Impianku belajar ke luar negeri hanya untuk teman-temanku dipanti asuhan. Membuat mereka semangat dalam belajar untuk meraih hidup lebih ba...
Impianku belajar ke luar negeri hanya untuk teman-temanku dipanti asuhan. Membuat mereka semangat dalam belajar untuk meraih hidup lebih baik dengan pendidikan. Keterbatasan biaya yang dimiliki orang tua kami, sehingga kami tinggal di panti asuhan.
Perkenalkan, namaku sukrisno, tinggal dipanti asuhan sejak SMP tepatnya sejak tahun 2004. Di tempat inilah awal dari mimpiku. Mimpi ingin menjadi lebih baik dalam hidup untuk masa depan. Membahagiakan kedua orang tuaku adalah cita-cita terbesarku, aku berusaha belajar semaksimal mungkin untuk meraih cita-citaku.
Awal dari perjalanan mimpiku berawal dari masa kuliah, ketika masih imut-imutnya semester satu. Ketika aku masuk kuliah di perguruan tinggi negeri, aku ingin sekali pergi keluar negeri untuk belajar di sana. Sejak semester satu, aku sudah bermimpi untuk pergi keluar negeri. Belajar di sana agar memiliki pendidikan yang lebih baik.
Awal dari mimpiku adalah belajar di negeri sakura, Jepang. Aku bermimpi ingin belajar di sana karena teknologi yang modern dan keindahan budaya disiplinnya yang membuatku takjub. Akan tetapi, aku merubah mimpiku ingin pergi ke Amerika untuk belajar. Bukan karena Amerika lebih menarik, tapi kakak alumni di kampusku Alhamdulillah banyak diterima di sana. Sehingga tujuan dari mimpi awalku pergi ke sana. Aku terinspirasi dari kakak kelas yang bisa belajar di sana dan sebagian dosen juga belajar di sana dan menempuh studi master dan doktornya di luar negeri.
Tahun 2012 bulan November, tepatnya aku mendaftar beasiswa SUSI (Study in United States Institutes). Ada seorang dosen dari Amerika, Miss Tabitha memberikan info beasiswa exchange ke Amerika. Aku ditanya apakah kamu mau mengikuti program tersebut. Tanpa pikir panjang, aku bilang, “I want Miss Tabitha”, dan juga mau untuk memenuhi semua persyaratannya. Semua persyaratan pendaftaran pun aku siapkan untuk melamar beasiswa tersebut, dari persiapan formulir sampai rekomendasi dsb. Kesusahan menulis essay aku lakukan demi mimpiku ini. Revisi demi revisi ku lalui, bahkan sampai lembur larut malam untuk menulis essay yang bagus. Kesusahan yang ku hadapai pertama kali adalah karena maksimal kata-kata yang ada dalam essay hanya 250 kata. Alhamdulillah, setelah menurutku essay nya bagus dan setelah semua persyaratan fix, ku beranikan diri untuk melamar beasiswa tersebut.
Dalam penantian ini aku selalu berdoa kepada Tuhan, semoga aku bisa ikut dalam program ini. Aku percaya dalam diriku sendiri bahwa mimpiku tinggal selangkah lagi. Aku hilangkan jauh-jauh rasa raguku terhadap mimpiku. Menyisihkan uang saku untuk bersedekah, berharap dengan bersedekah Tuhan memberikan jalan kemudahan untuk mimpiku yang satu ini. Sunnahnya pun aku upayakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Memohon keridhoannya untuk mengabulkan mimpiku, seorang anak panti yang ingin pergi ke luar negeri.
Alhamdulillah, 1 bulan setelah itu pengumuman penerima beasiswa SUSI, pengumumannya tidak lewat website akan tetapi via telephone. Ketika ditelepon pertama kali, aku kebingungan dan gemeteran juga. Bapaknya bernama Pak Heru. Beliau memberikan berita gembira yang selama ini aku nantikan. Aku mendapat pemberitahuan dari panitia penyelenggara bahwa aku salah satu penerima beasiswa SUSI (Study in United States Institute). Setelah itu juga, aku sujud syukur dan masih tidak percaya dengan itu.
Sujud syukur kepada Mu Tuhan, telah mengabulkan doaku, doaku untuk belajar di Amerika. SUSI adalah program exchange students dari pemerintah Amerika dan program exchange yang ku lamar adalah bidang Leadership, tepatnya Student Religious Pluralism and democracy America. Program SUSI cukup beragam, ada 8 bentuk program. Salah satu yang aku tertarik yaitu program yang ku lamar karena sesuai dengan kegiatan dan organisasi yang aku geluti.
Sebagai anak panti yang diterima di program beasiswa belajar ke luar negeri, adalah kesempatan yang jarang dan amazing dalam hidupku. Ini adalah awalku pengalamanku pertama kali pergi jauh, Go Abroad. Aku tidak menyangka kalau akan diterima menjadi peserta pertukaran pelajar tersebut. Aku ceritakan kepada ibu dan bapak asuh di panti asuhan bahwa aku diterima beasiswa yang ku nanti. Sebelum mendaftar beasiswa tersebut, aku meminta doa dari teman-teman aku di panti dan ibu asuh panti juga, tidak lupa juga minta doa kepada ibuku. Orang tua satu-satunya yang ku miliki saat ini, karena aku yatim.
Program ini dimulai bulan Januari 2013 dan berakhir Februari 2013 juga. Peserta dari program ini adalah 20 mahasiswa terpilih dari seluruh Indonesia. Perjalan ini sangat begitu menakjubkan bagiku, karena aku belum pernah melihat dunia luar negeri. Kami transit di beberapa negara juga. Kami meninggalkan Indonesia 2 hari sebelum kegiatan program tersebut dimulai dan menuju ke Singapura sebagai tempat transit pertama kali, dan perjalan transit kami setelah Singapura adalah Jepang, baru sampai ke Amerika.
Ada satu pengalaman yang tak terlupakan ketika program exchange ini. Cerita ini yang sangat menarik dan lucu bagiku. Ketika istirahat setelah kuliah umum di kampus Temple University Philadelphia, aku membeli makan siang di kantin. Makan siang yang aku beli nasi dan ayam. Karena saking laparnya, aku bilang ke ibu kantinnya, “Can I have one “Nasi”?” serentak ibu kantinya kebingungan. Ku ulangi perkataanku karena tidak sadar, "Can I have one 'Nasi'?” Ibunya masih bingung juga. Aku tersadar bahwa aku di Amerika, aku ulang lagi dengan kalimat yang benar dan ibu tersebut baru paham apa yang aku maksudkan.
Setelah itu aku ceritakan pengalaman ini ke teman-temanku di hotel atas kejadian di kantin tadi. Serentak teman-temanku tertawa terbahak-bahak karena ulahku yang tak sadar bilang nasi. Karena kangen Indonesia di kala itu. Temenku bilang, “ealah No No (No panggilan singkatku), kamu udah kangen masakan di panti kali. Inget nasi di panti jadinya di kantin lu kira sama kaya dipanti, Haha”.
Aku pun tertawa juga ketika temenku bilang itu, dan melamun sekejap setelah tertawa tentang kondisi panti.
Itulah pengalaman lucuku ketika exchange di luar negeriku. Aku sebagai anak panti bersyukur bisa kuliah dan plus hadiah atas mimpiku yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan mengijinkan mimpiku untuk bisa mengikuti exchange. Alhamdulillah, aku sudah diijinkan Tuhan berkunjung ke Amerika, Asia dan Amerika. Masih banyak impianku yang belum tercapai dan masih tetap berdoa kepada Tuhan. Memantaskan pada doa yang dipanjatkan atas mimpi. Berdoa kepada Tuhan untuk memberikan keajaiban-keajaibannya kepadaku anak panti yang memiliki cita-cita setinggi langit. Walaupun kata orang,: “bermimpi jangan tinggi-tinggi kalau jatuh akan sakit”. Bagiku, yang bermimpi saja kalau jatuh sakit, apalagi yang tidak punya mimpi, kalau jatuh hancur lebur dah. Hehe.
Bagiku, mimpi itu bisa menjadi kenyataan kalau kesungguhan pada doa dan pemantasan atas doa pada mimpi. Insya Allah Tuhan akan memberikan keajaiban kepada kita seorang pemimpi. Di dunia ini, hanya satu yang bisa membantu kita dalam kesusahan, dia adalah Tuhan. Selalu mendengarkan doa kita jika kita selalu bersyukur dan terus berdoa kepadanya.
Semoga teman-teman pembaca semangat mengejar impiannya belajar di luar negeri. Jangan kalah sama anak panti sepertiku. Semangat untuk belajar di luar negeri agar berguna bagi negara tercinta Indonesia dan membahagiakan kedua orang tua. Semangat ya kawan-kawan, pantaskan pada doa dan mimpi ya! Salam. . .
Your Best Friends
Sukrisno-Nino