Perkenalan Halo temen-temen Berkuliah.com nama saya Adhitya Ryan Ramadani, biasa dipanggil Ryan. Saya asli dari Yogjakarta, tepatnya di Gu...
Perkenalan
Halo temen-temen Berkuliah.com nama saya Adhitya Ryan Ramadani, biasa dipanggil Ryan. Saya asli dari Yogjakarta, tepatnya di Gunung Kidul, jadi saya orang desa. Saat S1 saya migrasi ke Bandung, jurusan Teknik Industri di Isntitut Teknologi Telkom. Ahamdulilah, S2 saya mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan study di University of Aberdeen di Scotland, mengambil jurusan Safety and Reliability Engineering Oil and Gas. Sekarang Alhamdulilaah sudah lulus, dan sedang menunggu diwisuda.
University of Aberdeen
Awalya saya tidak ingin ke University of Aberdeen, inginnya ke Norwegia, tapi karena satu dan lain hal jadi akirnya saya pindah ke University of Aberdeen. Untuk proses persiapannya mungkin hampir sama dengan yang lain, jadi saya menyiapkan sertifikat bahasa, statement letters dan dua surat rekomendasi dari Dosen. Seluruh dokumen ditranslate ke bahasa setempat yaitu bahasa Inggris. Prosesnya umum seperti kita mencari program S2 di luar negeri, tidak ada yang berbeda. Tidak ada ujian langsung maupun wawancara, hanya ada assessment dari dekan fakultas di mana kita akan belajar. Intinya, hanya menyertakan dan mengupload persyaratan dokumen pada website universitas.
Menuju University of Aberdeen.
Dari Bandara ke Kampus, saya datang ke Aberdeen bertepatan dengan orientation week mahasiswa baru University of Aberdeen. Orientation week mulai hari selasa, dan saya datang di hari sabtu. Kebetulan di hari sabtu dan minggu itu ada free service dari pihak Universitas, kayak ada free suttle untuk ke kampus. Jadi memang cukup mudah, nyampe bandara langsung masuk ke info point dan baggage kita diambil oleh petugas dan kita langsung diantar ke kampus.
SPP di University of Aberdeen
Klo untuk SPP satu tahun itu sekitar 15.700 (GBP) untuk yang teknik, untuk yang non teknik bisa dibawah itu, dan untuk yang banyak field trip bisa sampai 20.000 (GBP) satu tahunnya. Sebetulnya selama saya berkuliah menggunakan beasiswa LPDP, jadi pihak seponsor yang membayar semua tagihan saya. Tapi klo menurut saya itu sudah mengcover kebutuhan kampus selama 1 tahun.
Kehidupan Mahasiswa di University of Aberdeen
Kehidupan di awal sangat menyenangkan karena dua minggu pertama belum ada kuliah yang bener- bener berkuliah. Masih bisa kumpul-kumpul dengan PPI Aberdeen dan masih bisa pergi ke sosial night. Tapi setelah itu, karena S2 di Aberdeen cuman 1 tahun beban kuliah mulai terasa. Dalam satu semester hanya ada 4 bulan, dan untuk waktu full kuliah hanya dua bulan. Dalam dua bulan itu memang bener- bener makan banyak materi dan ngga cuman di kelas aja, kita harus pinter-pinter cari materi di luar kelas, trus cari-cari sumber lain untuk mendukung study kita. Di dua minggu berikutnya akan menghadapi full assignment trus persiapan ujian. Saat-saat seperti itu mulai kerasa sedikit jauh sama temen-temen di Indonesia, kita hanya ketemu dengan temen-temen Indonesia yang hanya satu Flat aja.
Adaptasi Mahasiswa Internasional di University of Aberdeen
Adaptasi awalnya memang kayak diem-dieman, masih obserpasi kepribadian setiap orang di kelas itu gimana dan di awal setiap orang masih keliatan focus untuk belajar, study oriented. Setelah berjalanya waktu, sering berinteraksi, sering komunikasi, tuntutan diskusi, jadi nanti kita akan dekat dengan sendirinya. Masalanya paling karena beragam kebangsaan, jadi kayak aksen di setiap kelas itu berbeda-beda. Kadang sudah bisa menyesuaikan dengan aksen-aksen Scottish yang sedikit rumit, tapi ternyata ada teman-teman dari India, Prancis yang punya aksen berbeda dan kita harus terus menyesuaikan, tantangannya di situ. Intinya kita harus bisa mempelajari orang lain, menyesuaikan dengan temen-temen di kelas, aksen mereka yang berbeda-beda, gaya bicara mereka, bagaimana mereka menyampaikan pendapat dan ada beberapa negara yang harus sangat didengarkan ketika mereka menyampaikan pendapat. Jadi intinya seni berbicara, harus peka dan harus bisa mempelajari budaya orang lain.
Sistem Pendidikan Tinggi di University of Aberdeen
Untuk 4 bulan terakhir yang tadi saya sempat jelaskan, kita harus benar-benar focus untuk disertasi. Dalam 4 bulan itu kita punya deadline sesuai tahapan-tahapannya, dan kalo kita melewati deadline yang sudah ditetapkan, kita akan kehilangan 10 % dari nilai disertasi. Di University of Aberdeen, jika kita melewat tenggat deadline maka akan dianggap tidak lulus. Tidak seperti di Indonesia, kalo kita tidak sesuai deadline kita masih bisa molor trus masih bisa ikut periode selanjutnya, tapi klo di University of Aberdeen diterapkan aturan dan sangsinya. Nah kalo misalnya nggak lulus berarti mentok-mentoknya degree kita Postgraduate Diploma, Tapi kalo lulus dan nilai disertasinya memenuhi, kita dinyatakan dapat gelar masternya University of Aberdeen. Jadi begitu prosesnya...
Perbedaan Sistem Pendidikan di Scotland dengan di Indonesia
Awal mula ke Aberdeen merasa kaget dengan perbedaan sistem pendidikan tinggi di Indonesia dan di UK, University of Aberdeen pada khususnya. Dulu saat S1, dapat tugas dan ujian cukup dengan modal catatan akan selesai. Kalo di sana, pemberian tugas sama sekali bukan dari apa yang kita dapatkan saat di kelas. Assignment memang tujuannya agar kita bisa belajar lebih banyak lagi, kalo pemberian materi di kelas hanya sebagai landasan dari materi kuliah, dan tugasnya sebagai pengembangan dari landasan teori yang sudah kita dapatkan saat di kelas. Untuk mengerjakan tugas tersebut kita harus pintar mencari referensi lain, seperti di perpustakaan atau mencari jurnal-jurnal pendukung. Sistem lainnya yang berbeda sekali yaitu sistem penilaian, jadi klo di Scotland kan berbeda dengan di Inggris, Khususnya University of Aberdeen mempunyai sistem penilaian sendiri. Contohnya, untuk nilai A itu ada 5 jenjang, mulai A1 sampai A5, nilai B juga sampai B5, begitupula dengan nilai C, disitu perbedaan penilaiannya.
Rencana Setelah Lulus dari University of Aberdeen
Motivasi
Semua orang sebetulnya bisa kuliah di luar negeri atau negara yang diimpikannya, tergantung mindset individu itu sendiri seperti apa. Jangan sampai mimpi kita hanya jadi sekedar mimpi, sia-sia kita setiap akhir tahun menghabiskan waktu untuk membuat resolusi kalo pada akhirnya tidak terealisasi. Jadi, buat catatan resolusi tersebut tercoret karena kita sudah mewujudkannya.
Halo temen-temen Berkuliah.com nama saya Adhitya Ryan Ramadani, biasa dipanggil Ryan. Saya asli dari Yogjakarta, tepatnya di Gunung Kidul, jadi saya orang desa. Saat S1 saya migrasi ke Bandung, jurusan Teknik Industri di Isntitut Teknologi Telkom. Ahamdulilah, S2 saya mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan study di University of Aberdeen di Scotland, mengambil jurusan Safety and Reliability Engineering Oil and Gas. Sekarang Alhamdulilaah sudah lulus, dan sedang menunggu diwisuda.
University of Aberdeen
Awalya saya tidak ingin ke University of Aberdeen, inginnya ke Norwegia, tapi karena satu dan lain hal jadi akirnya saya pindah ke University of Aberdeen. Untuk proses persiapannya mungkin hampir sama dengan yang lain, jadi saya menyiapkan sertifikat bahasa, statement letters dan dua surat rekomendasi dari Dosen. Seluruh dokumen ditranslate ke bahasa setempat yaitu bahasa Inggris. Prosesnya umum seperti kita mencari program S2 di luar negeri, tidak ada yang berbeda. Tidak ada ujian langsung maupun wawancara, hanya ada assessment dari dekan fakultas di mana kita akan belajar. Intinya, hanya menyertakan dan mengupload persyaratan dokumen pada website universitas.
Menuju University of Aberdeen.
Dari Bandara ke Kampus, saya datang ke Aberdeen bertepatan dengan orientation week mahasiswa baru University of Aberdeen. Orientation week mulai hari selasa, dan saya datang di hari sabtu. Kebetulan di hari sabtu dan minggu itu ada free service dari pihak Universitas, kayak ada free suttle untuk ke kampus. Jadi memang cukup mudah, nyampe bandara langsung masuk ke info point dan baggage kita diambil oleh petugas dan kita langsung diantar ke kampus.
SPP di University of Aberdeen
Klo untuk SPP satu tahun itu sekitar 15.700 (GBP) untuk yang teknik, untuk yang non teknik bisa dibawah itu, dan untuk yang banyak field trip bisa sampai 20.000 (GBP) satu tahunnya. Sebetulnya selama saya berkuliah menggunakan beasiswa LPDP, jadi pihak seponsor yang membayar semua tagihan saya. Tapi klo menurut saya itu sudah mengcover kebutuhan kampus selama 1 tahun.
Kehidupan Mahasiswa di University of Aberdeen
Kehidupan di awal sangat menyenangkan karena dua minggu pertama belum ada kuliah yang bener- bener berkuliah. Masih bisa kumpul-kumpul dengan PPI Aberdeen dan masih bisa pergi ke sosial night. Tapi setelah itu, karena S2 di Aberdeen cuman 1 tahun beban kuliah mulai terasa. Dalam satu semester hanya ada 4 bulan, dan untuk waktu full kuliah hanya dua bulan. Dalam dua bulan itu memang bener- bener makan banyak materi dan ngga cuman di kelas aja, kita harus pinter-pinter cari materi di luar kelas, trus cari-cari sumber lain untuk mendukung study kita. Di dua minggu berikutnya akan menghadapi full assignment trus persiapan ujian. Saat-saat seperti itu mulai kerasa sedikit jauh sama temen-temen di Indonesia, kita hanya ketemu dengan temen-temen Indonesia yang hanya satu Flat aja.
Setelah selesai periode materi, 4 bulan terakhir masuk pada periode disertasi (tesis klo di Indonesia). Klo di jurusan saya sitemnya adalah proyek, dari perusahaan-perusahaan disekitar Aberdeen memebrikan proyek ke mahasiswa, nah dari situ kita dituntut untuk aktif mencari dan melakukan pendekatan. Hal ini sangat menarik, karena kita bisa menjalin relasi dan kita juga bisa dapat proyek sungguhan dari perusahaan. Saya melewatkan satu bulan untuk mencari perusahaan yang tepat, dan itu sangat menantang. Setelah itu saya hanya memiliki waktu 3 bulan untuk menyelesaikan disertasai, dan harus bener-bener selesai, karena klo ngga selesai dalam waktu tiga bulan itu berarti saya tidak lulus. Asiknya saat mengerjakan disertasi itu kita bisa mengerjakan di mana saja, trus kita bisa ke perusahaan dan kerja di sana dan kita dapat mengimplementasikan ilmu yang sudah kita pelajari di kehidupan nyata.
Adaptasi Mahasiswa Internasional di University of Aberdeen
Adaptasi awalnya memang kayak diem-dieman, masih obserpasi kepribadian setiap orang di kelas itu gimana dan di awal setiap orang masih keliatan focus untuk belajar, study oriented. Setelah berjalanya waktu, sering berinteraksi, sering komunikasi, tuntutan diskusi, jadi nanti kita akan dekat dengan sendirinya. Masalanya paling karena beragam kebangsaan, jadi kayak aksen di setiap kelas itu berbeda-beda. Kadang sudah bisa menyesuaikan dengan aksen-aksen Scottish yang sedikit rumit, tapi ternyata ada teman-teman dari India, Prancis yang punya aksen berbeda dan kita harus terus menyesuaikan, tantangannya di situ. Intinya kita harus bisa mempelajari orang lain, menyesuaikan dengan temen-temen di kelas, aksen mereka yang berbeda-beda, gaya bicara mereka, bagaimana mereka menyampaikan pendapat dan ada beberapa negara yang harus sangat didengarkan ketika mereka menyampaikan pendapat. Jadi intinya seni berbicara, harus peka dan harus bisa mempelajari budaya orang lain.
Sistem Pendidikan Tinggi di University of Aberdeen
Sistem kuliah S2 di Scotland itu dibagi dalam tiga tahap, setiap tahap selama 4 bulan, kalo di Indonesia per-semester 6 bulan klo di Scotland 4 bulan. Di 4 bulan pertama itu semester persiapan, kita hanya belajar mata kuliah dasar, mata kuliah dasar tersebut diberikan untuk mendukung pengetahuan kita di semester 2. Setelah tahap pertama atau di 4 bulan pertama, kita akan disidang atau ujian, apakah kita akan bisa lanjut ke semester dua atau tidak. Klo kita bisa lulus di semester 1, kita bisa dapet gelar Postgraduate Certificate. Masuk ke semester 2, biasanya mata kuliah yang lebih aplikatif, jadi yang dari semester satu sebagai dasar untuk semester dua, dan semester dua ini modal kita untuk menyusun disertasi. Di akhir semester dua kita akan di sidang lagi, dan klo lulus kita akan dapat gelar Postgraduate Diploma. Setelah semester dua lulus, kita diijinkan untuk mengambil semester tiga yaitu disertasi, tapi kalo kita tidak lulus semester 2, kita tidak boleh menyusun disertasi dan harus mengulang.
Untuk 4 bulan terakhir yang tadi saya sempat jelaskan, kita harus benar-benar focus untuk disertasi. Dalam 4 bulan itu kita punya deadline sesuai tahapan-tahapannya, dan kalo kita melewati deadline yang sudah ditetapkan, kita akan kehilangan 10 % dari nilai disertasi. Di University of Aberdeen, jika kita melewat tenggat deadline maka akan dianggap tidak lulus. Tidak seperti di Indonesia, kalo kita tidak sesuai deadline kita masih bisa molor trus masih bisa ikut periode selanjutnya, tapi klo di University of Aberdeen diterapkan aturan dan sangsinya. Nah kalo misalnya nggak lulus berarti mentok-mentoknya degree kita Postgraduate Diploma, Tapi kalo lulus dan nilai disertasinya memenuhi, kita dinyatakan dapat gelar masternya University of Aberdeen. Jadi begitu prosesnya...
Perbedaan Sistem Pendidikan di Scotland dengan di Indonesia
Awal mula ke Aberdeen merasa kaget dengan perbedaan sistem pendidikan tinggi di Indonesia dan di UK, University of Aberdeen pada khususnya. Dulu saat S1, dapat tugas dan ujian cukup dengan modal catatan akan selesai. Kalo di sana, pemberian tugas sama sekali bukan dari apa yang kita dapatkan saat di kelas. Assignment memang tujuannya agar kita bisa belajar lebih banyak lagi, kalo pemberian materi di kelas hanya sebagai landasan dari materi kuliah, dan tugasnya sebagai pengembangan dari landasan teori yang sudah kita dapatkan saat di kelas. Untuk mengerjakan tugas tersebut kita harus pintar mencari referensi lain, seperti di perpustakaan atau mencari jurnal-jurnal pendukung. Sistem lainnya yang berbeda sekali yaitu sistem penilaian, jadi klo di Scotland kan berbeda dengan di Inggris, Khususnya University of Aberdeen mempunyai sistem penilaian sendiri. Contohnya, untuk nilai A itu ada 5 jenjang, mulai A1 sampai A5, nilai B juga sampai B5, begitupula dengan nilai C, disitu perbedaan penilaiannya.
Selain perbedaan itu, di jurusan saya untuk ujian semester itu presentasinya 80% dari niali total. Kalo di ujian saya dapat nilai jelek, artinya saya gagal di ujian itu dan di mata kuliah tersebut. Ujian 80% dan 20%nya tugas kuliah. Kehadiran tidak masuk presentase nilai, tapi kalo misalnya kita dua kali bolos tanpa keterangan,itu artinya kita bisa disidang. Hasil sidang biasanya berupa dihentikan masa studinya atau berupa sangsi lain.
Karena perbedaan sistem penilaian tersebut, Dari awal kita harus tahu strateginya. Contohnya, semester satu dulu saya salah strategi, terlalu ngoyo di depan tapi ternyata makin akhir semester makin loyo. Berdasarkan pengalaman itu semester dua saya ubah strategi, slow di depan, kemudian pas di setengah menjelang akhir semester itu baru ngoyo. Alhamdulilah berkat strategi itu nilai membaik, jadi memang harus punya strategi sendiri sesuai model cara belajar dan manajemen waktu kita. Bagusnya sih ngoyo atau semangat terus dari awal sampai akhir kuliah, karena kita kuliah hanya satu tahun jadi harus cepat adaptasi dengan sistem pendidikanya.Perbedaan lainnya, mahasiswa di Aberdeen sangat suka ke Perpustakaan, bahkan saya kalo ke Perpustakaan itu sering tidak dapat tempat duduk, paling cuman pinjem buku trus bawa keluar. Budaya mahasiswa di University of Aberdeen itu percaya bahwa ilmu itu nggak hanya didapat di kelas, jadi harus cari di tempat lain. Perpustakaan juga merupakan salah satu tempat untuk cari referensi sebagai penunjang apa yang sedang kita pelajari. Saya juga sempat tanya, kenapa Perpustakaan di sana itu rame banget pengunjungnya, mereka bilang Perpustakaan itu tempat di mana mereka bisa focus, bisa belajar, dan kalo mereka nggak ke Perpustakaan mereka akan malu. Dan dengan sendirinya kita akan merasa tidak percaya diri kalo kita tidak ke Perpustakaan, jadi memang suatu kewajiban untuk mereka datang ke Perpustakaan, dan itu memang kesadaran mahasiswa di sana bahwa kita butuh ke Perpustakaan untuk belajar.
Rencana Setelah Lulus dari University of Aberdeen
Saya ingin menumbuhkan kesadaran ke adik-adik di kampung saya bahwa pendidikan itu penting, kalo ingin mendapatkan kehidupan yang layak lanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, jadi jangan hanya samapi SD. Sedikit-sedikit mengajar Bahasa Inggris, berbagi motivasi, inspirasi dan berbagi apa yang saya bisa. Dimulai dari lingkungan terdekat kita, memperbaiki dan perduli terhadap lingkungan di sekitar kita.
Motivasi
Semua orang sebetulnya bisa kuliah di luar negeri atau negara yang diimpikannya, tergantung mindset individu itu sendiri seperti apa. Jangan sampai mimpi kita hanya jadi sekedar mimpi, sia-sia kita setiap akhir tahun menghabiskan waktu untuk membuat resolusi kalo pada akhirnya tidak terealisasi. Jadi, buat catatan resolusi tersebut tercoret karena kita sudah mewujudkannya.
Selagi masih muda, masih kuat dan kita bisa seru-seruan untuk mewujudkan satu persatu mimpi-mimpi kita. Saya pernah membaca satu artikel bahwa kita bisa melakukan apapun ketika umur kita masih 20an. Di umur 20an kita belum terikat banyak hal, seperti pernikahan, jadi saya pribadi ingin memanfaatkan umur saya yang masih di 20an ini. Waktu saya kerja, saya merasa tempat itu tidak menantang lagi, Jadi saya resign, untuk apa dipertahankan klo kita tidak bahagia menjalaninya. Trus di umur 20an ini kita bisa mencoba atau mendapatkan apa yang kita inginkan menggunakan kemampuan puncak kita, karena saya ingin S2, jadi saya kejar S2. Saya ingin jalan –jalan keliling Eropa, ya saya jalan-jalan setelah saya menyelesaikan S2 dengan menggunakan uang tabungan yang saya sisihkan dari uang beasiswa. Intinya, kita masih muda, masih punya tenaga, masih banyak kesempatan, jadi kita harus manfaatkan agar tidak menyesal di belakang.