Setiap orang memiliki cita-cita, tanpa cita-cita hidup kita akan flat dan tidak berwarna. Banyak orang yang menuliskan cita-cita atau targ...
Setiap orang memiliki cita-cita, tanpa cita-cita hidup kita akan flat dan tidak berwarna. Banyak orang yang menuliskan cita-cita atau target hidup selama satu tahun ke depan, seperti saat pergantian tahun, saat hari ulang tahun atau moment pergantian status dalam hidupnya.. seperti saat masuk Universitas, setelah lulus kuliah, bekerja di tempat yang baru, bahkan saat menikah. Yang menjadi pertanyaan besar adalah, seberapa banyak cita –cita yang kita tuliskan terealisasi? dan seberapa besar usaha kita untuk mewujudkannya?
Cita-cita tidak akan terwujud hanya dengan berangan-angan, butuh usaha dan doa untuk mewujudkannya. Usaha yang dikeluarkan akan berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan, seperti kata pepatah, sebesar apa usahamu maka sebesar itu pula keberhasilanmu.
Rian, seorang pemuda asal Gunung Kidul yang bermimpi untuk berkuliah di UK tidak patah arang mesti telah gagal dan dipandang sebelah mata. Kegagalan dijadikan batu loncatan, cacian dan sindiran dijadikan motivasi. Bagaimana jerih payah Rian untuk mewujudkan cita-citanya? Berikut ceritanya :)
Cita-Cita Kuliah di Luar Negeri
Sudah sejak SMA saya ingin melanjutkan kuliah di luar negeri, mungkin belum rejekinya jadi saat itu masih ditolak-tolak karena satu dan lain hal, jadi ditunda dulu keinginannya karena saya memutuskan untuk kuliah di Bandung.
Saat S1 cita-cita saya belum terwujud, dan saya kuliah di Bandung. meski kuliah di Bandung, saya aktif ikut konferensi atau program ke luar negeri, saya cari jalan gimana caranya bisa ke luar negeri tapi bukan dengan biaya sendiri. Alhamdulilah saat S1 beberapa kali sempat menghadiri acara conference international dan juga gratis. Setelah itu saya sadar salah satu mimpi saya terwujud, dan kata orang, klo udah sekali ke Eropa atau ke luar negeri itu pasti pengen lagi atau ketagihan.
Setelah lulus S1 saya mulai berfikiran untuk lanjut S2 di luar negeri, dari situ mulai liat-liat senior yang kuliah di luar negeri atau baca artikel tentang mahasiswa Indonesia di luar negeri. Yang ada di pikiran kita masti keren ngeliatnya, senior kita bisa kuliah ke luar negeri, atau anak kurang mampu dan dari pedalaman bisa ke luar negeri, itu juga jadi motivasi saya.
Proses Pendaftaran
Sebetulnya mulai tau beasiswa LPDP itu sudah lama, saat mulai diluncurkan tahun 2013. Kemudian karena waktu itu saya sudah bekerja, ada kontrak dan ikatan kerja, jadi masih belum bisa untuk melanjutkan kuliah. Selama tahun 2013 sampai 2014 saya anak muda yang kepoin website-website cerita para awardee LPDP sebelumnya, tips and trik untuk dapat beasiswa LPDP itu apa, sampai akhirnya di tahun 2014 saya dapat pintu untuk resign dan memutuskan untuk daftar LPDP.
Pertanyaan yang aga susah.. Klo dipekerjaan yang sebelumnya, saya pribadi merasa kurang berkembang dan sudah tidak menantang lagi. Saya melihat ada peluang beasiswa, dan karena memang sudah menjadi mimpi sejak duduk di bangku SMP ingin kuliah ke UK, jadi saya berusaha mewujudkan.
Tentang United Kingdom
Setiap negara di Eropa itu unik dan UK punya keunikan tersendiri. Di UK sendiri setiap kota punya perbedaan dan keunikan, misalnya UK dilihat dari segi bangunan setiap kota memiliki ciri khas masing-masing. Seperti di Manchester itu kan dikenal dengan batu bata jadi kotanya merah, di Aberdeen lebih dikenal dengan granit, jadi kotanya abu-abu. Tempat hiburan model apapun bisa ditemui di UK, ingin wisata alam tinggal ke Scotland atau ke Wells, kalo wisata kota bisa ke Inggris dan transportasi di UK sangat bagus jadi mudah untuk pergi kemanapun.
Tentang Scotland
Tentang Aberdeen
Kehidupan di Aberdeen. Kalo misalnya temen-temen tipe orang yang suka gemerlap kota, tinggal di Aberdeen akan ngga cocok. Di sana, tempat liburan misalnya bioskop yang besar hanya ada tiga, tidak semewah di Indonesia dan tiketnya sangat mahal. Aberdeen merupakan kota kecil, karena pusatnya oil di Eropa jadi semua hal harganya sangat tinggi. Beli makan di luar juga harganya sangat mahal, jadi lebih baik masak bisa jauh lebih hemat. Tapi di Scotland khususnya Aberdeen, kalo mau liburan enak, karena kemana-mana deket. Misalnya mau hiking, ke pantai atau ke tempat – tempat alam lainnya itu mudah. Kebetulan saya orang desa yang lebih cocok dengan suasana alam yang tenang jadi tinggal di Aberdeen sangat cocok untuk saya.
Tantangan
Saat tahun 2012 ada program beasiswa yang saya incar, sudah saya persiapkan tapi ternyata beasiswa itu memprioritaskan mahasiswa lulusan universitas negeri di Indonesai. Karen universitas S1 saya swasta saya ngga bisa daftar, padaha saya sangat ingin mendapatkan beasiswa tersebut, jadi ngerasa sia-sia memperjuangkan sesuatu yang akhirnya ngga jadi. waktu itu jadi mikir ko beasiswa hanya untuk teman-teman yang lulusan universitas negeri, sempet pesimis dan berniat mengubur dalam-dalam mimpi kuliah ke luar negeri, dan ngga lama dapat informasi tentang LPDP.
Cerita sedih lainnya itu pas saya sudah kuliah di Aberdeen. Di jurursan saya focusnya lebih ke teknik kimia, sedangkan background saya teknik industri. Saat itu pemahaman kimia saya masih rendah, saat S1 tidak ada kimia, nah di S2 ini malah segala sesuatunya di hubungkan dengan kimia, bahkan ada reaksi kimia, bagaimana minyak terbentuk dari dalam bumi, dan yang lainnya. Saya kaget dengan mata kuliah yang saya ambil, waktu itu masih semester-semester awal untuk tanya ke dosen juga masih malu, tanya ke temen juga karena kompetisi jadi sedikit canggung. Banyak informasi yang saya butuhkan tapi tidak saya dapatkan.
Solusi
Harus ingat tujuan kita, saya tujuannya kuliah, kuliah tujuannya lulus. Saya ingat ada orang tua yang berdoa menitikan air mata setiap malam untuk anaknya yang sedang kuliah di luar negeri, jadi tidak ingin menyia-nyiakan air mata yang jatuh dari mata kedua orang tua. Dari pihak sponsor yang selalu bilang kita tunas bangsa yang menjanjikan, masa ngga lulus. Motivasi-motivasi itu yang buat semangat tumbuh lagi dan ngga ada kata menyerah.
Motivasi
Setiap orang punya kesempatan yang sama tinggal niat dan kemauan. Semua orang bisa bermimpi dan setiap orang bisa mewujudkannya, jadi tergantung gimana usahanya. Kepuasan pribadi saat bisa mewujudkan cita-cita yang sudah lama diimpikan. Merasa lebih percaya diri. Bahkan penggunaan bahasa juga berpengaruh, saya klo di Indonesia ngomong pakai Bahasa Inggris masih ada aksen Britishnya, klo kata orang gaya, aksennya bagus klo ngomong Bahasa Inggris. Sekarang bisa lebih sosial, sebelumnya segan klo ngobrol sama orang yang lebih tua, karena di Scotland saya kebiasaan ketemu orang tua dan mereka ngga segan untuk menyapa lebih dulu dan sekarang saya mempraktekan itu, sekarang kayak lebih peka, lebih perduli terhadap lingkungan.
Cita-cita tidak akan terwujud hanya dengan berangan-angan, butuh usaha dan doa untuk mewujudkannya. Usaha yang dikeluarkan akan berbanding lurus dengan hasil yang didapatkan, seperti kata pepatah, sebesar apa usahamu maka sebesar itu pula keberhasilanmu.
Rian, seorang pemuda asal Gunung Kidul yang bermimpi untuk berkuliah di UK tidak patah arang mesti telah gagal dan dipandang sebelah mata. Kegagalan dijadikan batu loncatan, cacian dan sindiran dijadikan motivasi. Bagaimana jerih payah Rian untuk mewujudkan cita-citanya? Berikut ceritanya :)
Cita-Cita Kuliah di Luar Negeri
Sudah sejak SMA saya ingin melanjutkan kuliah di luar negeri, mungkin belum rejekinya jadi saat itu masih ditolak-tolak karena satu dan lain hal, jadi ditunda dulu keinginannya karena saya memutuskan untuk kuliah di Bandung.
Waktu di SMA ada program kelas internasional dan saya bukan salah satu dari bagian siswa kelas internasional tersebut, saat teman-teman tau saya ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri saya seperti mendapat cacian dan sindiran, kayak “Ngga mungkin kamu bisa lanjut kuliah ke luar negeri, udah di Indonesia aja ngapain kuliah jauh-jauh” nah sindiran itu saya jadikan motivasi. Saya ingin membuktikan klo semua orang yang punya keinginan bisa meraih cita-citanya, setiap orang punya kesempatan yang sama asal kita punya niat dan kita punya kemauan yang tinggi untuk mencapai mimpi kita. Dari situ saya mulai mantep ingin kuliah di luar negeri.
Saat S1 cita-cita saya belum terwujud, dan saya kuliah di Bandung. meski kuliah di Bandung, saya aktif ikut konferensi atau program ke luar negeri, saya cari jalan gimana caranya bisa ke luar negeri tapi bukan dengan biaya sendiri. Alhamdulilah saat S1 beberapa kali sempat menghadiri acara conference international dan juga gratis. Setelah itu saya sadar salah satu mimpi saya terwujud, dan kata orang, klo udah sekali ke Eropa atau ke luar negeri itu pasti pengen lagi atau ketagihan.
Setelah lulus S1 saya mulai berfikiran untuk lanjut S2 di luar negeri, dari situ mulai liat-liat senior yang kuliah di luar negeri atau baca artikel tentang mahasiswa Indonesia di luar negeri. Yang ada di pikiran kita masti keren ngeliatnya, senior kita bisa kuliah ke luar negeri, atau anak kurang mampu dan dari pedalaman bisa ke luar negeri, itu juga jadi motivasi saya.
Motivasi lainnya saya ingin jadi inspirasi buat keluarga dan lingkungan saya. Mungkin temen-temen tau klo di gunung kidul pendidikan masih rendah, rata-rata temen di kampung saya hanya lulus SD. Dengan kuliah ke luar negeri saya juga ingin jadi inspirasi buat yang lainnya, ingin membuktikan bahwa yang dari kampung dengan latar belakang ekonomi tidak mampu bisa kuliah ke luar negeri, bahkan disponsori negara. Ingin jadi contoh untuk ade-ade di kampung bahwa punya mimpi itu baik, tapi jangan hanya punya mimpi kita juga harus mewujudkannya dan pendidikan itu buka sesuatu yang menyeramkan, tapi pendidikan itu investasi kita untuk masa depan. Jadi sebelum saya berbicara tentang itu, saya harus terlebih dahulu membuktikannya.
Proses Pendaftaran
Sebetulnya mulai tau beasiswa LPDP itu sudah lama, saat mulai diluncurkan tahun 2013. Kemudian karena waktu itu saya sudah bekerja, ada kontrak dan ikatan kerja, jadi masih belum bisa untuk melanjutkan kuliah. Selama tahun 2013 sampai 2014 saya anak muda yang kepoin website-website cerita para awardee LPDP sebelumnya, tips and trik untuk dapat beasiswa LPDP itu apa, sampai akhirnya di tahun 2014 saya dapat pintu untuk resign dan memutuskan untuk daftar LPDP.
Nahh... untuk apply beasiswa LPDP itu persiapannya mulai dari persiapan tes bahasa IELTS, kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan seperti essay dan personal statement. Jadi untuk apply beasiswa LPDP total waktu intensif yang saya gunakan selama dua bulan, agar persiapannya matang dan tidak menyesal sudah resign dari pekerjaan sebelumnya.Jadi kenapa hanya satu bulan untuk persiapan IELTS, karena sebelumnya saya memang sudah pamiliar dengan TOEFL. Kebetulan kampus yang saya tuju mensyaratkan IELTS, jadi saya harus memulai belajar dari awal. Saya pikir klo satu atau dua minggu itu masih kurang mateng, biar siap saya fokuskan 1 bulan untuk belajar IELTS. Awal belajar IELTS saya beli beli buku latihan, trus sambil juga saya searching video di internet untuk tips and triknya, kemudian untuk yang speakingnya cari langkah-langkah mendapatkan IELTS band 8 , Saya juga cari contoh untuk writing yang benar beserta tips dan triknya.
Dalam satu bulan itu saya atur satu minggu untuk satu sesi, seperti satu minggu untuk reading, satu minggu untuk listening, satu minggu untuk speaking, dan satu minggunya untuk writting. Memang saya focuskan dulu untuk per sectionnya biar nanti satu bulan setelah itu saya bisa matang untuk menghadapi tes IELTS.Resign dari tempat kerja dan memilih melanjutkan kuliah
Pertanyaan yang aga susah.. Klo dipekerjaan yang sebelumnya, saya pribadi merasa kurang berkembang dan sudah tidak menantang lagi. Saya melihat ada peluang beasiswa, dan karena memang sudah menjadi mimpi sejak duduk di bangku SMP ingin kuliah ke UK, jadi saya berusaha mewujudkan.
Alasan pertama karena udah ngga benefit lagi dipekerjaan sebelumnya, yang kedua ingin mengejar mimpi, ketiga saya ingin menjadi pendobrak di keluarga besar saya. Keadaan di keluarga besar saya, mereka berfikir bahwa “untuk apa sekolah tinggi-tinggi”, jadi saya ingin membuktikan bahwa sekolah itu penting, dengan sekolah kita bisa lebih baik, bisa menghasilkan sesuatu dan membanggakan keluarga khususnya orang tua.
Tentang United Kingdom
Setiap negara di Eropa itu unik dan UK punya keunikan tersendiri. Di UK sendiri setiap kota punya perbedaan dan keunikan, misalnya UK dilihat dari segi bangunan setiap kota memiliki ciri khas masing-masing. Seperti di Manchester itu kan dikenal dengan batu bata jadi kotanya merah, di Aberdeen lebih dikenal dengan granit, jadi kotanya abu-abu. Tempat hiburan model apapun bisa ditemui di UK, ingin wisata alam tinggal ke Scotland atau ke Wells, kalo wisata kota bisa ke Inggris dan transportasi di UK sangat bagus jadi mudah untuk pergi kemanapun.
Untuk di Scotland penduduk lokalnya sangat ramah-ramah seperti orang Indonesia, jadi ngga terlalu homesick. Di Scotland banyak orang tua yang ketika kita jalan menyapa atau menanyakan kabar kita lebih dulu. Kalo naik bus setelahnya kita harus bilang terima kasih ke orang-orang sebelah kita atau ke bus driver. Kalo kita mau keluar dari suatu tempat kita juga harus bilang terima kasih, kalo tidak kita akan dibilang sombong. Itu budaya di Scotland, tapi budaya itu tidak saya temui di Inggris. Jadi memang berbeda- beda setiap daerahnya dan secara keseluruhan UK memang kota yang nyaman untuk ditinggali.
Tentang Scotland
Cuaca di Scotland hujan terus, dingin terus, penduduk lokalnya juga sangat mencintai budayanya, seperti pementasan alat musik dan tarian Scotland bisa kita jumpai kapanpun, hampir setiap akhir pekan mereka buat pementasan. Pemandangan alamnya juga luar biasa, sangat bagus. Bagi orang –orang yang suka alam dan petualanagn tinggal Scotland memang akan dimanjakan. Tidak terlalu hectic bahkan di kota Edinburghnya saja tidak terlalu ramai.Untuk transportasi di Scotland hampir sama dengan negara lain di UK, hanya di kota besar ada trem dan di kota kecil di mana saya tinggal hanya ada bus biasa. Pengalaman saya paling menarik saat di Scotland bukan saat saya belajar tapi saat hiking keliling Scotland. Saat hiking itu ketemu orang-orang lokal, orang-orang di sana selalu mau menyapa lebih dulu, ngobrol-ngobrol dengan penduduk lokal yang ketemu di jalan, dan selalu yang ditanyakan “Kenapa mau belajar di Scotland, kenapa mau hiking di daerah Scotland”. Pertanyaan tersebut keluar karena biasanya jarang orang-orang Asia yang mau hiking di Scotland.
Sempat juga saya dibilang gila karena saya iseng jalan-jalan sendirian dan selama perjalanan itu ngga nemuin orang Asia. Saya dibilang orang Asia yang gila mau jalan-jalan di Scotland sendirian dengan cuaca yang sangat dingin, berangin dan cuacanya bisa membunuh orang kapanpun. Jadi klo saya sih lebih nyaman untuk tinggal di Scotland daripada negara lain, kota yang tidak terlalu hectic, nyaman dengan kebudayaannya, lingkungan dan pemandangan yang indah.
Tentang Aberdeen
Kehidupan di Aberdeen. Kalo misalnya temen-temen tipe orang yang suka gemerlap kota, tinggal di Aberdeen akan ngga cocok. Di sana, tempat liburan misalnya bioskop yang besar hanya ada tiga, tidak semewah di Indonesia dan tiketnya sangat mahal. Aberdeen merupakan kota kecil, karena pusatnya oil di Eropa jadi semua hal harganya sangat tinggi. Beli makan di luar juga harganya sangat mahal, jadi lebih baik masak bisa jauh lebih hemat. Tapi di Scotland khususnya Aberdeen, kalo mau liburan enak, karena kemana-mana deket. Misalnya mau hiking, ke pantai atau ke tempat – tempat alam lainnya itu mudah. Kebetulan saya orang desa yang lebih cocok dengan suasana alam yang tenang jadi tinggal di Aberdeen sangat cocok untuk saya.
Tantangan
Saat tahun 2012 ada program beasiswa yang saya incar, sudah saya persiapkan tapi ternyata beasiswa itu memprioritaskan mahasiswa lulusan universitas negeri di Indonesai. Karen universitas S1 saya swasta saya ngga bisa daftar, padaha saya sangat ingin mendapatkan beasiswa tersebut, jadi ngerasa sia-sia memperjuangkan sesuatu yang akhirnya ngga jadi. waktu itu jadi mikir ko beasiswa hanya untuk teman-teman yang lulusan universitas negeri, sempet pesimis dan berniat mengubur dalam-dalam mimpi kuliah ke luar negeri, dan ngga lama dapat informasi tentang LPDP.
Cerita sedih lainnya itu pas saya sudah kuliah di Aberdeen. Di jurursan saya focusnya lebih ke teknik kimia, sedangkan background saya teknik industri. Saat itu pemahaman kimia saya masih rendah, saat S1 tidak ada kimia, nah di S2 ini malah segala sesuatunya di hubungkan dengan kimia, bahkan ada reaksi kimia, bagaimana minyak terbentuk dari dalam bumi, dan yang lainnya. Saya kaget dengan mata kuliah yang saya ambil, waktu itu masih semester-semester awal untuk tanya ke dosen juga masih malu, tanya ke temen juga karena kompetisi jadi sedikit canggung. Banyak informasi yang saya butuhkan tapi tidak saya dapatkan.
Saya sempat down, sempat putus asa dan sempat menitikan air mata. Saya sempat takut ngga lulus karena nilai tugas saya sangat rendah. Berfikir apaka saya ngga lulus, apakah saya harus mengganti beasiswa saya, dan klo begitu pasti mengecewakan orang tua, mengecewakan banyak pihak.
Solusi
Harus ingat tujuan kita, saya tujuannya kuliah, kuliah tujuannya lulus. Saya ingat ada orang tua yang berdoa menitikan air mata setiap malam untuk anaknya yang sedang kuliah di luar negeri, jadi tidak ingin menyia-nyiakan air mata yang jatuh dari mata kedua orang tua. Dari pihak sponsor yang selalu bilang kita tunas bangsa yang menjanjikan, masa ngga lulus. Motivasi-motivasi itu yang buat semangat tumbuh lagi dan ngga ada kata menyerah.
Cobaan pasti ada dan itu proses pembelajaran, kita harus segera sadar untuk cari solusi dan lihat sisi positifnya. Dengan cobaan itu saya jadi mikir saya harus lebih banyak baca lagi, lebih banyak belajar lagi, saya juga mungkin kurang memanfaatkan teman-teman sesama Indonesia. Dan waktu itu akhirnya minta bantuan ke teman Indonesia, meskipun dilakukan di tengah malam ketika semua sudah free. Intinya, pinter-pinter aja menyikapi semua permasalahan yang ada.
Motivasi
Setiap orang punya kesempatan yang sama tinggal niat dan kemauan. Semua orang bisa bermimpi dan setiap orang bisa mewujudkannya, jadi tergantung gimana usahanya. Kepuasan pribadi saat bisa mewujudkan cita-cita yang sudah lama diimpikan. Merasa lebih percaya diri. Bahkan penggunaan bahasa juga berpengaruh, saya klo di Indonesia ngomong pakai Bahasa Inggris masih ada aksen Britishnya, klo kata orang gaya, aksennya bagus klo ngomong Bahasa Inggris. Sekarang bisa lebih sosial, sebelumnya segan klo ngobrol sama orang yang lebih tua, karena di Scotland saya kebiasaan ketemu orang tua dan mereka ngga segan untuk menyapa lebih dulu dan sekarang saya mempraktekan itu, sekarang kayak lebih peka, lebih perduli terhadap lingkungan.
Untuk semuanya ayo wujudkan mimpi-mimpi kita, untuk teman-treman yang merasa biasa jangan berkecil hati. Bagi yang orang desa, saya juga orang desa bisa sekolah ke luar negeri bahkan dibiayai negara, jadi teman-teman yang lain juga pasti bisa. Mungkin banyak krikil-kerikil kecil yang harus kita lewati, itu tergantung kita bagaimana menghadapinya, solusinya lihat sisi positifnya dan tetap optimis. Dan yang harus temen-temen percayai adalah tidak hanya orang-orang dengan intelektual tinggi dan dari kalangan ekonomi atas yang bisa kuliah ke luar negeri, semua orang bisa klo mau usaha.