Nama Korea Selatan adalah sebuah nama yang di Indonesia bisa dibilang populer. Banyak hal yang berasal dari Korea Selatan dan digemari oleh ...
Nama Korea Selatan adalah sebuah nama yang di Indonesia bisa dibilang populer. Banyak hal yang berasal dari Korea Selatan dan digemari oleh orang-orang di Indonesia seperti serial dramanya, makanannya, boyband dan girlband-nya, gaya busananya, serta tentu masih banyak hal lainnya. Banyak juga orang Indonesia yang sangat berharap bisa mengujungi Korea Selatan. Sekedar untuk berlibur selama beberapa hari atau bahkan sekolah dan bekerja disana seolah menjadi sebuah kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi siapapun itu yang berasal dari Indonesia.
Meskipun tergolong sebagai negara dengan wilayah yang cukup kecil, Korea Selatan mempunyai 191 universitas seperti yang ada dalam daftar 2015 University Web Ranking dari 4icu. Dengan adanya jumlah universitas sebanyak itu maka sudah sewajarnya jika memang Korea Selatan dijadikan sebagai rujukan atau pilihan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri oleh banyak mahasiswa internasional termasuk dari Indonesia juga.
Widhi Dyah Sawitri adalah satu dari cukup banyak mahasiswa Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk bisa kuliah di Korea Selatan. Ia mengambil studi jenjang master atau Master Course di Korea Selatan di Kyungpook National University. Universitas ini memiliki dua kampus yang terletak di Daegu dan Sangju. Kampus yang terletak di Daegu merupakan kampus pusat dari Kyungpook National University dimana mayoritas kegiatan dari kampus tersebut berlangsung.
Pada awal studinya di Korea Selatan, Widhi mengalami kendala bahasa. Hal ini disebabkan karena ia sama sekali tidak bisa berbahasa Korea padahal ternyata kebanyakan orang Korea Selatan juga belum menguasai bahasa Inggris. Karena itulah kebanyakan orang Korea Selatan lebih memilih menggunakan bahasa Korea ketika harus berkomunikasi. Ia kemudian mempelajari bahasa Korea dengan sungguh-sungguh karena ketika nanti menulis thesis ia diharuskan menggunakan bahasa Korea oleh profesornya. Jika tidak menuliskan thesisnya dalam bahasa Korea bahkan ada kemungkinan ia tidak diluluskan dari studinya. Jadilah ia dengan segala upaya menuliskan thesisnya dalam bahasa Korea.
Dalam studi master yang ia ambil di Kyungpook National University, bidang studinya adalah Plant Molecular Breeding. Hal ini membuatnya banyak menghabiskan waktu di laboratorium karena memang demikian jika mengambil studi master dalam bidang sains. Satu hal yang menjadi aturan tidak tertulis ketika harus banyak menghabiskan waktu di laboratorium adalah untuk datang sebelum dan pulang sesudah profesor yang menjadi semacam kepala penelitinya. Bahkan ketika ada seorang profesor yang pulang hingga jam 11 malam maka mahasiswanya juga akan menunggu setelah beliau pulang dahulu baru bisa pulang. Hal ini bahkan juga sering terjadi di akhir pekan karena memang ada beberapa profesor yang datang pada waktu akhir pekan. Hal ini tentu tidak menjadi beban karena memang sudah sepantasnya demikian di Korea Selatan yang memang masih sangat menjunjung tinggi adat ketimurannya.
Kaitannya dengan profesor di dunia pendidikan Korea Selatan, sebagian besar masih seperti dewa bagi mahasiswa. Hal ini terlihat dari fakta bahwa apa saja yang dikatakan dan disampaikan oleh profesor selalu benar. Mahasiswa tidak ada yang berani membantah profesor yang membuat perdebatan antara mahasiswa dan profesor hampir tidak pernah terjadi. Namun untuk saat ini sudah mulai muncul profesor yang berpikiran lebih terbuka dan tidak merasa tersinggung jika ada mahasiswa yang menanyakan untuk memastikan apa yang sudah ia sampaikan. Hal ini tak lain agar pendidikan bisa lebih berkembang dan tidak hanya mengacu pada profesor saja tetapi bisa juga pada pendapat dan pemikiran dari para mahasiswanya.
Di Korea Selatan profesor itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang berbeda dalam hal jabatannya. Tingkatan tersebut adalah jo-kyosu atau associate professor, bu-kyosu, dan juga kyosu atau profesor senior. Nah tentu sebagai mahasiswa harus bisa membedakan profesor pada tingkatan yang berbeda yang tentu akan bisa menuju pada perlakuan berbeda dari mahasiswanya sendiri. Maksudnya adalah bahwa untuk profesor senior mahasiswa harus lebih menghormati dan lebih sopan.
Di Korea Selatan ada kegiatan wajib militer yang ternyata bahkan juga berdampak pada sistem pendidikannya. Wajib militer menimbulkan senioritas yang sangat kuat di Korea Selatan. Dampaknya dalam dunia pendidikan adalah bahwa profesor biasanya hanya akan memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas ke senior. Selanjutnya senior tersebut akan bertanggung jawab menyampaikan tugas-tugas tersebut ke junior. Jika ternyata junior gagal mengerjakan tugasnya seperti yang diminta dan diinginkan profesor maka seniro akan dianggap gagal juga. Oleh karena itu sebenarnya senior justru mempunyai tugas yang lebih berat karena harus bisa memastikan semuanya lancar dan sesuai yang diinginkan profesor. Hal ini juga menyebabkan seorang senior akan cenderung sangat berkuasa bahkan meski hanya dalam hal pendidikan atau kuliah.
Selanjutnya adalah dalam hal pembiayaan kuliah di Korea Selatan yang juga tersedia dalam bentuk beasiswa. Pada dasarnya ada dua macam beasiswa yang bisa digunakan untuk menempuh studi di Korea Selatan. Beasiswa pemerintah dan beasiswa universitas adalah dua macam beasiswa dalam pembagian secara umum untuk beasiswa kuliah di Korea Selatan. Satu contoh untuk beasiswa pemerintah adalah NIIED sementara itu untuk beasiswa dari universitas ada KNU Honors Scholarship yang merupakan beasiswa dari Kyungpook National University. Beasiswa yang diberikan ini biasanya hanya akan menanggung biaya kuliah atau SPP penuh saja dari awal mulai kuliah hingga selesai. Pembiayaan lain diluar itu harus dipikirkan sendiri oleh mahasiswa.
Dalam hal biaya hidup atau living cost ketika kuliah di Korea Selatan bisa saja mahasiswa mendapatkan uang dari profesor yang sedang melakukan penelitian dimana mahasiswa ikut membantu. Jika sudah semakin senior maka uang yang didapat ketika membantu proyek atau penelitian yang dilakukan profesor akan lebih banyak juga. Namun sudah bisa dipastikan bahwa intensitas pekerjaannya juga akan semakin tinggi dan banyak dibanding ketika masih menjadi junior. Perkiraannya untuk jumlah uang yang bisa didapatkan adalah antara 500 ribu Won sampai 1 juta Won.
Dalam mendapatkan beasiswa dari universitas untuk kuliah di Korea Selatan sangat disarankan untuk menghubungi profesornya terlebih dahulu. Hal ini akan memungkinkan profesor untuk membuat semacam surat rekomendasi berkait dengan keinginanmu untuk kuliah di univesitas dimana profesor tersebut berada. Selain itu nantinya kamu juga akan bisa mendapatkan kesempatan untuk diminta membantu proyek dan penelitian yang dilakukan oleh profesor tersebut. Biasanya profesor yang mau menerima mahasiswa internasional adalah yang mempunyai banyak proyek dan penelitian untuk dibantu. Intinya adalah bahwa kamu bisa memperbesar peluang dalam mendapatkan beasiswa universitas sekaligus kesempatan mendapatkan pekerjaan membantu profesor untuk membiayai hidup selama di Korea Selatan.
Tempat tinggal tentu juga merupakan hal yang hars diperhatikan dan diperhitungkan ketika kuliah di luar negeri seperti Korea Selatan. Asrama adalah pilihan yang menjadi incaran banyak mahasiswa karena biayanya murah dan sudah termasuk juga makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Setelah asrama ada pilihan lain yaitu gositel yang merupakan tempat tinggal satu kamar dengan kamar mandi dan dapur yang biasanya untuk semua penghuni atau umum. Ini seperti kamar kost di Indonesia pada dasarnya. Satu pilihan tempat tinggal terakhir yang dipilih mahasiswa adalah one-room yang pada dasarnya semacam apartemen tapi hanya satu kamar. Selain itu masih ada pilihan tempat tinggal lain tetapi harganya cenderung mahal untuk mahasiswa.
Selama tiga tahun menempuh studi di Korea Selatan, Widhi tidak hanya menghabiskan waktunya untuk kegiatan di kampus saja. Faktanya ada sarana untuk bisa bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama teman seperti PERPIKA yang merupakan Persatuan Pelajar Indonesia di Korea. PERPIKA tentu merupakan sarana yang tepat untuk bisa berkomunikasi dengan sesama mahasiswa dari Indonesia. Selain itu akan ada banyak informasi juga yang diberikan PERPIKA yang salah satunya adalah mengenai beasiswa dan bantuan pembiayaan. Jadi jika nanti kamu bisa kuliah di Korea Selatan pastikan untuk menjalin komunikasi dengan PERPIKA.
Meskipun tergolong sebagai negara dengan wilayah yang cukup kecil, Korea Selatan mempunyai 191 universitas seperti yang ada dalam daftar 2015 University Web Ranking dari 4icu. Dengan adanya jumlah universitas sebanyak itu maka sudah sewajarnya jika memang Korea Selatan dijadikan sebagai rujukan atau pilihan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri oleh banyak mahasiswa internasional termasuk dari Indonesia juga.
Widhi Dyah Sawitri adalah satu dari cukup banyak mahasiswa Indonesia yang mendapatkan kesempatan untuk bisa kuliah di Korea Selatan. Ia mengambil studi jenjang master atau Master Course di Korea Selatan di Kyungpook National University. Universitas ini memiliki dua kampus yang terletak di Daegu dan Sangju. Kampus yang terletak di Daegu merupakan kampus pusat dari Kyungpook National University dimana mayoritas kegiatan dari kampus tersebut berlangsung.
Pada awal studinya di Korea Selatan, Widhi mengalami kendala bahasa. Hal ini disebabkan karena ia sama sekali tidak bisa berbahasa Korea padahal ternyata kebanyakan orang Korea Selatan juga belum menguasai bahasa Inggris. Karena itulah kebanyakan orang Korea Selatan lebih memilih menggunakan bahasa Korea ketika harus berkomunikasi. Ia kemudian mempelajari bahasa Korea dengan sungguh-sungguh karena ketika nanti menulis thesis ia diharuskan menggunakan bahasa Korea oleh profesornya. Jika tidak menuliskan thesisnya dalam bahasa Korea bahkan ada kemungkinan ia tidak diluluskan dari studinya. Jadilah ia dengan segala upaya menuliskan thesisnya dalam bahasa Korea.
Dalam studi master yang ia ambil di Kyungpook National University, bidang studinya adalah Plant Molecular Breeding. Hal ini membuatnya banyak menghabiskan waktu di laboratorium karena memang demikian jika mengambil studi master dalam bidang sains. Satu hal yang menjadi aturan tidak tertulis ketika harus banyak menghabiskan waktu di laboratorium adalah untuk datang sebelum dan pulang sesudah profesor yang menjadi semacam kepala penelitinya. Bahkan ketika ada seorang profesor yang pulang hingga jam 11 malam maka mahasiswanya juga akan menunggu setelah beliau pulang dahulu baru bisa pulang. Hal ini bahkan juga sering terjadi di akhir pekan karena memang ada beberapa profesor yang datang pada waktu akhir pekan. Hal ini tentu tidak menjadi beban karena memang sudah sepantasnya demikian di Korea Selatan yang memang masih sangat menjunjung tinggi adat ketimurannya.
Kaitannya dengan profesor di dunia pendidikan Korea Selatan, sebagian besar masih seperti dewa bagi mahasiswa. Hal ini terlihat dari fakta bahwa apa saja yang dikatakan dan disampaikan oleh profesor selalu benar. Mahasiswa tidak ada yang berani membantah profesor yang membuat perdebatan antara mahasiswa dan profesor hampir tidak pernah terjadi. Namun untuk saat ini sudah mulai muncul profesor yang berpikiran lebih terbuka dan tidak merasa tersinggung jika ada mahasiswa yang menanyakan untuk memastikan apa yang sudah ia sampaikan. Hal ini tak lain agar pendidikan bisa lebih berkembang dan tidak hanya mengacu pada profesor saja tetapi bisa juga pada pendapat dan pemikiran dari para mahasiswanya.
Di Korea Selatan profesor itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang berbeda dalam hal jabatannya. Tingkatan tersebut adalah jo-kyosu atau associate professor, bu-kyosu, dan juga kyosu atau profesor senior. Nah tentu sebagai mahasiswa harus bisa membedakan profesor pada tingkatan yang berbeda yang tentu akan bisa menuju pada perlakuan berbeda dari mahasiswanya sendiri. Maksudnya adalah bahwa untuk profesor senior mahasiswa harus lebih menghormati dan lebih sopan.
Di Korea Selatan ada kegiatan wajib militer yang ternyata bahkan juga berdampak pada sistem pendidikannya. Wajib militer menimbulkan senioritas yang sangat kuat di Korea Selatan. Dampaknya dalam dunia pendidikan adalah bahwa profesor biasanya hanya akan memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas ke senior. Selanjutnya senior tersebut akan bertanggung jawab menyampaikan tugas-tugas tersebut ke junior. Jika ternyata junior gagal mengerjakan tugasnya seperti yang diminta dan diinginkan profesor maka seniro akan dianggap gagal juga. Oleh karena itu sebenarnya senior justru mempunyai tugas yang lebih berat karena harus bisa memastikan semuanya lancar dan sesuai yang diinginkan profesor. Hal ini juga menyebabkan seorang senior akan cenderung sangat berkuasa bahkan meski hanya dalam hal pendidikan atau kuliah.
Selanjutnya adalah dalam hal pembiayaan kuliah di Korea Selatan yang juga tersedia dalam bentuk beasiswa. Pada dasarnya ada dua macam beasiswa yang bisa digunakan untuk menempuh studi di Korea Selatan. Beasiswa pemerintah dan beasiswa universitas adalah dua macam beasiswa dalam pembagian secara umum untuk beasiswa kuliah di Korea Selatan. Satu contoh untuk beasiswa pemerintah adalah NIIED sementara itu untuk beasiswa dari universitas ada KNU Honors Scholarship yang merupakan beasiswa dari Kyungpook National University. Beasiswa yang diberikan ini biasanya hanya akan menanggung biaya kuliah atau SPP penuh saja dari awal mulai kuliah hingga selesai. Pembiayaan lain diluar itu harus dipikirkan sendiri oleh mahasiswa.
Dalam hal biaya hidup atau living cost ketika kuliah di Korea Selatan bisa saja mahasiswa mendapatkan uang dari profesor yang sedang melakukan penelitian dimana mahasiswa ikut membantu. Jika sudah semakin senior maka uang yang didapat ketika membantu proyek atau penelitian yang dilakukan profesor akan lebih banyak juga. Namun sudah bisa dipastikan bahwa intensitas pekerjaannya juga akan semakin tinggi dan banyak dibanding ketika masih menjadi junior. Perkiraannya untuk jumlah uang yang bisa didapatkan adalah antara 500 ribu Won sampai 1 juta Won.
Dalam mendapatkan beasiswa dari universitas untuk kuliah di Korea Selatan sangat disarankan untuk menghubungi profesornya terlebih dahulu. Hal ini akan memungkinkan profesor untuk membuat semacam surat rekomendasi berkait dengan keinginanmu untuk kuliah di univesitas dimana profesor tersebut berada. Selain itu nantinya kamu juga akan bisa mendapatkan kesempatan untuk diminta membantu proyek dan penelitian yang dilakukan oleh profesor tersebut. Biasanya profesor yang mau menerima mahasiswa internasional adalah yang mempunyai banyak proyek dan penelitian untuk dibantu. Intinya adalah bahwa kamu bisa memperbesar peluang dalam mendapatkan beasiswa universitas sekaligus kesempatan mendapatkan pekerjaan membantu profesor untuk membiayai hidup selama di Korea Selatan.
Tempat tinggal tentu juga merupakan hal yang hars diperhatikan dan diperhitungkan ketika kuliah di luar negeri seperti Korea Selatan. Asrama adalah pilihan yang menjadi incaran banyak mahasiswa karena biayanya murah dan sudah termasuk juga makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Setelah asrama ada pilihan lain yaitu gositel yang merupakan tempat tinggal satu kamar dengan kamar mandi dan dapur yang biasanya untuk semua penghuni atau umum. Ini seperti kamar kost di Indonesia pada dasarnya. Satu pilihan tempat tinggal terakhir yang dipilih mahasiswa adalah one-room yang pada dasarnya semacam apartemen tapi hanya satu kamar. Selain itu masih ada pilihan tempat tinggal lain tetapi harganya cenderung mahal untuk mahasiswa.
Selama tiga tahun menempuh studi di Korea Selatan, Widhi tidak hanya menghabiskan waktunya untuk kegiatan di kampus saja. Faktanya ada sarana untuk bisa bersosialisasi dan menghabiskan waktu bersama teman seperti PERPIKA yang merupakan Persatuan Pelajar Indonesia di Korea. PERPIKA tentu merupakan sarana yang tepat untuk bisa berkomunikasi dengan sesama mahasiswa dari Indonesia. Selain itu akan ada banyak informasi juga yang diberikan PERPIKA yang salah satunya adalah mengenai beasiswa dan bantuan pembiayaan. Jadi jika nanti kamu bisa kuliah di Korea Selatan pastikan untuk menjalin komunikasi dengan PERPIKA.