Pengalaman. Ya, hanya satu kata namun memiliki ribuan makna. Seperti pengalamanku ini yang sempat menginjakkan kaki di negeri 2 benua, Turki...
Pengalaman. Ya, hanya satu kata namun memiliki ribuan makna. Seperti pengalamanku ini yang sempat menginjakkan kaki di negeri 2 benua, Turki. Mencari ilmu di negeri orang tidaklah semudah mencari tas, aksesoris dan pernah pernik lainnya. Setidaknya itu adalah hal yang pernah saya rasakan.
Hal yang selalu terbesit di pikiranku adalah sekarang aku memiliki 2 jalan.
Pengalaman. Satu kata yang mengukir beribu makna. Karena pengalaman mengajarkan segalanya. Mengajarkan? Maksudnya sekolah? Kenapa sekolah, karena kegiatan belajar mengajar identik dengan yang namanya sekolah. Setuju kan? Hmm.. kalimat mengenai sekolah bisa disimbolkan seperti ini:
“Mengajar? Belajar-mengajar adalah satu kalimat yang sama artinya dengan mencari dan memberi ilmu. Benar kan? Mencari ilmu sendiri identik dengan, carilah ilmu sampai ke negri China. Dan China merupakan negara yang berada di luar Indonesia. Jadilah ketiga kalimat ini apabila digabung akan menjadi, Pengalaman Menuntut Ilmu di Luar Negri.
Lumayan lah buat pembukaan.
Kalo bicarain tentang sekolah ke luar negri, nggak bakal jauh-jauh deh dari Inggris, Jerman, Italia dan negara Eropa lainnya. Sedangkan di wilayah Asia, ada Jepang.
Pengalaman saya nggak kalah unik nih, bukan negara maju seperti Jepang. Bukan juga negara yang memiliki menara Eifel didalamnya. Negara yang saya singgahi adalah negara yang terletak diantara kedua benua. Yup, dia adalah Turki.
Mari kita mendekat kedalamnya.
Negeri ini memiliki 4 musim. Tetapi mereka tidak menyebut nya sebagai musim salju, melainkan musim dingin. Itu dikarenakan ada beberapa wilayah di Turki yang tidak akan pernah disinggahi dengan yang namanya salju. Seperti Adana. Wajah orang Turki memang lebih dominan ke Eropa di banding wajah Asia yang kecil dan akan terlihat Babyface di normal usianya. Cara membedakan apakah dia keturunan Eropa atau Asia adalah cukup dilihat dari warna kulit. Kalau kecoklatan berarti dia keturunan Asia, dan sebaliknya, apabila kulitnya terlihat putih pekat maka dia keturunan Eropa.
Dari segi sifat juga dengan sangat jelas, yaitu orang-orang Eropa akan lebih individualis. Berbeda banget sama orang-orang Asia yang lebih gampang buat diajak berteman maupun sekedar ngobrol. Orang-orang Indonesia akan lebih akrab dengan orang-orang Asia dibanding Eropa.
Kalo soal makanan, pagi hari mereka akan mengikuti tradisi Eropa. Menu utamanya adalah roti, keju, zaitun, tomat, telur dsb. Sedangkan dimalam hari, adalah saat-saat yang nikmat bagi orang asli Asia seperti saya, karena jalur makan malam mereka like in Asia. Nasi, makarna, dengan sop dan lain sebagainya.
Apa yang dikatakan orang-orang yang pernah menginjakkan kakinya di luar negri itu benar, yang mengatakan bahwa terasi ataupun ikan asin itu memiliki bau seperti kaos kaki. Dan tanpa banyak pikir panjang mereka langsung akan membuangnya, mengira bahwa barang-barang itu adalah makanan yang sudah basi ataupun kadaluarsa.
Sebenarnya menjadi orang asing di negara asing itu mengasyikkan. Secara nggak langsung kita diajarkan beragam bahasa. Dan karena kita berbeda, perbedaan itulah yang akan membawa kita ke perbedaan-perbedaan lainnya. Seperti temen-temen kita dari seluruh penjuru dunia. Beragam bahasa akan kita kenali. Bukan hanya bahasa, ragam rasa, kultur dan adat yang beragam pula. Wawasan kita akan lebih meluas lagi, sehingga kita benar-benar bisa membandingkan jika antara kebenaran dan kepalsuan itu beda tipis.
Ketika musim berganti, terasa waktu akan sangat begitu cepat telah berlalu.
Ketika saya sedang berjalan menuju rumah, di tengah jalan seorang ibu sedang duduk dan pandangannya mengikuti arah gerak tubuh saya berjalan, lalu tak lama wanita itu pun memanggil saya. Saya menghampirinya dan dia memberikan selembar kertas uang bergambar Mustafa Kemal Ataturk. Ketika hendak saya kembalikan, wanita itu berkata ambillah, kau akan memerlukannya. Karena ini adalah pengalaman pertama saya, entah apa yang harus saya lakukan, saya hanya bisa mengucapkan kalimat terima kasih berkali-berkali.
Di negara ini, pelajar adalah sesuatu yang sangat berharga. Ketika masa ujian tiba, terkadang ada yang mengantar makanan kerumah karena mereka tahu kami tidak memiliki waktu banyak untuk memasak karena kami fokus akan ujian kami.
Saya memiliki teman orang Indonesia yang tingginya kurang lebih sama dengan saya. Beberapa kali teman-teman sekolah sering tertukar, mana saya dan yang mana teman saya, mereka selalu bilang kalau wajah kami mirip. Dan yang kami rasakan pun demikian, menurut saya wajah mereka semua sama. Mungkin karena cara berpakaian kami yang serupa, dan tubuh kami yang lebih kecil dari mereka.
When you smile, sunshine!
Terbiasa akan beragam musim, membuat keberadaan kita yang menepi ini benar-benar sangatlah singkat. Satu kata yang tidak terpisahkan dari kehidupan, antara lain adalah pengalaman. Pengalaman mengajarkan segalanya. Pengalaman adalah guru terindah. Tidak berwujud, sehingga tak perlu ditakuti. Tidak memiliki mulut, sehingga tidak ada hati yang tersakiti. Cara pengajaranya sangatlah halus, itulah alasan mengapa banyak orang cerdas mencarinya.
Nah, ketika mendengar kata ‘Luar Negeri’, apa sih yang terbesit dipikiran kita?
Sesuatu yang jauh? Indah? Setiap insan berkeinginan bukan untuk menginjakkan kakinya di luar negri kelahiran. Entah itu hanya sekedar menikmati keindahan yang tak dapat ditemui di dalam negeri, maupun memperkenalkan Indonesia kita kepada masyarakat bumi lainnya.
Nah! Sekarang kalian dapat menyatukan ketiga kunci diatas bukan?
Pengalaman, Belajar dan Luar Negeri.
Disini, saya akan berbagi pengalaman saya bermukim di negeri 2 benua, Turki. Negri yang terkenal dengan jembatan Bosphorus-nya(jembatan yang menghubungkan antara Asia dan Eropa).
Segala sesuatu yang saya ketahui sebelum saya menginjakkan kaki ini ke Turki, ternyata tidak semuanya sama. Memang benar, jika kita ingin mengetahui sesuatu maka datangilah, telusurilah hal itu hingga kau benar-benar mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan mendengarnya tapi lihatlah!
Sebelumnya, kita sudah tahu bukan, kalau ibu kota Turki adalah Ankara, bukan Istanbul.
Kenapa sih ibu kotanya Ankara bukan Istanbul? Bukannya di Istanbul lebih banyak turisnya?
Memang benar. Istanbul adalah kota yang sangat padat akan turis. Gini deh, biar gampangnya. Anggap saja Istanbul itu Bali-nya Indonesia. Ankara itu Jakarta-nya.
Peninggalan-peninggalan sejarah banyak terdapat di Istanbul, oleh karenanya Istanbul tidak bisa dijadikan ibu kota. Kebayang nggak sih kalau ibu Kota Turki di Istanbul? Mereka akan benar-benar kehabisan oksigen karena saling berebut satu sama lain sangking padatnya. Sebenarnya Ankara itu nggak baru juga menjadi ibu kota Turki.
Kalau di Istanbul, kira-kira enaknya tinggal dibagian Eropa atau Asia nih?
Ternyata Eropa hanya ¼ bagian dari Turki, sisanya itu Asia. Cara membedakan orang keturunan Asia dan keturunan Eropa juga mudah loh. Kebanyakan orang Asia memiliki kulit yang lebih gelap sedangkan yang keturunan Eropa kulitnya akan lebih putih bersinar.
Di Turki, teh itu adalah minuman wajib, bahkan air putih pun kalah derajatnya. Iya, mereka cinta banget sama yang namanya teh. Tapi penyajian teh disini nggak sama seperti teh yang biasa kita sajikan. Mereka akan memasaknya secara terpisah di caydanlik (teko yang terdiri dari 2 bagian, yang bawah untuk air putih dan yang bagian atas untuk air yang sudah dicampur teh hitam). Sebelum dituang di gelas masing-masing, mereka akan bertanya, ingin yang warnanya pekat atau yang nggak pekat. Kebanyakan orang Turki menyukai teh yang sangat pekat.
Mereka juga memiliki gelas tersendiri untuk teh ini. Dan sekali nge-teh, mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam. Kita akan banyak menemukan tempat untuk nge-teh yang pastikan sudah rame akan pengunjung para adam. Kalau kata orang Indonesia, lebih mantap lagi jika disajikan dengan gorengan. Hehe..
Hey, bukan berarti teh model celup nggak ada disini. Teh celup biasa dipake buat yang sedang diet, dan teh celup disini akan beraneka ragam rasa, seperti melon, apel dan rasa buah lainnya.
Transportasi umum yang terkenal disini adalah tramvay. Kita akan sangat jarang menemukan seorang pelajar yang menggunakan motor apalagi mobil. Seperti orang Eropa pada umumnya, yang terbiasa akan berjalan kaki.
Kita juga akan sangat jarang melihat motor berkeliaran ditepi jalan. Motor kebanyakan digunakan untuk mengantar pesanan makanan. Sebenarnya transportasi di sini lumayan mahal juga. Jarak antara Istanbul-Ankara kurang lebih 453 km, dan memakan waktu sekitar 5 jam-an apabila menggunakan bus. Harga bus yang paling murah adalah 35TL atau sekitar 200.000 rupiah. Itupula jika kita sudah memesan tiket dari jauh-jauh hari, atau kita lagi hoki mendapat tiket promo. Tapi jangan khawatir, bus di Turki akan memberikan pelayanan yang tidak mengecewakan. Sesuailah dengan apa yang sudah kita bayar.
Tidak semua wilayah di Turki memiliki kawasan berair. Ankara salah satunya. Karenanya, jangan kaget ya saat musim panas akan terasa sangat panas dan saat musim dingin akan terasa sangat dingin.
Setiap kota di Turki memiliki makanan khas sendiri. Trabzon merupakan wilayah berair, maka dari itu Trabzon dijuluki sebagai kota Ikan, dimana ikan akan sangat berlimpah disana. Lain lagi dengan Adana yang terkenal akan Kebab Adana-nya. Itu karena kebab Adana memiliki cita rasa berbeda dari kebab-kebab umumnya. Lain hal nya dengan Gaziantep yang terkenal akan kacang Gaziantep yang terenak se-Turki, dan beragam makanan khas dari masing-masing kota.
Ngomong-ngomong soal ikan, di Turki ini ikan tidak akan kita temukan ketika musim panas. Tapi bukan berarti benar-benar tidak akan ditemui, hanya saja penjualannya yang jarang dibanding pada musim dingin. Pemerintah Turki melarang penangkapan ikan di musim panas. Kenapa? Karena ketika musim panas adalah waktu dimana para ikan akan bertelur.
Oiya, kita tidak diperkenankan mem-fotokopi buku pelajaran, kalau tidak kita akan dikenakan denda. Bahkan satu halamanpun. Supeer…!
Masyarakat Turki sangat patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku.
Pada saat ujian sekolah, ketika mereka tidak mengetahui jawabannya, mereka nggak akan pusing dan berkutat pada soal-soal itu. Jadi jangan panik ya jika sedang ujian bareng dengan orang Turki dan mereka akan dengan cepat meninggalkan ruang ujian.
Pelajar di Turki bagaikan dewa. Mereka sangat dibanggakan. Suatu hari ketika saya berjalan hendak pulang kerumah. Seorang wanita yang sedang asyik duduk menikmati remangan kilau cahaya lampu jalan memanggil saya. Awalnya saya ragu, apa dia benar memanggil saya. Lalu saya menghampirinya.
Dia bertanya, “Apakah kamu pelajar?”.
Saya tersenyum, “Iya, saya seorang pelajar disini.”.
“Masya Allah.” Wanita itu lalu memberikan selembar uang kertas bergambarkan Mustafa Kemal Attaturk.
Saya kaget. “Ini buat apa?”
“Ambillah, kau akan membutuhkannya.”
Diantara kebingungan saya yang menjulang, dan wanita itu yang terus menyuruh saya untuk mengambilnya, akhirnya saya hanya mengucapkan kalimat ‘Terima Kasih’ berkali-kali.
Hal lain juga terjadi di rumah. Musim ujian adalah musim dimana seluruh pelajar akan bergelut habis-habisan dengan para buku. Membuat rumah yang berisi kumpulan pelajar tidak memiliki waktu luang sekedar memasak makan malam. Seperti sudah tradisi, para tetangga akan membagikan makan malamnya ke rumah-rumah pelajar.
Satu malam ketika saya dan kedua teman saya hendak pulang kerumah menggunakan bus, ternyata isi kartu bus saya sudah habis isinya. Dan kedua teman saya pun tidak memiliki sisa di kartunya. Bus itupun sudah berjalan. Tak ada jalan lain selain menunggu penumpang lain yang datang dan meminjam kartunya dengan menukar dengan uang kontan. Tak lama kemudia seorang wanita masuk. Kita jelasin keadaan kita dan wanita itu meminjamkan kartunya. Ketika kita hendak mengganti uang di kartu wanita itu, dia menolak. “Kalian pelajar kan? Nggak perlu diganti.”
Lagi-lagi kita hanya bisa saling pandang.
Orang yang bermukim di Eropa akan sangat jelas terlihat dengan individualisnya yang menjulang, berbeda dengan orang yang bertempat tinggal di wilayah Asia yang lebih ramah dan sangat mudah akrab.
Bahasa kedua di Turki adalah Bahasa Arab bukan Bahasa Inggris. Nggak heran kan, karena awal mulanya Turki memang berasal dari Arab. So, jangan keget juga ya kalo Bahasa Inggris mereka akan sangat minim.
Oleh: Niza Zakiyah
Hal yang selalu terbesit di pikiranku adalah sekarang aku memiliki 2 jalan.
Tahun pertama memang selalu berjalan sulit.
Pengalaman. Satu kata yang mengukir beribu makna. Karena pengalaman mengajarkan segalanya. Mengajarkan? Maksudnya sekolah? Kenapa sekolah, karena kegiatan belajar mengajar identik dengan yang namanya sekolah. Setuju kan? Hmm.. kalimat mengenai sekolah bisa disimbolkan seperti ini:
“Mengajar? Belajar-mengajar adalah satu kalimat yang sama artinya dengan mencari dan memberi ilmu. Benar kan? Mencari ilmu sendiri identik dengan, carilah ilmu sampai ke negri China. Dan China merupakan negara yang berada di luar Indonesia. Jadilah ketiga kalimat ini apabila digabung akan menjadi, Pengalaman Menuntut Ilmu di Luar Negri.
Lumayan lah buat pembukaan.
Kalo bicarain tentang sekolah ke luar negri, nggak bakal jauh-jauh deh dari Inggris, Jerman, Italia dan negara Eropa lainnya. Sedangkan di wilayah Asia, ada Jepang.
Pengalaman saya nggak kalah unik nih, bukan negara maju seperti Jepang. Bukan juga negara yang memiliki menara Eifel didalamnya. Negara yang saya singgahi adalah negara yang terletak diantara kedua benua. Yup, dia adalah Turki.
Mari kita mendekat kedalamnya.
Negeri ini memiliki 4 musim. Tetapi mereka tidak menyebut nya sebagai musim salju, melainkan musim dingin. Itu dikarenakan ada beberapa wilayah di Turki yang tidak akan pernah disinggahi dengan yang namanya salju. Seperti Adana. Wajah orang Turki memang lebih dominan ke Eropa di banding wajah Asia yang kecil dan akan terlihat Babyface di normal usianya. Cara membedakan apakah dia keturunan Eropa atau Asia adalah cukup dilihat dari warna kulit. Kalau kecoklatan berarti dia keturunan Asia, dan sebaliknya, apabila kulitnya terlihat putih pekat maka dia keturunan Eropa.
Dari segi sifat juga dengan sangat jelas, yaitu orang-orang Eropa akan lebih individualis. Berbeda banget sama orang-orang Asia yang lebih gampang buat diajak berteman maupun sekedar ngobrol. Orang-orang Indonesia akan lebih akrab dengan orang-orang Asia dibanding Eropa.
Kalo soal makanan, pagi hari mereka akan mengikuti tradisi Eropa. Menu utamanya adalah roti, keju, zaitun, tomat, telur dsb. Sedangkan dimalam hari, adalah saat-saat yang nikmat bagi orang asli Asia seperti saya, karena jalur makan malam mereka like in Asia. Nasi, makarna, dengan sop dan lain sebagainya.
Apa yang dikatakan orang-orang yang pernah menginjakkan kakinya di luar negri itu benar, yang mengatakan bahwa terasi ataupun ikan asin itu memiliki bau seperti kaos kaki. Dan tanpa banyak pikir panjang mereka langsung akan membuangnya, mengira bahwa barang-barang itu adalah makanan yang sudah basi ataupun kadaluarsa.
Sebenarnya menjadi orang asing di negara asing itu mengasyikkan. Secara nggak langsung kita diajarkan beragam bahasa. Dan karena kita berbeda, perbedaan itulah yang akan membawa kita ke perbedaan-perbedaan lainnya. Seperti temen-temen kita dari seluruh penjuru dunia. Beragam bahasa akan kita kenali. Bukan hanya bahasa, ragam rasa, kultur dan adat yang beragam pula. Wawasan kita akan lebih meluas lagi, sehingga kita benar-benar bisa membandingkan jika antara kebenaran dan kepalsuan itu beda tipis.
Ketika musim berganti, terasa waktu akan sangat begitu cepat telah berlalu.
Ketika saya sedang berjalan menuju rumah, di tengah jalan seorang ibu sedang duduk dan pandangannya mengikuti arah gerak tubuh saya berjalan, lalu tak lama wanita itu pun memanggil saya. Saya menghampirinya dan dia memberikan selembar kertas uang bergambar Mustafa Kemal Ataturk. Ketika hendak saya kembalikan, wanita itu berkata ambillah, kau akan memerlukannya. Karena ini adalah pengalaman pertama saya, entah apa yang harus saya lakukan, saya hanya bisa mengucapkan kalimat terima kasih berkali-berkali.
Di negara ini, pelajar adalah sesuatu yang sangat berharga. Ketika masa ujian tiba, terkadang ada yang mengantar makanan kerumah karena mereka tahu kami tidak memiliki waktu banyak untuk memasak karena kami fokus akan ujian kami.
Saya memiliki teman orang Indonesia yang tingginya kurang lebih sama dengan saya. Beberapa kali teman-teman sekolah sering tertukar, mana saya dan yang mana teman saya, mereka selalu bilang kalau wajah kami mirip. Dan yang kami rasakan pun demikian, menurut saya wajah mereka semua sama. Mungkin karena cara berpakaian kami yang serupa, dan tubuh kami yang lebih kecil dari mereka.
When you smile, sunshine!
Terbiasa akan beragam musim, membuat keberadaan kita yang menepi ini benar-benar sangatlah singkat. Satu kata yang tidak terpisahkan dari kehidupan, antara lain adalah pengalaman. Pengalaman mengajarkan segalanya. Pengalaman adalah guru terindah. Tidak berwujud, sehingga tak perlu ditakuti. Tidak memiliki mulut, sehingga tidak ada hati yang tersakiti. Cara pengajaranya sangatlah halus, itulah alasan mengapa banyak orang cerdas mencarinya.
Nah, ketika mendengar kata ‘Luar Negeri’, apa sih yang terbesit dipikiran kita?
Sesuatu yang jauh? Indah? Setiap insan berkeinginan bukan untuk menginjakkan kakinya di luar negri kelahiran. Entah itu hanya sekedar menikmati keindahan yang tak dapat ditemui di dalam negeri, maupun memperkenalkan Indonesia kita kepada masyarakat bumi lainnya.
Nah! Sekarang kalian dapat menyatukan ketiga kunci diatas bukan?
Pengalaman, Belajar dan Luar Negeri.
Disini, saya akan berbagi pengalaman saya bermukim di negeri 2 benua, Turki. Negri yang terkenal dengan jembatan Bosphorus-nya(jembatan yang menghubungkan antara Asia dan Eropa).
Segala sesuatu yang saya ketahui sebelum saya menginjakkan kaki ini ke Turki, ternyata tidak semuanya sama. Memang benar, jika kita ingin mengetahui sesuatu maka datangilah, telusurilah hal itu hingga kau benar-benar mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan mendengarnya tapi lihatlah!
Sebelumnya, kita sudah tahu bukan, kalau ibu kota Turki adalah Ankara, bukan Istanbul.
Kenapa sih ibu kotanya Ankara bukan Istanbul? Bukannya di Istanbul lebih banyak turisnya?
Memang benar. Istanbul adalah kota yang sangat padat akan turis. Gini deh, biar gampangnya. Anggap saja Istanbul itu Bali-nya Indonesia. Ankara itu Jakarta-nya.
Peninggalan-peninggalan sejarah banyak terdapat di Istanbul, oleh karenanya Istanbul tidak bisa dijadikan ibu kota. Kebayang nggak sih kalau ibu Kota Turki di Istanbul? Mereka akan benar-benar kehabisan oksigen karena saling berebut satu sama lain sangking padatnya. Sebenarnya Ankara itu nggak baru juga menjadi ibu kota Turki.
Kalau di Istanbul, kira-kira enaknya tinggal dibagian Eropa atau Asia nih?
Ternyata Eropa hanya ¼ bagian dari Turki, sisanya itu Asia. Cara membedakan orang keturunan Asia dan keturunan Eropa juga mudah loh. Kebanyakan orang Asia memiliki kulit yang lebih gelap sedangkan yang keturunan Eropa kulitnya akan lebih putih bersinar.
Di Turki, teh itu adalah minuman wajib, bahkan air putih pun kalah derajatnya. Iya, mereka cinta banget sama yang namanya teh. Tapi penyajian teh disini nggak sama seperti teh yang biasa kita sajikan. Mereka akan memasaknya secara terpisah di caydanlik (teko yang terdiri dari 2 bagian, yang bawah untuk air putih dan yang bagian atas untuk air yang sudah dicampur teh hitam). Sebelum dituang di gelas masing-masing, mereka akan bertanya, ingin yang warnanya pekat atau yang nggak pekat. Kebanyakan orang Turki menyukai teh yang sangat pekat.
Mereka juga memiliki gelas tersendiri untuk teh ini. Dan sekali nge-teh, mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam. Kita akan banyak menemukan tempat untuk nge-teh yang pastikan sudah rame akan pengunjung para adam. Kalau kata orang Indonesia, lebih mantap lagi jika disajikan dengan gorengan. Hehe..
Hey, bukan berarti teh model celup nggak ada disini. Teh celup biasa dipake buat yang sedang diet, dan teh celup disini akan beraneka ragam rasa, seperti melon, apel dan rasa buah lainnya.
Transportasi umum yang terkenal disini adalah tramvay. Kita akan sangat jarang menemukan seorang pelajar yang menggunakan motor apalagi mobil. Seperti orang Eropa pada umumnya, yang terbiasa akan berjalan kaki.
Kita juga akan sangat jarang melihat motor berkeliaran ditepi jalan. Motor kebanyakan digunakan untuk mengantar pesanan makanan. Sebenarnya transportasi di sini lumayan mahal juga. Jarak antara Istanbul-Ankara kurang lebih 453 km, dan memakan waktu sekitar 5 jam-an apabila menggunakan bus. Harga bus yang paling murah adalah 35TL atau sekitar 200.000 rupiah. Itupula jika kita sudah memesan tiket dari jauh-jauh hari, atau kita lagi hoki mendapat tiket promo. Tapi jangan khawatir, bus di Turki akan memberikan pelayanan yang tidak mengecewakan. Sesuailah dengan apa yang sudah kita bayar.
Tidak semua wilayah di Turki memiliki kawasan berair. Ankara salah satunya. Karenanya, jangan kaget ya saat musim panas akan terasa sangat panas dan saat musim dingin akan terasa sangat dingin.
Setiap kota di Turki memiliki makanan khas sendiri. Trabzon merupakan wilayah berair, maka dari itu Trabzon dijuluki sebagai kota Ikan, dimana ikan akan sangat berlimpah disana. Lain lagi dengan Adana yang terkenal akan Kebab Adana-nya. Itu karena kebab Adana memiliki cita rasa berbeda dari kebab-kebab umumnya. Lain hal nya dengan Gaziantep yang terkenal akan kacang Gaziantep yang terenak se-Turki, dan beragam makanan khas dari masing-masing kota.
Ngomong-ngomong soal ikan, di Turki ini ikan tidak akan kita temukan ketika musim panas. Tapi bukan berarti benar-benar tidak akan ditemui, hanya saja penjualannya yang jarang dibanding pada musim dingin. Pemerintah Turki melarang penangkapan ikan di musim panas. Kenapa? Karena ketika musim panas adalah waktu dimana para ikan akan bertelur.
Oiya, kita tidak diperkenankan mem-fotokopi buku pelajaran, kalau tidak kita akan dikenakan denda. Bahkan satu halamanpun. Supeer…!
Masyarakat Turki sangat patuh terhadap aturan-aturan yang berlaku.
Pada saat ujian sekolah, ketika mereka tidak mengetahui jawabannya, mereka nggak akan pusing dan berkutat pada soal-soal itu. Jadi jangan panik ya jika sedang ujian bareng dengan orang Turki dan mereka akan dengan cepat meninggalkan ruang ujian.
Pelajar di Turki bagaikan dewa. Mereka sangat dibanggakan. Suatu hari ketika saya berjalan hendak pulang kerumah. Seorang wanita yang sedang asyik duduk menikmati remangan kilau cahaya lampu jalan memanggil saya. Awalnya saya ragu, apa dia benar memanggil saya. Lalu saya menghampirinya.
Dia bertanya, “Apakah kamu pelajar?”.
Saya tersenyum, “Iya, saya seorang pelajar disini.”.
“Masya Allah.” Wanita itu lalu memberikan selembar uang kertas bergambarkan Mustafa Kemal Attaturk.
Saya kaget. “Ini buat apa?”
“Ambillah, kau akan membutuhkannya.”
Diantara kebingungan saya yang menjulang, dan wanita itu yang terus menyuruh saya untuk mengambilnya, akhirnya saya hanya mengucapkan kalimat ‘Terima Kasih’ berkali-kali.
Hal lain juga terjadi di rumah. Musim ujian adalah musim dimana seluruh pelajar akan bergelut habis-habisan dengan para buku. Membuat rumah yang berisi kumpulan pelajar tidak memiliki waktu luang sekedar memasak makan malam. Seperti sudah tradisi, para tetangga akan membagikan makan malamnya ke rumah-rumah pelajar.
Satu malam ketika saya dan kedua teman saya hendak pulang kerumah menggunakan bus, ternyata isi kartu bus saya sudah habis isinya. Dan kedua teman saya pun tidak memiliki sisa di kartunya. Bus itupun sudah berjalan. Tak ada jalan lain selain menunggu penumpang lain yang datang dan meminjam kartunya dengan menukar dengan uang kontan. Tak lama kemudia seorang wanita masuk. Kita jelasin keadaan kita dan wanita itu meminjamkan kartunya. Ketika kita hendak mengganti uang di kartu wanita itu, dia menolak. “Kalian pelajar kan? Nggak perlu diganti.”
Lagi-lagi kita hanya bisa saling pandang.
Orang yang bermukim di Eropa akan sangat jelas terlihat dengan individualisnya yang menjulang, berbeda dengan orang yang bertempat tinggal di wilayah Asia yang lebih ramah dan sangat mudah akrab.
Bahasa kedua di Turki adalah Bahasa Arab bukan Bahasa Inggris. Nggak heran kan, karena awal mulanya Turki memang berasal dari Arab. So, jangan keget juga ya kalo Bahasa Inggris mereka akan sangat minim.
Oleh: Niza Zakiyah