapak/ ibu, melainkan lebih suka dipanggil dengan sebutan “miss”, “mas”. Hihii…
Terlepas dari semua itu, tentu dosen muda memiliki karakternya masing-masing. Ada dosen muda yang terlalu realistis sehingga membuat mahasiswa terkadang merasa jenuh. Tapi, dengan realistis sang dosen, justru akan membuat kamu lebih kritis dalam berpikir.
Jadi anak Komunikasi itu menyenangkan: Kita punya kemampuan untuk mengarungi dunia dengan santai
Mengapa jadi mahasiswa Komunikasi itu menyenangkan? Karena tugas-tugas yang kita kerjakan berhubungan langsung dengan dunia teknologi yang dekat dengan kita. Ada tugas membuat berita, tinggal pantengin update berita di berbagai media. Ada tugas bikin film, bisa langsung belajar sama kakak senior yang sudah ahlinya. Ilmu bisa kamu dapetin dengan mudah.
Asyiknya lagi, ada dosen yang nanya: Mau ujian tertulis atau take home? Ya, take home-lah!!! Hahaha. Nah, yang paling santai nih, anak Komunikasi nggak kenal dengan yang namanya dress code. Bagi mahasiswa Komunikasi: ‘Penampilan yang komunikatif adalah penampilan yang membuat nyaman bagi yang melihatnya.’
Jurusan Komunikasi memberikan ruang bagimu untuk terus mengembangkan diri
Jadi anak Komunikasi nggak selalu harus berhubungan terus dengan dunia komunikasi. Kamu bisa mengembangkan potensi lain yang kamu miliki, misal kamu punya bakat di bidang baca puisi, kamu bisa mengembangkan potensi baca puisi kamu tanpa harus terlepas dari sisi Komunikasi.
Tugas-tugas kuliah yang berat justru mengasyikkan dan menantang
Kebayang tugas anak Komunikasi yang identik dengan deadline, bukan ? Bikin film, menkonsep iklan sampai menulis berita pasti nggak lepas yang namanya deadline. Tapi, justru dengan adanya deadline, kamu bisa memanajemen waktu kamu agar waktu kamu bisa lebih produktif. Menariknya lagi, dengan tugas yang kamu buat, kamu bisa membawa perubahan kehidupan bagi orang lain.
Iklan, Jurnalisme, Public Relations, TV, dan media Baru merupakan ‘separuh jiwa’ Mahasiswa Komunikasi
Media tentu akrab dengan mahasiswa Komunikasi. Bagi mereka, tanpa media dunia akan terasa hampa. Jika yang lain harus belajar ekstra dalam membuat iklan, dengan menjadi bagian dari mahasiswa Komunikasi kamu bisa mempelajari semua itu lebih dalam. Bagi mahasiswa Komunikasi, media seakan sahabat yang harus dipahami
Akhirnya, setelah kamu memahami seluk beluk Komunikasi, kamu mengerti bahwa ilmu yang baik adalah yang mencakup berbagai aspek
Saat mendapat berbagai mata kuliah yang nggak sinkron dengan komunikasi, tentu kamu akan merasa asing. Awalnya kamu pasti bingung mengapa harus belajar filsafat dan statistika. Kini, kamu mengerti bahwa Ilmu Komunikasi bukanlah hanya satu ilmu yang harus kamu perdalam, tetapi Komunikasi merupakan suatu ilmu yang menghubungkan satu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
Menjadi mahasiswa komunikasi membuka wawasan kamu tentang berbagai ilmu dan kebebasan berekspresi yang sesuai dengan norma. Sekarang kamu tidak akan asing lagi dengan statistika yang sebelumnya belum kamu pelajari. Kamu akan sadar bahwa komunikasi dibutuhkan dalam berbagai bidang. Karena Komunikasi mencakup semua komponen dalam bidang keilmuwan. Tanpa Komunikasi, otomatis semua tidak berjalan teratur.
Salam Mahasiswa Komunikasi! Dan salam berkuliah.com :)
Oleh: Andreanyta Erni
Oleh: Andreanyta Erni