Harvard University tentu merupakan sebuah nama yang begitu populer khususnya dalam dunia pendidikan. Dalam QS World University Rankings 2015...
Harvard University tentu merupakan sebuah nama yang begitu populer khususnya dalam dunia pendidikan. Dalam QS World University Rankings 2015/16 harvard University berada pada posisi kedua dibawah Massachusetts Institute of Technology (MIT). Sementara itu dalam 2015 World University Web Rankings Harvard University berada pada posisi ketiga setelah MIT dan Stanford University. Sudah jelas kenapa nama Harvard University bisa begitu populer yang juga membuatnya begitu diinginkan oleh banyak mahasiswa dari berbagai negara di dunia untuk melanjutkan studinya disana dan tidak terkecuali mahasiswa dari Indonesia.
Nama Kuriakin Zeng adalah sebuah nama yang bisa dibilang menjadi penghubung antara Harvard University dan Indonesia. Bagaimana bisa? Kuriakin Zeng adalah merupakan seorang mahasiswa dari Indonesia tang berhasil masuk menjadi mahasiswa di Harvard University setelah sebelumnya menempuh studi di Singapore Polytechnic (SP). Tentunya merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa oleh seorang mahasiswa dari Indonesia untuk bisa melanjutkan studi di Harvard University. Hal ini jelas membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia sebenarnya bisa bersaing dalam lingkup internasional hingga bahkan bisa juga menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik di dunia seperti Harvard.
Bukan merupakan sebuah pencapaian yang mudah untuk diulangi oleh mahasiswa lain dari Indonesia memang jika melihat keberhasilan dari seorang Kuriakin Zeng dalam hal kuliah di Singapore Polytechnic dan kemudian melanjutkan di Harvard. Pemuda kelahiran 24 Desember 1985 yang berasal dari Tanjungpinang ini merupakan anak dari seorang mekanik dan ibu rumah tangga. Prestasinya ketika SMA juga tidaklah luar biasa dan bahkan ia terpuruk dalam Ujian Nasional. Keterpurukannya dalam Ujian Nasional tersebut ternyata disebabkan karena ia dulunya adalah kapten tim basket dan sering mengabaikan pelajaran di kelas.
Akibat lebih lanjut dari terpuruknya Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional adalah kekecewaan yang mendalam dari kedua orang tuanya. Bahkan ia juga percaya bahwa kecelakaan yang menimpa ayahnya ketike bekerja disebabkan karena ayahnya tertekan dengan terpuruknya Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional tersebut. Ia yakin bahwa ayahnya terganggu dengan hasil yang didapatkan Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional. Berangkat dari hal tersebut ia kemudian mengikuti ujian kesetaraan di Singapura yaitu GCE-O Level yang memang hasilnya nanti setara dengan ijazah SMA di Indonesia.
Ia tidak pernah berpikir akan bisa kuliah di Amerika Serikat karena tentu masalah biaya yang sangat mahal untuk bisa hidup disana. Untuk bisa menjadi mahasiswa di Singapore Polytechnic juga ia harus mengalami kegagalan sekali pada tahun 2003. Setelah gagal menjadi mahasiswa SP, ia kembali ke kampung halamannya untuk bekerja dan mengumpulkan uang guna kembali ke Singapura suatu saat nanti. Setelah akhirnya mampu menjadi mahasiswa SP 2 tahun kemudian maka ia bisa menempuh studi lanjutan berbekal hasil menakjubkan dari tes kesetaraan GCE-O Level yang sudah dia ambil.
Selanjutnya setelah diterima di SP meski dulu sempat gagal, Kuriakin Zeng ternyata mampu mencetak sejarah di SP tidak hanya dalam 1 hal melainkan 2 hal sekaligus yang menjadi rekor. Kuriakin Zeng merupakan mahasiswa yang pertama kalinya di SP mampu meraih nilai sempurna untuk seluruh mata kuliah yang ia ambil selama kuliah di SP yaitu sebanyak 33 mata kuliah. Pencapaian luar biasa tersebut diraihnya dalam studi jenjang diploma pada bidang Electronics, Computer, and Communication Engineering. Selanjutnya ia juga menjadi mahasiswa SP pertama yang diterima untuk menempuh studi di Harvard University di Amerika Serikat dalam jenjang sarjana untuk Liberal Arts Course. Luar biasa bukan?
Selama menjalani studi di SP, Kuriakin Zeng juga berhasil mendapatkan beberapa pencapaian yang luar biasa. Beberapa pencapaiannya tersebut meliputi Alfred Robert Edis Prize, Engineers Singapore Prize, Shell Merit Award, Lee Kuan Yew Award untuk lulusan terbaik SP, dan juga peringkat kedua dalam 2010 RoboCUp Soccer Humanoid Adult-Size Category yang ia raih bersama teman-temannya dalam 1 tim.
Kuriakin Zeng yang merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya ini memang enggan mengejar kesempatan untuk studi lanjutan di Amerika Serikat. Ia justru diyakinkan oleh para dosennya di SP untuk menempuh studi di Amerika Serikat. Dosen-dosen yang mengajar mata kuliahnya di SP sangat kagum dengan pencapaiannya di SP yang kemudian menyampaikan bahwa sangat sayang jika prestasinya tidak digunakan untuk mendaftar studi lanjutan di Amerika Serikat. Bahkan dulunya ia hanya berpikir untuk bisa kuliah di National University of Singapore saja sudah luar biasa karena tidak mungkin bisa kuliah di Amerika Serikat.
Proses yang ia jalani untuk pada akhirnya bisa kuliah di Harvard University dengan bantuan beasiswa penuh juga bukan hal yang mudah dan cepat diraih. Beberapa permohonan yang ia ajukan memang diterima di beberapa perguruan tinggi namun beasiswa yang ditawarkan bukan beasiswa penuh. Salah satunya adalah University of Illinois Urbana-Champaign yang bahkan partial scholarshsip yang ditawarkan hanya menanggung tidak sampai setengah biaya untuk kuliahnya dan biaya hidupnya.
Selain itu ia juga menolak tawaran kuliah jenjang sarjana dan sekaligus master dari Nanyang Technological University-Georgia Tech karena ia mulai merasa yakin untuk bisa mengejar studi di Amerika Serikat. Hal tersebut ia rasakan setelah menjalani studi di Singapura dengan bantuan dosen-dosennya yang sangat menyemangatinya tentunya. Berbagai aktivitas yang ia ikuti termasuk kegiatan bersama Rotaract Club dan juga pelayanan masyarakat di Singapura juga berkontribusi dalam merubah penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Motivasinya sangat luar biasa yang bahkan membuat salah seorang dosennya di Singapura membutuhkan waktu cukup lama ketika harus menuliskan surat rekomendasinya yang akan ditujukan ke Harvard University. Adalah seorang Zhou Changju yang merupakan ketua dari Advanced Robotics and Intelligent Control Centre yang mengatakan bahwa ada banyak sekali contoh-contoh dan hal-hal yang bisa ia sampaikan untuk menunjukkan begitu besarnya motivasi yang dimiliki Kuriakin Zeng untuk melanjutkan studi di Amerika Serikat khususnya Harvard University.
Pada akhirnya ia sangat senang ketika ia mendapatkan tawaran kuliah di Harvard University dengan beasiswa penuh sebesar $59,000 untuk setiap tahunnya. Biaya tersebut akan cukup untuk menanggung biaya studi sarjana di Harvard University dan juga biaya hidupnya selama tinggal di Amerika Serikat. Setelah lulus dari Harvard University ia berniat kembali ke Singapura untuk memberikan pengabdiannya di SP sesuai perjanjian yang dulu pernah dibuat dalam masa studinya. Mengetahu keberhasilan Kuriakin Zeng yang akhirnya mendapatkan kesempatan kuliah di Amerika Serikat, ibunya merasa bahagia untuknya dan juga sangat yakin bahwa ia akan baik-baik saja serta mampu memberikan hasil yang terbaik dalam studinya di Amerika Serikat.
Satu lagi cerita yang membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia sangat bisa untuk menempuh studi bahkan di salah satu universitas terbaik di dunia. Latar belakang Kuriakin Zeng yang bisa dibilang pas-pasan juga membuktikan bahwa kamu tidak harus berasal dari keluarga kaya atau keluarga yang memang selalu berprestasi dalam dunia pendidikan untuk bisa menembus batas lingkup internasional seperti Kuriakin Zeng.
Bukan merupakan sebuah pencapaian yang mudah untuk diulangi oleh mahasiswa lain dari Indonesia memang jika melihat keberhasilan dari seorang Kuriakin Zeng dalam hal kuliah di Singapore Polytechnic dan kemudian melanjutkan di Harvard. Pemuda kelahiran 24 Desember 1985 yang berasal dari Tanjungpinang ini merupakan anak dari seorang mekanik dan ibu rumah tangga. Prestasinya ketika SMA juga tidaklah luar biasa dan bahkan ia terpuruk dalam Ujian Nasional. Keterpurukannya dalam Ujian Nasional tersebut ternyata disebabkan karena ia dulunya adalah kapten tim basket dan sering mengabaikan pelajaran di kelas.
Akibat lebih lanjut dari terpuruknya Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional adalah kekecewaan yang mendalam dari kedua orang tuanya. Bahkan ia juga percaya bahwa kecelakaan yang menimpa ayahnya ketike bekerja disebabkan karena ayahnya tertekan dengan terpuruknya Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional tersebut. Ia yakin bahwa ayahnya terganggu dengan hasil yang didapatkan Kuriakin Zeng dalam Ujian Nasional. Berangkat dari hal tersebut ia kemudian mengikuti ujian kesetaraan di Singapura yaitu GCE-O Level yang memang hasilnya nanti setara dengan ijazah SMA di Indonesia.
Ia tidak pernah berpikir akan bisa kuliah di Amerika Serikat karena tentu masalah biaya yang sangat mahal untuk bisa hidup disana. Untuk bisa menjadi mahasiswa di Singapore Polytechnic juga ia harus mengalami kegagalan sekali pada tahun 2003. Setelah gagal menjadi mahasiswa SP, ia kembali ke kampung halamannya untuk bekerja dan mengumpulkan uang guna kembali ke Singapura suatu saat nanti. Setelah akhirnya mampu menjadi mahasiswa SP 2 tahun kemudian maka ia bisa menempuh studi lanjutan berbekal hasil menakjubkan dari tes kesetaraan GCE-O Level yang sudah dia ambil.
Selanjutnya setelah diterima di SP meski dulu sempat gagal, Kuriakin Zeng ternyata mampu mencetak sejarah di SP tidak hanya dalam 1 hal melainkan 2 hal sekaligus yang menjadi rekor. Kuriakin Zeng merupakan mahasiswa yang pertama kalinya di SP mampu meraih nilai sempurna untuk seluruh mata kuliah yang ia ambil selama kuliah di SP yaitu sebanyak 33 mata kuliah. Pencapaian luar biasa tersebut diraihnya dalam studi jenjang diploma pada bidang Electronics, Computer, and Communication Engineering. Selanjutnya ia juga menjadi mahasiswa SP pertama yang diterima untuk menempuh studi di Harvard University di Amerika Serikat dalam jenjang sarjana untuk Liberal Arts Course. Luar biasa bukan?
Selama menjalani studi di SP, Kuriakin Zeng juga berhasil mendapatkan beberapa pencapaian yang luar biasa. Beberapa pencapaiannya tersebut meliputi Alfred Robert Edis Prize, Engineers Singapore Prize, Shell Merit Award, Lee Kuan Yew Award untuk lulusan terbaik SP, dan juga peringkat kedua dalam 2010 RoboCUp Soccer Humanoid Adult-Size Category yang ia raih bersama teman-temannya dalam 1 tim.
Kuriakin Zeng yang merupakan satu-satunya anak laki-laki di keluarganya ini memang enggan mengejar kesempatan untuk studi lanjutan di Amerika Serikat. Ia justru diyakinkan oleh para dosennya di SP untuk menempuh studi di Amerika Serikat. Dosen-dosen yang mengajar mata kuliahnya di SP sangat kagum dengan pencapaiannya di SP yang kemudian menyampaikan bahwa sangat sayang jika prestasinya tidak digunakan untuk mendaftar studi lanjutan di Amerika Serikat. Bahkan dulunya ia hanya berpikir untuk bisa kuliah di National University of Singapore saja sudah luar biasa karena tidak mungkin bisa kuliah di Amerika Serikat.
Proses yang ia jalani untuk pada akhirnya bisa kuliah di Harvard University dengan bantuan beasiswa penuh juga bukan hal yang mudah dan cepat diraih. Beberapa permohonan yang ia ajukan memang diterima di beberapa perguruan tinggi namun beasiswa yang ditawarkan bukan beasiswa penuh. Salah satunya adalah University of Illinois Urbana-Champaign yang bahkan partial scholarshsip yang ditawarkan hanya menanggung tidak sampai setengah biaya untuk kuliahnya dan biaya hidupnya.
Selain itu ia juga menolak tawaran kuliah jenjang sarjana dan sekaligus master dari Nanyang Technological University-Georgia Tech karena ia mulai merasa yakin untuk bisa mengejar studi di Amerika Serikat. Hal tersebut ia rasakan setelah menjalani studi di Singapura dengan bantuan dosen-dosennya yang sangat menyemangatinya tentunya. Berbagai aktivitas yang ia ikuti termasuk kegiatan bersama Rotaract Club dan juga pelayanan masyarakat di Singapura juga berkontribusi dalam merubah penilaiannya terhadap dirinya sendiri.
Motivasinya sangat luar biasa yang bahkan membuat salah seorang dosennya di Singapura membutuhkan waktu cukup lama ketika harus menuliskan surat rekomendasinya yang akan ditujukan ke Harvard University. Adalah seorang Zhou Changju yang merupakan ketua dari Advanced Robotics and Intelligent Control Centre yang mengatakan bahwa ada banyak sekali contoh-contoh dan hal-hal yang bisa ia sampaikan untuk menunjukkan begitu besarnya motivasi yang dimiliki Kuriakin Zeng untuk melanjutkan studi di Amerika Serikat khususnya Harvard University.
Pada akhirnya ia sangat senang ketika ia mendapatkan tawaran kuliah di Harvard University dengan beasiswa penuh sebesar $59,000 untuk setiap tahunnya. Biaya tersebut akan cukup untuk menanggung biaya studi sarjana di Harvard University dan juga biaya hidupnya selama tinggal di Amerika Serikat. Setelah lulus dari Harvard University ia berniat kembali ke Singapura untuk memberikan pengabdiannya di SP sesuai perjanjian yang dulu pernah dibuat dalam masa studinya. Mengetahu keberhasilan Kuriakin Zeng yang akhirnya mendapatkan kesempatan kuliah di Amerika Serikat, ibunya merasa bahagia untuknya dan juga sangat yakin bahwa ia akan baik-baik saja serta mampu memberikan hasil yang terbaik dalam studinya di Amerika Serikat.
Satu lagi cerita yang membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia sangat bisa untuk menempuh studi bahkan di salah satu universitas terbaik di dunia. Latar belakang Kuriakin Zeng yang bisa dibilang pas-pasan juga membuktikan bahwa kamu tidak harus berasal dari keluarga kaya atau keluarga yang memang selalu berprestasi dalam dunia pendidikan untuk bisa menembus batas lingkup internasional seperti Kuriakin Zeng.