Halo teman-teman di berkuliah.com! Perkenalkan, saya Kathina Aninditya (21 tahun), asal dari Jakarta. Saya kuliah S1 di Université Jo...
Halo teman-teman di berkuliah.com! Perkenalkan, saya Kathina Aninditya (21 tahun), asal dari Jakarta. Saya kuliah S1 di Université Joseph Fourier (UJF), jurusan Biologi. Saya tinggal di kota Grenoble, Perancis, di sebuah studio (yang dimaksud studio di sini adalah satu ruangan yang sudah lengkap dengan fasilitas tidur, belajar, dapur, kamar mandi dan WC, mungkin kalo di Indonesia lebih akrab disebut apartment, tapi kalo di sini yang disebut apartment cenderung lebih dari satu ruangan).
Saya kuliah di sini menggunakan biaya sendiri, karena kalo untuk S1 hampir tidak ada beasiswa yang tersedia, lain halnya dengan S2. Tapi biaya kuliah S1 di sini juga tidak terlalu memberatkan, bisa dibilang biaya yang dikeluarkan sama dengan biaya perkuliahan di Indonesia (tentunya universitas ternama di Indonesia). Hanya saja mungkin biaya hidupnya lebih mahal dibandingkan dengan biaya hidup di Indonesia. Tapi itu balik lagi ke kota yang kita tinggali dan kepribadian kita masing-masing.
Bagaimana suasana dunia perkuliahan di negara Perancis? Apakah ada perbedaaan yang mencolok dengan Indonesia? (Seperti kebiasaan mahasiswa, kebiasaan dosen mengajar, masuk kelas, berpakaian, dll)
Hmm…Terus terang saya dari waktu SMA nggak tertarik sama dunia perkuliahan di Indonesia, jadi saya nggak punya gambaran jelas tentang suasana perkuliahan di Indonesia.
Sewaktu saya masih belajar Bahasa di CUEF Grenoble (salah satu institusi untuk belajar Bahasa Perancis di bawah pengawasan Université Stendhal), sering kali saya memanggil guru kelas saya dengan sebutan “Monsieur” yang berarti “Bapak” seperti yang biasa saya lakukan di Indonesia. Tetapi guru saya selalu bilang, “Kathina, jangan panggil saya Monsieur, panggil saya Dominique (nama guru saya)”. Awalnya saya tidak biasa dengan hal tersebut karena menurut saya itu kurang sopan, masa memanggil guru hanya dengan namanya saja. Tapi, saya merasa dengan begitu hubungan antara guru dan murid semakin dekat seperti berhubungan dengan teman, tapi juga tetap saling menghormati satu sama lainnya. Begitu juga dengan dosen di universitas saya sekarang. Pada tahun pertama saya, saya dan teman-teman dekat saya sering bertukar pikiran mengenai kehidupan. Dosen saya menceritakan kehidupan di lingkungan kerja itu seperti apa, baiknya dan buruknya, serta membantu mengarahkan kita untuk menemukan kriteria kerja apa yang cocok dengan kita.
Beberapa dosen, pada pertemuan pertama kelasnya meminta kepada murid-muridnya untuk menuliskan di satu kertas mengenai apa yang kita harapkan dari dia, kesulitan apa yang kita hadapi, situasi kita yang perlu dia ketahui itu apa, dan sebagainya. Misalnya dengan dosen kelas matematika, saya sebagai mahasiswa asing menuliskan bahwa saya lulus SMA pada tahun 2011 dan selama 2 tahun saya hanya fokus mempelajari bahasa Perancis, sehingga saya melupakan banyak hal tentang matematika dan pelajaran lainnya. Saya meminta pengertiannya untuk menjelaskan pelajarannya dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti oleh anak-anak, dan hal lainnya. Atau dengan dosen kelas umum Biologi, saya memberi tahukan bahwa saya mahasiswa asing dengan tujuan dia bisa memberi saya materi tambahan untuk membantu saya memahami lebih baik apa yang dia ajarkan di kelas umum. Sejauh yang saya temui, dosen-dosen disini sangat pengertian tidak hanya ke murid-murid yang orang Perancis, tetapi juga murid-murid asing, murid-murid yang berkebutuhan khusus (yang cacat fisiknya), murid-murid yang berkarir di bidang seni atau olahraga dan juga murid-murid yang harus bekerja.
Kalau tentang cara dosen mengajar, ada yang cara mengajarnya enak, ada yang membosankan, ada yang menggunakan power point saat mengajar, ada yang menulis langsung di papan tulis, tergantung ke dosennya masing-masing. Biasanya kalau untuk kelas besar, awal-awal pertemuan, akan banyak mahasiswa yang hadir. Jika dosennya asik, seru, enak, cara mengajarnya, banyak mahasiswa yang hadir dari awal semester sampai akhir semester. Tapi, jika dosennya membosankan, seiring berjalannya waktu, mahasiswa yang hadir bisa dihitung pakai tangan (agak berlebihan sedikit sih, mungkin kalau seharusnya ada sekitar 80 mahasiswa, yang hadir mungkin hanya kisaran 30 mahasiswa), mahasiswa yang tidak hadir di kelas besar dosen terkait, mungkin mengikuti kelas besar dosen lain yang dianggap lebih menarik cara mengajarnya atau nge-download (?) materi pembelajaran yang tersedia di web universitas. Biasanya kalau setelah ½ jam atau 1 jam kelas besar, satu atau beberapa mahasiswa menganggap tidak perlu mengikuti lebih lanjut pertemuan kelas saat itu, dia atau mereka bebas keluar dari ruangan, biasanya dosennya juga cuek.
Ketika saya mulai kuliah di UJF, kesan saya terhadap murid-murid lain (orang-orang Perancis) sangat kritis dalam menanggapi suatu hal. Contohnya kalo di Indonesia, guru memberi tahu bahwa 1 kali 1 sama dengan 1, murid-murid cenderung menerima hal itu dan menyalin. Tapi kalau di sini mereka akan menanyakan, kenapa 1 kali 1 bisa sama dengan 1, kenapa bukan 2 atau 10 dsb.
Mungkin contoh yang saya kasih kurang bisa menggambarkan kepribadian murid-murid di sini. Maksud saya mereka akan terus tanya ke dosen mengenai suatu hal yang disampaikan oleh dosen yang menurut mereka belum bisa diterima oleh logika mereka. Kalau mereka belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh dosen, mereka akan terus memperdebatkan hal itu, baik selama pelajaran ataupun setelah pelajaran mereka akan menemui dosen yang berhubungan.
Selain itu, mengenai masalah pakaian, mahasiswa di sini bebas menggunakan pakaian apa saja untuk datang ke kampus. Boleh menggunakan celana pendek, tank top, sendal jepit atau pakaian-pakaian tembus pandang. Pada awalnya saya tidak terbiasa dengan hal itu, karena di Indonesia kan saya terbiasa menggunakan seragam sekolah (tentunya tidak ada seragam universitas, tapi yang saya maksud mahasiswa setidaknya menggunakan pakaian yang “sopan” ketika menuntut ilmu). Tetapi mengingat Perancis adalah sebuah negara yang menjunjung tinggi kebebasan, ya saya mulai terbiasa dengan hal tersebut (sebenarnya sih tidak mengagetkan hanya tidak terbiasa saja).
Berhubung saya kuliah jurusan Biologi, tentunya saya ada kelas praktikum yang biasanya berdurasi 4 jam. Terkadang dosen yang mengawasi minta izin ke murid-murid untuk keluar dari ruangan untuk minum kopi atau merokok, begitu pula sebaliknya. Murid-murid boleh keluar ruangan untuk minum kopi atau merokok dengan izin dosen. Hal tersebut yang membuat saya lumayan kaget.
Bagaima kita bisa beradaptasi dengan perbedaan sistem perkuliahan di Perancis? Apakah ada yang bisa kita persiapkan?
Setiap awal tahun pelajaran, ada yang namanya ‘’reunion de la rentrée‘’, itu semacam pertemuan untuk membahas program universitas dan program jurusan selama 1 tahun pelajaran. Untuk mahasiswa baru akan dijelaskan juga mengenai segala sesuatu mengenai kehidupan di universitas. Kalau untuk adaptasi dengan sistem perkuliahan sih, karena sudah diberi tahukan juga semua informasinya, jadi tidak terlalu susah untuk beradaptasi. Tidak perlu menyiapkan apa-apa, mungkin menyiapkan mental aja kali ya, yang penting sih harus berani aja. Jadi kalau ada apa-apa ya berani ngomong aja biar nggak jadi ribet masalah dengan sistem kuliahnya.
Bisa diceritakan mengenai profil kampus Université Joseph Fourier (UJF) tempat Kathina kuliah? Apa kelebihannya, dan mungkin bisa disebutkan 3 jurusan favorit disana?
Universitas di Grenoble ada 3, yaitu : Université Joseph Fourier (UJF, Université Grenoble 1), Université Pierre Mendes France (UPMF, Université Grenoble 2, dan Université Stendhal (Université Grenoble 3).
Kalo UJF itu khusus bidang Science dan Informatika. UJF memang termasuk universitas ternama dan terbaik di Perancis, tapi kalau soal peringkat sedunianya saya kurang tahu pasti. Soalnya saya temukan di internet ada yang bilang masuk 200 besar, ada yang bilang menduduki peringkat ....(entah berapa).
Kalo mengenai kelebihannya, salah satunya sih karena UJF terletak di kota Grenoble. Menurut hasil survey beberapa tahun belakangan ini, Grenoble itu menempati posisi 1, terkadang 2, sebagai kota pelajar yang paling oke. Selain itu, kalo dilihat dari sistem pendidikannya juga terlihat sangat memfasilitasi keberhasilan para mahasiswanya. Beberapa program pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswanya, misalnya untuk mahasiswa yang cacat fisik, yang berkarir di bidang olahraga atau seni, yang bekerja karena perlu menafkahi hidup, yang tidak mempunyai ijazah SMA di bidang Science atau mahasiswa asing yang merasa butuh waktu untuk menyiapkan diri mengikuti kuliah (seperti kelas persiapan atau studienkolleg bagi yang kuliah S1 di Jerman), mereka diberikan tawaran program-program belajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.
Kalau harus pilih 3 jurusan favorit susah jawabnya karena kurang tahu juga. Tapi, kalo dilihat dari jumlah mahasiswanya, jurusan Biologi paling banyak. Kemudian Biokimia. Sedangkan kalau jurusan lain hampir sama jumlahnya, seperti jurusan Informatika dan Fisika.
Bagaimana dengan musim di Perancis? Apakah ada saat-saat dimana musim berubah ekstrim? Jika ada, bagaimana cara mengatasinya?
Seperti yang orang-orang ketahui, di Perancis ada 4 musim: dingin, semi, panas, dan gugur. Kalau perubahan dari yang dingin banget terus panas banget sih nggak pernah. Kalau orang yang daya tahan badannya rendah, ya sering suka jatuh sakit saat pergantian musim. Jadi, disarankan sering makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Ketika musim dingin, harus rajin menggunakan body lotion dan lip balm, baik perempuan maupun laki-laki. Waktu itu sih saya dapat nasihat, kalau lagi musim dingin banyak makan daging terutama daging merah, kalau musim panas, banyak makan sayur dan buah.
Ketika mahasiswa hendak periksa ke dokter karena sakit, apakah harus membawa syarat-syarat tertentu? Jika iya, apakah itu dan bagaimana cara memperoleh syarat tersebut?
Saya belum pernah ke dokter, jadi saya tidak tahu pasti. Kalau di sini, semua orang itu wajib punya sécurité sociale (asuransi kesehatan), terus kita juga harus cari dokter umum buat jadi dokter pribadi. Jadi setiap kali sakit, biasanya kita harus ke dokter pribadi kita. Kayaknya sih gitu aja prosedurnya.
Bagaimana cara membuka tabungan di Perancis? Apakah memerlukan syarat khusus?
Pertama kali datang ke bank, kita bikin janji untuk buka rekening. Setelah itu, saat hari yang dijanjikan, kita dimintai passport, visa, surat yang menyatakan kita tinggal dimana (biasanya kalau di asrama universitas akan diberikan suratnya, kalau tinggal di studio atau apartment pribadi, bisa nunjukin kontrak sewa), dan kartu mahasiswa (untuk jaga-jaga sih lebih baik bawa semua dokumen asli beserta foto kopinya).
Menurut Kathina, dimana kira-kira pilihan jenis tempat tinggal terbaik untuk di Perancis? Apakah asrama, apartemen, atau lainnya?
Disini ada asrama universitas, colocation (satu apartment untuk banyak orang, bisa tinggal dengan orang yang belum atau sudah dikenal), studio privat (seperti saya, sudah saya jelaskan diatas), dan tinggal di rumah penduduk (sewa kamar, dapur dan kamar mandi biasanya bareng dengan pemilik rumah). Kalau untuk saya, saya prefer studio privat. Tapi, mungkin kalo untuk orang lain, lebih enak pilihan-pilihan lainnya. Itu kembali lagi ke orangnya masing-masing. Tiap pilihan ada positif negatifnya.
Ketika kangen dengan Indonesia, entah itu makanannya, orang-orangnya, apa yang biasa Kathina lakukan?
Biasanya mengajak pelajar-pelajar Indonesia lain yang berada di kota yang sama untuk kumpul-kumpul, biasanya kita makan siang bersama lalu ngobrol-ngobrol, main games dan olahraga bersama. Atau kita jalan ke suatu tempat, piknik dan foto-foto. Atau ya skype-an dengan teman-teman Indonesia atau dengan keluarga.
Adakah tips khusus dari Kathina tentang bagaimana cara mudah untuk masuk dan apply ke universitas Kathina saat ini?
Pada umumnya, di Perancis mereka meminta mahasiswa asing untuk mempunyai DELF B2 (Diplôme d’Etudes en Langue Française, seperti TOEFL, level B2). Jadi, akan sangat aman kalau kita udah punya paling tidak DELF B2. Selain itu, mungkin nilai raport SMA. Sebenarnya untuk diterima di UJF, kita sebagai mahasiswa asing, jika sudah punya DELF B2, kemungkinan besar diterima. Selain itu, saat apply universitas, kita disuruh mengisi formulir pendaftaran yang di dalamnya ada beberapa pertanyaan seperti: kenapa kita memilih universitas tersebut, projek professional kita ke depannya apa, kenapa kita memilih jurusan itu, dan kalau mau, kita bisa tambahkan surat motivasi kita.
Salam berkuliah.com!