Salam kenal, Aurora! Sebelumnya, bisa ceritakan sedikit profil tentang diri kamu? Mengapa menjatuhkan pilihannya di Belgia? Nama le...
Salam kenal, Aurora! Sebelumnya, bisa ceritakan sedikit profil tentang diri kamu? Mengapa menjatuhkan pilihannya di Belgia?
Nama lengkap saya Aurora Dias Lokita, asal dari Bandung. Kuliah di KU Leuven ambil master of human settlements.
Kenapa ambil Belgia? Hmm.. Saya emang tertarik dengan urban design sejak kuliah. Background kuliah S1 saya memang urban planning. Dan saya lihat urban design di KU Leuven cukup bagus, termasuk 100 besar kampus terbaik kalau tidak salah. Dan studi di sini fokus pada pengembangan dan penyelesaian masalah di negara berkembang. Jadi, akhirnya saya coba peruntungan apply dan ternyata diterima.
Sudah berapa lama Aurora kuliah di negara Belgia? Apakah sudah betah dan bisa beradaptasi baik dari kehidupan atau sistem perkuliahannya?
Program yang saya ambil itu advance master yang hanya 1 tahun. Dan sekarang baru saja saya menyelesaikan pendidikan di Leuven. Awalnya memang agak sulit ya. Sistem perkuliahan yang sangat berbeda dengan di indo. Agak keteteran juga. Di Indo, biasanya kita cukup datang ke kelas, duduk manis mendengar dosen ngasih penjelasan. Di Leuven nggak bisa kaya gitu. Kita yang harus aktrif. Diskusi, presentasi, itu hal biasa. Mungkin sama juga pengalaman adaptasinya dengan teman-teman yang kuliah di negara-negara Eropa lainnya.
Untuk kehidupan, sebenernya saya lebih suka di Leuven daripada di Indo. Kita dituntut on time! Lalu segala sesuatunya, prosedurnya semua jelas, kita tinggal mengikuti sistem, jadi tidak terlalu susah untuk adaptasi. Beda dengan Indonesia yang ibaratnya terlalu berdinamika harus coba-coba sesuatu yang baru.
Yang susah ya mainstream, ya makanan. Hehe. Biasa dengan makanan yang kaya akan rasa, sekarang harus makan yang kalo bahasa anak-anak Indo di sini 'terlalu tasteless', hehe.
Saat memilih tempat kuliah, apa Aurora memilih berdasarkan negaranya dulu, berdasarkan jurusannya, atau hal lain? Apa kelebihan jurusan yang saat ini sedang dipelajari?
Waktu memutuskan untuk S2 dulu, saya berpegang pada jurusan yang saya inginkan. Leuven bukan pilihan pertama saya sih. Dulu saya ngotot ingin ke Belanda ke TU delft. Tapi, ya mungkin jalannya dikasih ke KU Leuven. Dan saya betah-betah aja di sini. Profesor teman-teman semuanya menyenangkan dan diskusi pun bisa berjalan lancar dengan mereka.
Saya di sini ambil kelas internasional, jadi teman-teman pun tidak hanya sebatas orang Belgia, tapi dari seluruh penjuru dunia seperti , Asia, Amerika Latin, Afrika, Eropa. Mengenal mereka itu sebuah pengalaman yang menarik. Belajar budaya berbeda, belajar cara handle orang dengan latar belakang berbeda.
Saat ini Aurora kuliah dengan beasiswa atau biaya sendiri? Jika dengan beasiswa, apa nama beasiswanya? Bagaimana cara kamu mendapatkan beasiswa tersebut?
Biaya kuliah di Eropa tidak murah, apalagi kuliah di jurusan Urban Design yang memang terkenal cukup mahal. Kalau biaya sendiri sih saya nggak sanggup, hehe.
Saya dapat beasiswa dari LPDP, program dari Kementerian Keuangan Indonesia. Saya juga nggak nyangka bisa dapet ini. Saya termasuk angkatan awal yang mendapatkan beasiswa ini, angkatan ke 2. Dulu informasi mengenai beasiswa ini belum begitu gencar, dan saya hanya dapat sedikit info saja. Sebelumnya saya sudah keterima di KU Leuven, sehingga tinggal mencari dana untuk berangkat. Saya coba apply ke beasiswa lain, tapi sayangnya belum ada yang nyangkut, dan akhirnya di detik terakhir saya dengar LPDP dan coba untuk daftar. Saat itu beberapa hari saja sebelum deadline pengumpulan berkas dan saya belum mempersiapkan apa-apa, bahkan essay syarat LPDP pun belum saya buat. Akhirnya nekat dengan persyaratan seadanya saya upload data-data di hari terakhir batas pengumpulan dan ternyata.. ehh.. keterima.
Apakah ada lembaga/komunitas negara Belgia di Indonesia yang bisa kita ikuti dalam rangka mempersiapkan keberangkatan ke sana?
Sepertinya ini berlaku untuk yang mau sekolah ke negara manapun. Hubungi PPI setempat itu sangat membantu loh! Dulu saya coba hubungi PPI Leuven dan mereka sangat welcome. Kita anak-anak baru jadi bisa baca situasi di Leuven, kota yang sangat asing bange. Malah dulu kami anak-anak baru sampai dijemput di bandara oleh anggota PPI.
Dan beberapa hari saya ditampung di salah satu kamar anggota PPI karena belum mendapatkan tempat tinggal sendiri. Urusan peralatan rumah tangga juga PPI sangat membantu. Biasanya orang-orang yang baru selesai kuliah akan mewariskan barang-barang ke anak-anak baru. Lumayan bisa menghemat uang settlement di awal.
Berapakah biaya hidup minimalis di kota Aurora tinggal? Dimana pilihan jenis tempat tinggal terbaik menurut Aurora? Apakah asrama, apartemen atau lainnya?
Kalau biaya sepertinya tergantung dari kitanya sendiri ya. Makanan itu pengeluaran tertinggi. Yaa kalo mau hemat, memang harus selalu masak sendiri. Kalo makan di luar ya tekor. Boleh lah sekali-kali, tapi kalo tiap hari dijamin pengeluaran pasti bengkak. Kalo saya mending rela-rela masak di rumah, dan uangnya ditabung buat jalan-jalan mengunjungi kota-kota lain, atau bahkan negara-negara tetangga.
Untuk kamar, preferensi tiap orang juga beda. Buat yang suka privasi lebih milih studio (kamar dengan kamar mandi dalam dan kitchen). Untuk yang suka interaksi, sebaiknya milih kamar biasa. Dapur atau sekedar papasan saat mau ke shower atau wc bisa jadi ajang interaksi dengan student lain. Kalau apartemen, biasanya dipilih oleh student-student yang sudah berkeluarga karena biayanya yang dibutuhkan dan deposit kamarnya juga sangat tinggi.
Adakah pengalaman menarik, unik, menyebalkan, menjengkelkan, dan pengalaman yang paling tidak bisa dilupakan?
Pengalaman unik, saat pindahan kamar. Saya kurang tahu di negara lain begini atau tidak. Jadi di Leuven yang terkenal sebagai kota pelajar memang udah biasa kalau di awal tahun ajaran atau awal semester ada orang gotong-gotong kasur, atau rak buku besar, atau korsi, sofa dan lainnya dengan berjalan kaki melintas kota. Karena memang kalau harus sewa kendaraan itu terlalu mahal. Jadi biasanya kita mengerahkan teman-teman untuk bantu angkat barang, dan itu tidak hanya berlaku di student Indonesia, tapi juga student-student dari negara lain, bahkan student Belgia sendiri.
Saya juga mengalami ini. Semester kedua saya dan 1 teman dari building yang sama harus pindah kos karena ada masalah di building lama. Barang-barang kita udah beranak pinak, dari yang tadinya hanya 1 koper besar dan 1 koper kecil untuk setiap anak, sekarang menjadi beberapa koper untuk 1 orang ditambah rak buku, meja, dan kasur. Perlu diketahui kasur adalah barang yang jarang ada dipaket kamar baru. Ranjang disediakan, tapi matrasnya/kasurnya kita harus beli sendiri. Nah, dengan bantuan beberapa teman, kita angkut semua barang itu ke kos baru.
Beberapa kali bolak balik karena barang yang sangat banyak, peralatan dapur, printilan tapi kalo digabung bisa jadi ber tas-tas. Iya biasa kita liat orang bawa-bawa kasur di kepala, atau gotong-gotong sofa. Dan karena kotanya juga kecil, semua dilakuin jalan kaki.
Well, demikian cerita dari Aurora Dias Lokita tentang pengalamannya selama menjalani kuliah dan tinggal di Belgia. Semoga menginspirasi!
Salam berkuliah.com