Impian dari seorang remaja putri dari Indonesia tepatnya Ambon, Maluku bernama Esti Maryanti Ipaenim ini adalah untuk bisa merasakan pengala...
Impian dari seorang remaja putri dari Indonesia tepatnya Ambon, Maluku bernama Esti Maryanti Ipaenim ini adalah untuk bisa merasakan pengalaman belajar dalam lingkup internasional. Paling tidak ia ingin merasakan belajar dalam lingkungan asing yang merujuk pada kuliah di luar negeri. Ia berpikir pada awalnya bahwa proses belajar untuk mengenal budaya dari suatu tempat langsung dilokasinya tentu akan berbeda dengan hanya mengandalkan buku dan berbagai sumber lainnya. Selain itu ia juga sangat tertarik untuk bisa mengetahui dan merasakan pengalaman dalam membangun hubungan baik yang berarti ia harus menghadapi cultural barriers ketika berada di luar negeri. Satu negara yang ada dalam pikirannya untuk mewujudkan keinginannya tersebut adalah Tiongkok atau China dalam bahasa Inggris.
Sebuah program beasiswa bagi mahasiswa internasional yang bernama Chinese Government Scholarship disediakan oleh pemerintah Tiongkok melalui sebuah badan penyelenggara yang bernama China Scholarship Council. Badan penyelenggara dan beasiswa inilah yang kemudian menjawab keinginan dari Esti untuk bisa berada di Tiongkok sebagai mahasiswa internasional asal Indonesia. Melalui beasiswa dari pemerintah Tiongkok tersebut Esti kemudian bisa merasakan pengalaman luar biasa menjadi mahasiswa di sebuah negara yang seperti dua sisi mata uang. Satu sisinya Tiongkok masih terkesan tradisional dengan banyak tradisi yang dipertahankan di tengah sebuah modernisasi dalam berbagai bidang. Satu sisi lainnya Tiongkok merupakan sebuah lokomotif modernisasi dunia dalam beberapa hal.
Satu hal yang sering menjadi pertimbangan bagi mahasiswa Indonesia ketika hendak memilih Tiongkok sebagai negara tujuan kuliah adalah bahasa. Faktanya bahasa asli Tiongkok bukanlah bahas yang dikenal luas dan digunakan banyak orang dalam lingkup internasional. Esti menyadari juga hal ini namun ia juga berpikir bahwa ketika sudah memutuskan untuk pergi ke Tiongkok, mau tidak mau harus belajar bahasa aslinya. Hal ini akan lebih membantu dalam hal mengenal dan memahami budaya dari Tiongkok sendiri. Hal ini juga tentu sangat diperlukan dalam membangun hubungan yang positif dengan orang-orang Tiongkok selama menghabiskan waktu kuliah disana.
Esti merasa sebagai seorang yang beruntung ketika ternyata CSC melalui program Chinese Government Scholarship memberikan kesempatan baginya untuk menjadi mahasiswa di Tiongkok. Ia sendiri menyadari bahwa kemampuan yang ia miliki dalam hal menggunakan bahasa Mandarin hanya ada dalam tingkatan poor. Akan tetapi pihak CSC sendiri memberikan kesempatan baginya untuk bisa mempelajari lebih lanjut bahasa Mandarin di universitas-universitas yang memang sudah sangat kompeten dalam hal tersebut. Jadi ia tidak merasa khawatir lagi akan masalah bahasa.
Esti juga menyampaikan bahwa untuk mengakses CSC juga tidak ada kesulitan sama sekali. Ia tidak merasakan adanya hal-hal yang ribet selama proses pengajuan dan seleksi program beasiswa ini. Jadi tidak perlu ada rasa khawatir dan bahkan skeptis bahwa program beasiswa kuliah ke luar negeri itu pasti ribet ini dan itunya. Intinya yang harus dipahami dulu adalah universitas yang ingin dituju sebagai empat kuliah termasuk program yang akan diambil. Komunikasi dengan pihak universitas tersebut juga harus sudah dilakukan dan pastikan sudah memenuhi syarat dari CSC untuk beasiswa ini yaitu misalnya apakah harus sudah diterima dan ada bukti penerimaan mahasiswa terlebih dahulu atau tidak. Banyak yang cenderung mengatakan ribet karena pada awalnya belum memahami hal-hal penting sebagai syarat dari beasiswa yang ditawarkan.
Para penerima beasiswa dari pemerintah Tiongkok ini disambut dengan sangat ramah. Segala kebutuhan disediakan oleh pihak CSC agar menjamin bahwa para mahasiswa internasional merasa nyaman. Satu hal yang menarik adalah bahwa ternyata sudah ada banyak mahasiswa dari Indonesia yang sebelumnya juga mendapatkan kesempatan untuk kuliah di Tiongkok dengan beasiswa ini. Hal ini semakin meyakinkan Esti bahwa memang benar ia memilih Tiongkok untuk melanjutkan kuliah karena sudah terbukti dari para mahasiswa Indonesia yang sebelumnya sudah kuliah disana.
Nanjing adalah sebuah kota yang menjadi pilihan Esti untuk menempuh studi di Tiongkok. Nanjing itu sendiri adalah sebuah kota yang bisa dibilang historis. Selain itu Nanjing juga merupakan salah satu pusat pendidikan di Tiongkok. Proses pertama yang dilakukan Esti di Nanjing adalah mengikuti kursus bahasa Mandarin selama satu tahun sesuai fasilitas yang diberikan oleh CSC bagi penerima beasiswa ini. Setelah menyelesaikan kursus bahasa Mandarin selama satu tahun baru kemudian akan melanjutkan pada studi yang dipilih. Esti memilih untuk kuliah di program pendidikan master jurnalistik dalam bahasa Mandarin di Nanjing Normal University.
Tiongkok memiliki lingkungan yang sangat tepat untuk belajar menurut Esti. Karakter masyarakatnya yang mempunyai disiplin tinggi serta kemauan keras demi peningkatan kualitas hidup bisa dibilang sejalan dengan tujuan mendasar dari berbagai proses pendidikan formal. Hal ini menjadikan tingkat kompetisi dari para warga Tiongkok termasuk mahasiswa sangat tinggi. Bagi mahasiswa internasional hal ini justru bisa dijadikan semangat untuk bisa bersaing dengan mahasiswa lokal Tiongkok. Fakta bahwa penduduk Tiongkok sangat banyak jumlahnya bisa menjadikan sisi kompetisi ini menjadi sebuah hal yang cenderung menakutkan bagi mahasiswa internasional. Disadari atau tidak memang akan terasa ada tekanan besar bagi mahasiswa internasional yang kuliah dan hidupnya dibiayai penuh oleh beasiswa. Satu hal yang wajib dilakukan adalah tentunya adaptasi besar-besaran.
Ritme hidup tentu akan berubah drastis dibanding ketika berada di Indonesia yang cenderung santai. Begadang untuk mengerjakan tugas hingga bahkan kehilangan waktu tidur yang cukup adalah sebuah hal yang wajar dialami mahasiswa internasional khususnya pada masa awal kuliah di Tiongkok. Waktu yang seharusnya untuk istirahat juga digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya agar semua selesai tepat waktu. Ditambah lagi kemampuan menggunakan bahasa Mandarin yang harus dijaga karena bahasa yang bukan bahasa asal akan bisa hilang jika tidak dibiasakan menggunakannya. Belum lagi adanya batasan-batasan dalam berbagai hal yang mungkin dulunya bebas dilakukan di negara asal. Kemudian juga ada masalah teman senegara yang belum tentu ada setiap waktu ketika merasa membutuhkan tempat berbagi cerita. Hal-hal tersebut adalah beberapa yang menurut Esti bisa memberikan semacam rasa tertekan dan pesimis ketika menjadi mahasiswa asing di Tiongkok.
Satu kunci utamanya menurut Esti adalah untuk mengatur dirimu sendiri semaksimal mungkin. Dalam bahasa Inggris bisa disebut organize yourself for a better you. Tinggalkan ritme dan pola hidup yang cenderung santai dan hanya mengikuti arus yang masih bisa membuat kamu bertahan hidup ketika di Indonesia. Atur semuanya menggunakan skala prioritas agar kamu bisa fokus melakukan hal-hal yang memang paling penting dahulu. Hal ini akan sangat membantu kamu dalam memaksimalkan penggunaan waktu yang tersedia. Pastikan tugas-tugas besar terselesaikan kemudian jangan juga menunda dan mengesampingkan tugas-tugas kecil. Pada akhirnya semua harus diselesaikan bukan?
Sangat bisa dibenarkan bahwa dengan kuliah di Tiongkok kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam hal mengatur pola hidup. Kamu akan bisa lebih memaksimalkan waktu yang ada untuk melakukan berbagai hal dengan efektif. Jadi, saat ini sudah bukan waktunya lagi untuk berpikir panjang ketika ingin kuliah di Tiongkok. Peluangnya terbuka lebar melalui CSC dengan Chinese Covernment Scholarship yang sangat menyambut mahasiswa internasional untuk kuliah di Tiongkok.
Sebuah program beasiswa bagi mahasiswa internasional yang bernama Chinese Government Scholarship disediakan oleh pemerintah Tiongkok melalui sebuah badan penyelenggara yang bernama China Scholarship Council. Badan penyelenggara dan beasiswa inilah yang kemudian menjawab keinginan dari Esti untuk bisa berada di Tiongkok sebagai mahasiswa internasional asal Indonesia. Melalui beasiswa dari pemerintah Tiongkok tersebut Esti kemudian bisa merasakan pengalaman luar biasa menjadi mahasiswa di sebuah negara yang seperti dua sisi mata uang. Satu sisinya Tiongkok masih terkesan tradisional dengan banyak tradisi yang dipertahankan di tengah sebuah modernisasi dalam berbagai bidang. Satu sisi lainnya Tiongkok merupakan sebuah lokomotif modernisasi dunia dalam beberapa hal.
Satu hal yang sering menjadi pertimbangan bagi mahasiswa Indonesia ketika hendak memilih Tiongkok sebagai negara tujuan kuliah adalah bahasa. Faktanya bahasa asli Tiongkok bukanlah bahas yang dikenal luas dan digunakan banyak orang dalam lingkup internasional. Esti menyadari juga hal ini namun ia juga berpikir bahwa ketika sudah memutuskan untuk pergi ke Tiongkok, mau tidak mau harus belajar bahasa aslinya. Hal ini akan lebih membantu dalam hal mengenal dan memahami budaya dari Tiongkok sendiri. Hal ini juga tentu sangat diperlukan dalam membangun hubungan yang positif dengan orang-orang Tiongkok selama menghabiskan waktu kuliah disana.
Esti merasa sebagai seorang yang beruntung ketika ternyata CSC melalui program Chinese Government Scholarship memberikan kesempatan baginya untuk menjadi mahasiswa di Tiongkok. Ia sendiri menyadari bahwa kemampuan yang ia miliki dalam hal menggunakan bahasa Mandarin hanya ada dalam tingkatan poor. Akan tetapi pihak CSC sendiri memberikan kesempatan baginya untuk bisa mempelajari lebih lanjut bahasa Mandarin di universitas-universitas yang memang sudah sangat kompeten dalam hal tersebut. Jadi ia tidak merasa khawatir lagi akan masalah bahasa.
Esti juga menyampaikan bahwa untuk mengakses CSC juga tidak ada kesulitan sama sekali. Ia tidak merasakan adanya hal-hal yang ribet selama proses pengajuan dan seleksi program beasiswa ini. Jadi tidak perlu ada rasa khawatir dan bahkan skeptis bahwa program beasiswa kuliah ke luar negeri itu pasti ribet ini dan itunya. Intinya yang harus dipahami dulu adalah universitas yang ingin dituju sebagai empat kuliah termasuk program yang akan diambil. Komunikasi dengan pihak universitas tersebut juga harus sudah dilakukan dan pastikan sudah memenuhi syarat dari CSC untuk beasiswa ini yaitu misalnya apakah harus sudah diterima dan ada bukti penerimaan mahasiswa terlebih dahulu atau tidak. Banyak yang cenderung mengatakan ribet karena pada awalnya belum memahami hal-hal penting sebagai syarat dari beasiswa yang ditawarkan.
Para penerima beasiswa dari pemerintah Tiongkok ini disambut dengan sangat ramah. Segala kebutuhan disediakan oleh pihak CSC agar menjamin bahwa para mahasiswa internasional merasa nyaman. Satu hal yang menarik adalah bahwa ternyata sudah ada banyak mahasiswa dari Indonesia yang sebelumnya juga mendapatkan kesempatan untuk kuliah di Tiongkok dengan beasiswa ini. Hal ini semakin meyakinkan Esti bahwa memang benar ia memilih Tiongkok untuk melanjutkan kuliah karena sudah terbukti dari para mahasiswa Indonesia yang sebelumnya sudah kuliah disana.
Nanjing adalah sebuah kota yang menjadi pilihan Esti untuk menempuh studi di Tiongkok. Nanjing itu sendiri adalah sebuah kota yang bisa dibilang historis. Selain itu Nanjing juga merupakan salah satu pusat pendidikan di Tiongkok. Proses pertama yang dilakukan Esti di Nanjing adalah mengikuti kursus bahasa Mandarin selama satu tahun sesuai fasilitas yang diberikan oleh CSC bagi penerima beasiswa ini. Setelah menyelesaikan kursus bahasa Mandarin selama satu tahun baru kemudian akan melanjutkan pada studi yang dipilih. Esti memilih untuk kuliah di program pendidikan master jurnalistik dalam bahasa Mandarin di Nanjing Normal University.
Tiongkok memiliki lingkungan yang sangat tepat untuk belajar menurut Esti. Karakter masyarakatnya yang mempunyai disiplin tinggi serta kemauan keras demi peningkatan kualitas hidup bisa dibilang sejalan dengan tujuan mendasar dari berbagai proses pendidikan formal. Hal ini menjadikan tingkat kompetisi dari para warga Tiongkok termasuk mahasiswa sangat tinggi. Bagi mahasiswa internasional hal ini justru bisa dijadikan semangat untuk bisa bersaing dengan mahasiswa lokal Tiongkok. Fakta bahwa penduduk Tiongkok sangat banyak jumlahnya bisa menjadikan sisi kompetisi ini menjadi sebuah hal yang cenderung menakutkan bagi mahasiswa internasional. Disadari atau tidak memang akan terasa ada tekanan besar bagi mahasiswa internasional yang kuliah dan hidupnya dibiayai penuh oleh beasiswa. Satu hal yang wajib dilakukan adalah tentunya adaptasi besar-besaran.
Ritme hidup tentu akan berubah drastis dibanding ketika berada di Indonesia yang cenderung santai. Begadang untuk mengerjakan tugas hingga bahkan kehilangan waktu tidur yang cukup adalah sebuah hal yang wajar dialami mahasiswa internasional khususnya pada masa awal kuliah di Tiongkok. Waktu yang seharusnya untuk istirahat juga digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya agar semua selesai tepat waktu. Ditambah lagi kemampuan menggunakan bahasa Mandarin yang harus dijaga karena bahasa yang bukan bahasa asal akan bisa hilang jika tidak dibiasakan menggunakannya. Belum lagi adanya batasan-batasan dalam berbagai hal yang mungkin dulunya bebas dilakukan di negara asal. Kemudian juga ada masalah teman senegara yang belum tentu ada setiap waktu ketika merasa membutuhkan tempat berbagi cerita. Hal-hal tersebut adalah beberapa yang menurut Esti bisa memberikan semacam rasa tertekan dan pesimis ketika menjadi mahasiswa asing di Tiongkok.
Satu kunci utamanya menurut Esti adalah untuk mengatur dirimu sendiri semaksimal mungkin. Dalam bahasa Inggris bisa disebut organize yourself for a better you. Tinggalkan ritme dan pola hidup yang cenderung santai dan hanya mengikuti arus yang masih bisa membuat kamu bertahan hidup ketika di Indonesia. Atur semuanya menggunakan skala prioritas agar kamu bisa fokus melakukan hal-hal yang memang paling penting dahulu. Hal ini akan sangat membantu kamu dalam memaksimalkan penggunaan waktu yang tersedia. Pastikan tugas-tugas besar terselesaikan kemudian jangan juga menunda dan mengesampingkan tugas-tugas kecil. Pada akhirnya semua harus diselesaikan bukan?
Sangat bisa dibenarkan bahwa dengan kuliah di Tiongkok kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dalam hal mengatur pola hidup. Kamu akan bisa lebih memaksimalkan waktu yang ada untuk melakukan berbagai hal dengan efektif. Jadi, saat ini sudah bukan waktunya lagi untuk berpikir panjang ketika ingin kuliah di Tiongkok. Peluangnya terbuka lebar melalui CSC dengan Chinese Covernment Scholarship yang sangat menyambut mahasiswa internasional untuk kuliah di Tiongkok.