Amerika Serikat tentu merupakan satu negara yang menjadi favorit banyak mahasiswa khususnya dari Indonesia dan juga berbagai negara lain pad...
Amerika Serikat tentu merupakan satu negara yang menjadi favorit banyak mahasiswa khususnya dari Indonesia dan juga berbagai negara lain pada umumnya.Di Amerika Serikat itu sendiri ada banyak perguruan tinggi yang memang berkualitas salah satunya adalah yang terkenal dengan sebutan MIT. Berada di 77 Massachusetts Avenue Cambridge MA 02139, Massachusetts Institute of Technology memang dikenal sebagai salah satu universitas teraik di dunia sampai saat ini.
Nah, apakah kamu punya keinginan untuk suatu saat nanti bisa melanjutkan studi di MIT? Apakah kamu kemudian berpikir bahwa keinginanmu tersebut terlalu tinggi dan sulit bahkan tidak mungkin dicapai? Well, jika belum apa-apa kamu sudah berpikir demikian tentu saja benar bahwa nantinya keinginanmu untuk kuliah di MIT tersebut akan menjadi tidak mungkin. Pada dasarnya tidak ada yang tidak mungkin termasuk juga untuk kamu sebagai mahasiswa dari Indonesia bisa kuliah di MIT. Jadi sedari awal jangan buru-buru berpikir bahwa hal itu tidak mungkin dicapai ya.
Meskipun pada dasarnya memang benar bahwa segala hal itu mungkin, tentu ada hal-hal yang harus kamu perhatikan dan ingat selalu. Untuk bisa mendapatkan kesempatan kuliah di MIT tersebut tentu hanya orang-orang yang mau bekerja keras dan pantang menyerah saja yang bisa berhasil. Jika kamu hanya bermimpi dan berkeinginan tanpa melakukan berbagai hal dengan penuh semangat serta kerja keras maka tidak mungkin juga hal tersebut akan terwujud.
Salah satu mahasiswa dari Indonesia yang sudah berhasil untuk menempuh studi di MIT adalah Kevin Soedyatmiko. Ia adalah satu contoh keberhasilan seorang mahasiswa Indonesia untuk bisa membuktikan bahwa kuliah di MIT itu sangat mungkin untuk menjadi nyata. Ia berhasil diterima untuk menempuh studi di MIT pada tahun 2011. Studi yang ia ambil adalah pada jenjang S1 dengan jurusan Management Science and Economics. Dalam masa menempuh studinya tersebut ia bahkan juga aktif menjadi seorang asisten peneliti. Luar baisa bukan? Jadi, masih berpikir bahwa itu tidak mungkin dicapai?
Pemuda yang akrab disapa Kevin ini kemudian memberikan pengalamannya menjadi mahasiswa baru di MIT dalam sebuah cerita singkat. Tujuan utamanya tentu adalah untuk memberikan wawasan tambahan bagi teman-teman di Indonesia yang juga berkeinginan untuk menempuh studi di MIT nantinya. Selain itu juga tentu ia bermaksud untuk melecut semangat dari para mahasiswa dari Indonesia untuk berjuang semaksimal mungkin agar nantinya bisa mengejar mimpi kuliah di luar negeri baik itu di MIT atau juga di berbagai universitas favorit serta ternama dalam lingkup internasional.
Dunia Akademis di MIT
Ia memulai cerita pengalamannya sebagai mahasiswa baru di MIT dengan menyampaikan bahwa 1 semester di MIT hanya 4 bulan saja dalam kalender pendidikannya. Jadi dalam 1 tahun masa studi hanya ada 8 bulan kalender pendidikannya. Dengan masa studi yang demikian singkat sudah tentu orang-orang di MIT bekerja sanga keras dan giat kaitannya dengan akademis. Kompetisi di MIT sangat ketat antar satu mahasiswa dengan yang lainnya. Sebagian besar mahasiswa bahkan hanya tidur kurang dari 5 jam setiap harinya itupun dipaksakan. Jika mengikuti apa yang dikerjakan hingga selesai setiap hari bisa saja tidak tidur. Hal ini merupakan satu hal positif pada dasarnya namun tentu ada efek negatifnya juga. Banyak mahasiswa yang kemudian menjadi egois dan pelit berbagi karena merasa kerja kerasnya ia lakukan sendiri untuk meraih pencapaian yang luar biasa dalam studinya.
Sebagai universitas ternama dalam lingkup internasional tentu MIT tidak tinggal diam dengan adanya masalah tersebut. Satu solusi yang kemudian diterapkan adalah yang disebut sebagai problem set atau gampangnya disebut sebagai pekerjaan rumah. Setiap minggu atau beberapa minggu sekali akan diberikan problem set terbaru yang semakin lama akan semakin sulit dikerjakan. Menurut Kevin yang namanya problem set ini biasanya super hard. Bagaimana bisa dikerjakan jika problem set itu super hard?
Satu hal yang diterapkan seiring dengan adanya problem set adalah diskusi antar mahasiswa yang didampingi dan diawasi oleh seorang Teaching Assistant atau TA. Secara mengejutkan sebuah problem set yang sangat sulit sekalipun akan menjadi mudah diselesaikan dan materinya juga akan bisa dipahami jika diskusi berlangsung dengan baik. Kevin sendiri mengatakan bahwa ia bisa sangat memahami materi-materi yang ada dalam problem set setelah berdiskusi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Satu hal lagi yang menyenangkan di MIT adalah yang namanya nilai itu bukan sesuatu yang mewah dan mahal. Kenapa demikian? Banyak dosen yang murah memberikan nilai di MIT. Hal ini juga dipengaruhi oleh orientasi dasarnya bahwa pendidikan di Amerika Serikat bukan mengenai nilai akhir saja tetapi benar-benar menekankan pada pemahaman dan kemampuan mahasiswanya.
Undergraduate Research Opportunity Program (UROP)
Satu hal yang juga sangat menarik dan bisa didapatkan dan kemudian dilakukan di MIT adalah penelitian oleh mahasiswa-mahasiswa jenjang S1. Sampai saat ini memang hal tersebut sudah mulai dilakukan bahkan dengan gencar di berbagai universitas dan perguruan tinggi internasional. Hal ini akan berdampak positif tentunya bagi yang berniat untuk mengejar jenjang lebih tinggi nantinya. Jadi mereka paling tidak sudah mengenal tentang apa dan bagaimana penelitian itu dilakukan dan sebagainya.
Pentingnya pengenalan penelitian bagi mahasiswa S1 itu juga sebenarnya dilandasi oleh beberapa hal yang menurut Kevin juga memang sangat penting. Pertama tentu adalah fakta bahwa penelitian secara langsung jelas berbeda dari teori di kelas selama kuliah. Hal-hal yang terjadi ketika penelitian langsung bisa sangat berbeda dan membutuhkan tanggapan atau respon yang cepat dan efektif. Hal ini akan sangat membantu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi berbagai situasi ketika melakukan penelitian secara langsung. Kedua kamu bisa sekaligus mengenal para profesor dan peneliti serta juga teman-teman mahasiswa di MIT dengan mengikuti program ini. Sibuknya para profesor tersebut membuat pertemuan untuk menanyakan materi atau hal-hal seputar kuliah akan sulit. Salah satu cara efektif yang bisa kamu lakukan tentu dengan menjadi asisten profesor tersebut dalam penelitian-penelitian yang dilakukan para profesor tersebut. Kevin juga menuturkan bahwa 85% dari mahasiswa MIT pernah mengikuti program UROP ini setidaknya sekali dalam masa studi S1 selama 4 tahun.
Dosen-Dosen di MIT
Nah satu hal lagi yang kaitannya erat dengan dunia kuliah adalah dosen atau para pengajar di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Dosen tentu akan memberikan pengaruh dari kualitas mahasiswanya karena tentu dosen akan berbeda-beda dalam hal mengajar di kelas masing-masing.
Secara umum bahkan di MIT menurut Kevin dosennya juga terbagi dalam 2 kelompok yaitu yang bagus dalam artian mampu menjelaskan materi perkuliahan dengan baik dan juga yang kurang bagus dalam artian kurang begitu bisa dipahami ketika mengajar kelasnya. Hal ini bisa karena aksen bahasa dari dosen tersebut yang membuat apa yang dia sampaikan sedikit sulit dipahami. Kevin menambahkan dari masa awal studinya di MIT tersebut bahwa dosen terbaik sejauh yang ia sudah temui adalah Eric Lander. Beliau adalah seorang profesor dalam kelas intro biologi yang diambil Kevin. Beliau juga penasehat dari Presiden Barack Obama dalam hal sains dan teknologi. Kadang dalam mengajar ia bercerita tentang masa mudanya ketika bersama dengan teman-temannya juga kuliah lalu bekerja sama menemukan berbagai penemuan yang itu ada dalam buku yang digunakan dalam kuliahnya tersebut.
Mahasiswa-Mahasiswa MIT
Perkiraannya adalah bahwa 10% dari seluruh mahasiswa MIT adalah mahasiswa internasional. Selain itu menurut Kevin bahwa mahasiswa di MIT sangat beraneka ragam dalam hal asal dan latar belakangnya. Dari 10% perkiraan tersebut kenyataannya lebih banyak karena ada yang karena kartu identitas diri tertentu mereka terdaftar sebagai orang yang sudah tinggal di AS sebelumnya padahal tidak demikian.
Mahasiswa di MIT tidak jarang juga melakukan hal-hal yang unik yang menambah serunya kuliah di MIT. Salah satu contohnya adalah maskot dari MIT yang bernama Tim The Beacer yang sering muncul di area kampus dan bisa diajak foto bersama. Kemudian ada juga mahasiswa dalam kelompok MIT hacks yang pernah menempelkan mainan miniatur orang-orangan kecil dimana-mana. Kemudian juga memang di MIT sangat erat dan kental budaya tekniknya. Jadi dimanapun kamu akan sangat sering menemukan hal-hal yang kaitannya dengan teknik atau mekanik bahkan di gelas, kaos, gantungan kunci, dan lain sebagianya.
Nah itu tadi sepenggal cerita dari Kevin Soedyatmiko, seorang mahasiswa dari Indonesia yang menempuh studi S1 di MIT Amerika Serikat. Ceritanya semakin membuatmu ingin mengejar impian kuliah di MIT atau berbagai kampus internasional lainnya bukan? Ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai. Tetapkan targetmu dan selalu berjuang keras demi tercapainya target tersebut. Semoga berhasil!
Nah, apakah kamu punya keinginan untuk suatu saat nanti bisa melanjutkan studi di MIT? Apakah kamu kemudian berpikir bahwa keinginanmu tersebut terlalu tinggi dan sulit bahkan tidak mungkin dicapai? Well, jika belum apa-apa kamu sudah berpikir demikian tentu saja benar bahwa nantinya keinginanmu untuk kuliah di MIT tersebut akan menjadi tidak mungkin. Pada dasarnya tidak ada yang tidak mungkin termasuk juga untuk kamu sebagai mahasiswa dari Indonesia bisa kuliah di MIT. Jadi sedari awal jangan buru-buru berpikir bahwa hal itu tidak mungkin dicapai ya.
Meskipun pada dasarnya memang benar bahwa segala hal itu mungkin, tentu ada hal-hal yang harus kamu perhatikan dan ingat selalu. Untuk bisa mendapatkan kesempatan kuliah di MIT tersebut tentu hanya orang-orang yang mau bekerja keras dan pantang menyerah saja yang bisa berhasil. Jika kamu hanya bermimpi dan berkeinginan tanpa melakukan berbagai hal dengan penuh semangat serta kerja keras maka tidak mungkin juga hal tersebut akan terwujud.
Salah satu mahasiswa dari Indonesia yang sudah berhasil untuk menempuh studi di MIT adalah Kevin Soedyatmiko. Ia adalah satu contoh keberhasilan seorang mahasiswa Indonesia untuk bisa membuktikan bahwa kuliah di MIT itu sangat mungkin untuk menjadi nyata. Ia berhasil diterima untuk menempuh studi di MIT pada tahun 2011. Studi yang ia ambil adalah pada jenjang S1 dengan jurusan Management Science and Economics. Dalam masa menempuh studinya tersebut ia bahkan juga aktif menjadi seorang asisten peneliti. Luar baisa bukan? Jadi, masih berpikir bahwa itu tidak mungkin dicapai?
Pemuda yang akrab disapa Kevin ini kemudian memberikan pengalamannya menjadi mahasiswa baru di MIT dalam sebuah cerita singkat. Tujuan utamanya tentu adalah untuk memberikan wawasan tambahan bagi teman-teman di Indonesia yang juga berkeinginan untuk menempuh studi di MIT nantinya. Selain itu juga tentu ia bermaksud untuk melecut semangat dari para mahasiswa dari Indonesia untuk berjuang semaksimal mungkin agar nantinya bisa mengejar mimpi kuliah di luar negeri baik itu di MIT atau juga di berbagai universitas favorit serta ternama dalam lingkup internasional.
Dunia Akademis di MIT
Ia memulai cerita pengalamannya sebagai mahasiswa baru di MIT dengan menyampaikan bahwa 1 semester di MIT hanya 4 bulan saja dalam kalender pendidikannya. Jadi dalam 1 tahun masa studi hanya ada 8 bulan kalender pendidikannya. Dengan masa studi yang demikian singkat sudah tentu orang-orang di MIT bekerja sanga keras dan giat kaitannya dengan akademis. Kompetisi di MIT sangat ketat antar satu mahasiswa dengan yang lainnya. Sebagian besar mahasiswa bahkan hanya tidur kurang dari 5 jam setiap harinya itupun dipaksakan. Jika mengikuti apa yang dikerjakan hingga selesai setiap hari bisa saja tidak tidur. Hal ini merupakan satu hal positif pada dasarnya namun tentu ada efek negatifnya juga. Banyak mahasiswa yang kemudian menjadi egois dan pelit berbagi karena merasa kerja kerasnya ia lakukan sendiri untuk meraih pencapaian yang luar biasa dalam studinya.
Sebagai universitas ternama dalam lingkup internasional tentu MIT tidak tinggal diam dengan adanya masalah tersebut. Satu solusi yang kemudian diterapkan adalah yang disebut sebagai problem set atau gampangnya disebut sebagai pekerjaan rumah. Setiap minggu atau beberapa minggu sekali akan diberikan problem set terbaru yang semakin lama akan semakin sulit dikerjakan. Menurut Kevin yang namanya problem set ini biasanya super hard. Bagaimana bisa dikerjakan jika problem set itu super hard?
Satu hal yang diterapkan seiring dengan adanya problem set adalah diskusi antar mahasiswa yang didampingi dan diawasi oleh seorang Teaching Assistant atau TA. Secara mengejutkan sebuah problem set yang sangat sulit sekalipun akan menjadi mudah diselesaikan dan materinya juga akan bisa dipahami jika diskusi berlangsung dengan baik. Kevin sendiri mengatakan bahwa ia bisa sangat memahami materi-materi yang ada dalam problem set setelah berdiskusi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Satu hal lagi yang menyenangkan di MIT adalah yang namanya nilai itu bukan sesuatu yang mewah dan mahal. Kenapa demikian? Banyak dosen yang murah memberikan nilai di MIT. Hal ini juga dipengaruhi oleh orientasi dasarnya bahwa pendidikan di Amerika Serikat bukan mengenai nilai akhir saja tetapi benar-benar menekankan pada pemahaman dan kemampuan mahasiswanya.
Undergraduate Research Opportunity Program (UROP)
Satu hal yang juga sangat menarik dan bisa didapatkan dan kemudian dilakukan di MIT adalah penelitian oleh mahasiswa-mahasiswa jenjang S1. Sampai saat ini memang hal tersebut sudah mulai dilakukan bahkan dengan gencar di berbagai universitas dan perguruan tinggi internasional. Hal ini akan berdampak positif tentunya bagi yang berniat untuk mengejar jenjang lebih tinggi nantinya. Jadi mereka paling tidak sudah mengenal tentang apa dan bagaimana penelitian itu dilakukan dan sebagainya.
Pentingnya pengenalan penelitian bagi mahasiswa S1 itu juga sebenarnya dilandasi oleh beberapa hal yang menurut Kevin juga memang sangat penting. Pertama tentu adalah fakta bahwa penelitian secara langsung jelas berbeda dari teori di kelas selama kuliah. Hal-hal yang terjadi ketika penelitian langsung bisa sangat berbeda dan membutuhkan tanggapan atau respon yang cepat dan efektif. Hal ini akan sangat membantu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghadapi berbagai situasi ketika melakukan penelitian secara langsung. Kedua kamu bisa sekaligus mengenal para profesor dan peneliti serta juga teman-teman mahasiswa di MIT dengan mengikuti program ini. Sibuknya para profesor tersebut membuat pertemuan untuk menanyakan materi atau hal-hal seputar kuliah akan sulit. Salah satu cara efektif yang bisa kamu lakukan tentu dengan menjadi asisten profesor tersebut dalam penelitian-penelitian yang dilakukan para profesor tersebut. Kevin juga menuturkan bahwa 85% dari mahasiswa MIT pernah mengikuti program UROP ini setidaknya sekali dalam masa studi S1 selama 4 tahun.
Dosen-Dosen di MIT
Nah satu hal lagi yang kaitannya erat dengan dunia kuliah adalah dosen atau para pengajar di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Dosen tentu akan memberikan pengaruh dari kualitas mahasiswanya karena tentu dosen akan berbeda-beda dalam hal mengajar di kelas masing-masing.
Secara umum bahkan di MIT menurut Kevin dosennya juga terbagi dalam 2 kelompok yaitu yang bagus dalam artian mampu menjelaskan materi perkuliahan dengan baik dan juga yang kurang bagus dalam artian kurang begitu bisa dipahami ketika mengajar kelasnya. Hal ini bisa karena aksen bahasa dari dosen tersebut yang membuat apa yang dia sampaikan sedikit sulit dipahami. Kevin menambahkan dari masa awal studinya di MIT tersebut bahwa dosen terbaik sejauh yang ia sudah temui adalah Eric Lander. Beliau adalah seorang profesor dalam kelas intro biologi yang diambil Kevin. Beliau juga penasehat dari Presiden Barack Obama dalam hal sains dan teknologi. Kadang dalam mengajar ia bercerita tentang masa mudanya ketika bersama dengan teman-temannya juga kuliah lalu bekerja sama menemukan berbagai penemuan yang itu ada dalam buku yang digunakan dalam kuliahnya tersebut.
Mahasiswa-Mahasiswa MIT
Perkiraannya adalah bahwa 10% dari seluruh mahasiswa MIT adalah mahasiswa internasional. Selain itu menurut Kevin bahwa mahasiswa di MIT sangat beraneka ragam dalam hal asal dan latar belakangnya. Dari 10% perkiraan tersebut kenyataannya lebih banyak karena ada yang karena kartu identitas diri tertentu mereka terdaftar sebagai orang yang sudah tinggal di AS sebelumnya padahal tidak demikian.
Nah itu tadi sepenggal cerita dari Kevin Soedyatmiko, seorang mahasiswa dari Indonesia yang menempuh studi S1 di MIT Amerika Serikat. Ceritanya semakin membuatmu ingin mengejar impian kuliah di MIT atau berbagai kampus internasional lainnya bukan? Ingat bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai. Tetapkan targetmu dan selalu berjuang keras demi tercapainya target tersebut. Semoga berhasil!