Perkenalkan, nama saya Gati Annisa Hayu. Saya berasal dari kota Jember. Saya menyelesaikan sekolah S1 saya di Institut Teknologi Sepulu...
Perkenalkan, nama saya Gati Annisa Hayu. Saya berasal dari kota Jember. Saya menyelesaikan sekolah S1 saya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) di jurusan Teknik Sipil. Setelah itu, saya melanjutkan sekolah master saya di kampus yang sama dengan mengambil spesialisasi Teknik Struktur.
Saat ini, saya sedang kuliah Master Recherche MEGA spécialtié Génie Civil di INSA de Lyon (Institut National des Sciences Appliquées de Lyon). Jadi, tahun pertama master sudah saya selesaikan di ITS dan di Perancis hanya setahun untuk menyelesaikan master tahun kedua.
Saya melanjutkan sekolah di sini karena Alhamdulillah mendapatkan beasiswa DIKNAS untuk program DDIP (Double Degree Indonesia Perancis).
Apa yang membuat Annisa tertarik kuliah di universitas Annisa saat ini?
Awal saya memilih kampus saya bukan karena INSA terbilang kampus yang bagus, justru awalnya saya agak ketar-ketir dan agak takut juga, bisa nggak ya saya sekolah di sana. Saya pilih kampus ini karena mata kuliah yang ditawarkan hampir sama seperti mata kuliah di ITS dan ada temen juga yang kebetulan diterima di INSA juga, jadi lumayan ada temennya, nggak sendiri-sendiri amat. Selain itu, guru bahasa di IFI Surabaya juga menyarankan untuk mengambil INSA Lyon saja. Jadilah saya pilih kampus saya ini. Hehe.
Apa saja kelebihan dari jurusan yang di Annisa ambil? Mungkin bisa disebutkan 3 jurusan terfavorit di kampus Annisa?
Di jurusan saya ada banyak dosen-dosen yang ahli di bidangnya. Jadi, seneng bisa ngerasain langsung diajar sama beliau-beliau. Dan mereka itu orangnya santai saat mengajar, tapi serius. Terus, kalo mahasiswa ada yang nggak paham, mereka akan dengan senang hati mengulangi secara detail. Mereka juga ramah-ramah.
Fasilitas kampus di sana lengkap banget, jadi benar-benar memudahkan mahasiswa buat ngerjain tugas, belajar, ngerjain thesis, dll. Suasana kampus juga enak buat belajar.
Ini kelebihan bukan ya, hehe: Saya lagi ngerjain thesis dan setiap mahasiswa yang ngerjain thesis diberi meja dengan komputer masing-masing di ruangan master. Dan Alhamdulillah…waktu itu saya dikasih komputer baru. Jadi enak buat ngerjain, hehe.
Jujur, saya tidak terlalu tahu ya jurusan yang terfavorite di INSA itu apa. Cuma di Lyon, kampus INSA itu termasuk kampus yang bagus. Begitu juga kata teman-teman yang ada di sini hehe.
Bagaima kita bisa beradaptasi dengan perbedaan sistem perkuliahan di sana? Apakah ada yang bisa kita persiapkan?
Mau nggak mau kita harus belajar lebih keras dibanding saat di Indonesia. Kalau di Indonesia mungkin abis kuliah ya udah ya selesai, belajar lagi nanti kalau ada tugas atau kalau mau ujian, hehe. Tapi di sini nggak begitu. Sehabis kuliah, saya ke perpus (padahal dulu bukan anak perpus) buat mengulang lagi apa yang diajar dosen tadi di kelas dan baca buku di perpus buat menambah referensi. Oh iya, tidak disarankan untuk selalu belajar sendiri, diskusi dengan temen sekelas itu penting dan sangat membantu. Terus saat nggak ada jadwal kuliah, tetaplah meluangkan waktu untuk belajar sendiri.
Yang perlu dipersiapkan adalah bahasa. Berhubungan saya kuliah full pakai bahasa Perancis, jadi di awal-awal sebelum kuliah saya membiasakan diri mendengarkan lagu-lagu bahasa Perancis. Ini lumayan membantu. Dan perbanyak baca-baca buku dalam bahasa Perancis. Sebelum kuliah dimulai, cari kosakata tentang teknik sipil dan cari artinya dalam bahasa Perancis, biar nggak shock saat kuliah udah dimulai.
Bagaimana karakter para dosen dalam menyampaikan mata kuliah, dan bagaimana keterbukaan dosen di luar dunia perkuliahan?
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dosen di sini santai, baik dari segi penampilan maupun saat menyampaikan materi kuliah. Mereka mengajar mahasiswa sambil terus berinteraksi, jadi kayak ngobrol sama mahasiswanya. Tapi, ada juga sih yang beberapa cara mengajarnya itu bikin ngantuk di kelas. Nah, kalo di luar kuliah mereka ramah dan suka menyapa mahasiswanya.
Apakah seorang mahasiswa harus memiliki seperti kartu mahasiswa, kartu pembayaran, kartu asuransi, atau buku tabungan? Jika iya, bagaimana cara membuatnya?
Kartu mahasiswa. Iya harus punya. Setelah dinyatakan diterima, kita harus daftar ulang kan, nah saat daftar ulang itu kita diberi carte étudiant. Kartu mahasiswanya multi fungsi, bisa di top up buat bisa makan di resto kampus.
Kartu pembayaran ini AT< ya? Iya ini wajib punya, soalnya lebih ringkas bayar-bayar pakai carte bancaire. Awal sampai Lyon, setelah dapat apartement untuk tinggal, kita bakal dapat surat tempat tinggal atau attestation hébergement. Nah, setelah punya ini dan kartu mahasiswa disarankan langsung ke bank buat ngurus ini. Biasanya jadi 1 minggu kemudian.
Kartu asuransi. Iya wajib punya ini dan wajib diurus diawal kedatangan. Bisa diurus di LMDE atau SMERRA.
Buku tabungan. Di sini nggak ada buku tabungan. Kalo bank saya, cukup cek secara online, dan kalau butuh untuk dicetak tinggal ke mesin bank untuk cetak. Tapi ada bank lain yang rajin mengirimkan surat yang isinya transaksi kita selama sebulan apa aja.
Bagaimana cara applybeasiswa sesuai dengan pengalaman Annisa sebelumnya?
Beasiswa DIKNAS untuk program DDIP. Jadi itu salah satu beasiswa yang ditawarkan ITS. Caranya saya mendaftar, dan setelah itu ada seleksi berdasarkan IPK. Setelah itu, ada tahap wawancara dengan pihak Pasca Sarjana ITS. Setelah tehap wawancara, diumumkan 20 orang yang diterima. Tapi, kita harus melalui tahap les bahasa Perancis dulu. Kami les selama 4 bulan untuk mencapai level B2. Diwajibkan minimal memperoleh level B1 untuk bisa berangkat kuliah ke Perancis. Setelah kami mendaftar ke beberapa univ dan mendapat LoA (Letter of Acceptance), kami harus menunggu hasil tes bahasa. Di sinilah mulai berguguran kandidat-kandidat yang akan berangkat. Setelah dapat sertifikat bahasa dan LoA, kami menunggu SK Diknas untuk pengurusan visa. Setelah itu berangkatlah kami ke Perancis.
Bagaimana kebudayaan yang ada di Perancis dari pemuda, orang tua, dan remaja di sana?
Dari yang muda sampai yang tua, mereka semuanya bebas berekspresi dan mandiri. Banyak mahasiswa yang kerja sampingan juga. Buat yang manula, mereka juga mandiri, pergi kemana-mana sendiri meski harus pakai tongkat atau kursi roda. Meskipun orang-orang di sini cuek, tapi menurut saya mereka peka untuk hal-hal tertentu. Contohnya saat di Tram, metro, ato bus, saat liat orang hamil atau orang tua, yang muda-muda otomatis menawarkan tempat duduk dan mengalah.
Culture shock apa yang paling sering dialami oleh mahasiswa dari Indonesia di Perancis? Bagaimana cara mengatasinya?
Minum minuman keras dan party.
Cara mengatasinya, bergaul sama orang-orang yang benar. Ibadah tetap dijalankan, harus rajin. Dan di sini ada pengajian bagi yang islam dan persekutuan doa bagi yang nasrani. Ikut kegiatan-kegiatan semacam itu juga penting buat kita di sini.
Organisasi apa saja yang biasa Annisa ikuti di sana?
Saya hanya ikut organisasi PPI Lyon. Saya ikut berpartisipasi di kegiatan Soirée Culturelle d’Indonésie dan Fête des Banières.
Apakah ada tips spesial agar mahasiswa Indonesia bisa kuliah dan tinggal di sana dengan biaya sendiri hasil bekerja sampingan?
Tetap nomor satukan kuliah! Untuk mahasiswa, bisa kerja sampingan sebagai baby sitter, pegawai restoran, penjaga toko, mengajar bahasa, atau tour guide untuk yang tinggal di Paris, dsb. Jadi, pintar-pintar nya setiap individu untuk mengatur waktu biar tetep bisa fokus kuliah. Karena tujuan utama kita ke luar negeri kan sekolah ya. Tapi, ada beberapa teman yang meski kerja tapi sekolahnya tetap jalan.
Saya belum pernah ngerasain kuliah sambil kerja sampingan di sini, itu berdasarkan dari apa yang saya lihat dari teman-teman saya.
Salam berkuliah.com!