Rezeki memang tidak akan kemana. Mungkin ini kalimat yang cocok untuk Nur’aeni atau yang akrab disapa Ae ini. Awalnya ingin kuliah di Jepan...
Rezeki memang tidak akan kemana. Mungkin ini kalimat yang cocok untuk Nur’aeni atau yang akrab disapa Ae ini. Awalnya ingin kuliah di Jepang tapi takdir berkata lain dan membawa Ae melanjutkan kuliahnya di Korea Selatan. Simak cerita Ae berikut ini.
Tak kenal maka tak sayang...
Nama aku Nur’aeni biasa dipanggil Ae. Aku berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Saat ini aku kuliah di Korea National University of Transportation jurusan Polymer Science and Engineering program master atau S2 angkatan tahun 2015 musim gugur.
Jurusan
Dari jurusan tersebut lebih spesifiknya tergabung di FNML (Functional Nanomaterial lab) jadi berhubungan dengan material-material yang berukuran nano. Kebetulan saat ini aku sedang melakukan penelitian mengenai graphene, alotrop karbon, yang merupakan material tertipis yang pernah ada saat ini.
Kenapa Kak Ae memilih jurusan ini? Waktu itu Kak Ae memilih jurusan dulu, negara dulu, atau universitasnya dulu?
Karena aku dari dulu sudah tertarik di dunia polimer jadi aku memilih jurusan ini. Lagipula dulu aku juga S1-nya Kimia dan sudah lumayan sering melakukan penelitian tentang polimer. Karena kebiasaan berkecimpung di sana jadi aku ingin mendalami saja. Awalnya aku tertarik ke Jepang dan pengen banget kuliah di sana. Tapi dari sekian banyak kampus-kampus yang aku daftar belum rezeki alias nggak keterima. Pas aku sedang down banget kemudian ada teman yang keterima di KNUT (kampusku sekarang).
Jadi begini ceritanya, dulu waktu aku masih S1 di ITB aku pernah mengikuti kuliah umum tentang material dan dosen tamunya Prof.Insik In. Karena tertarik dengan penelitiannya, temanku yang namanya Angga meminta kontak beliau dan akhirnya mengirim email. Cukup lama Angga kontak-kontakan dengan profesor tersebut sampai akhirnya lost contact dan Angga keterima di kampus lain. Karena merasa tidak enak dengan Prof.In akhirnya Angga merekomendasikan aku. Setelah itu aku kemudian diminta untuk mengirim CV, transkrip, dan dokumen lainnya supaya Prof.In bisa lebih tahu tentang aku.
Beasiswa/ Scholarship
Ya, aku dapat beasiswa dari pemerintah Korea. Namanya Brain Korea 21. Aku benar-benar nggak mengeluarkan uang selama di sini bahkan aku bisa nabung. Tapi sejujurnya aku kurang paham dengan mekanisme pendaftarannya karena profesor yang mendaftarkan aku. Dari beasiswa ini aku dapat 900ribu won tiap bulan untuk membayar biaya kuliah ditabung dari sana. Kalau untuk pengeluaran di sini cukup hemat sih karena aku tidak tinggal di kota besar seperti Seoul. Paling selama sebulan aku mengeluarkan 300rb won. Dan karena di kampusku foreigner-nya masih sedikit jadi asramanya digratiskan. Ditambah lagi ada gratis makan siang makan malam setiap senin sampai kamis.
Persiapan
Kalau persiapan dari proses admission-nya sih cukup banyak ya seperti berkas pendaftaran meliputi application form, TOEFL, study plan, paspor, CV, ijazah, appostille certificate, sampai ke birth certificate. Kalau untuk keperluan pribadi aku hanya menyiapkan buku-buku, baju, makanan.
Bagaimana Kak sistem belajar yang diterapkan di kampus Kak Ae?
Untuk program master di Korea ada dua jenis yaitu course based dan research based. Aku di sini sistemnya course based. Sistem ini ada kelas ada juga penelitian. Di Korea sistemnya kadang penelitian itu lebih penting daripada kelas jadi setiap hari saja peraturan di lab itu wajib datang 9 to 9 artinya dari jam 9 pagi sampai 9 malam. Kelasnya menggunakan bahasa Inggris dan lebih banyak presentasi sama diskusi. Kalau researcher-nya setiap minggu ada meet untuk menyampaikan progress.
Tantangan Terbesar
Kalau di Korea itu komunikasi jadi masalah. Teman-teman satu lab jarang yang jago bahasa Inggris. Jadi sering miss kalau ngobrol dengan mereka. Tapi ya ini jadi membuat kita semangat belajar bahasa Korea. Selain itu juga lab di sini kebanyakan kerja rodi parah, beruntung lab aku tidak separah itu hehehe.
Bagaimana pengalaman Kak Ae bermasyarakat di Korea? Bagaimana sih karakteristik orang di sana?
Orang Korea itu baik-baik. Tingkat kejahatan di sini hampir 0. Kalau ada orang asing mereka suka nyapa dan ramah-ramah. Tapi kendalanya Cuma soal bahasa. Mereka tetap ngobrol pakai bahasa Korea walaupun tahu kalau kita nggak mengerti. Etos kerjanya juga tinggi dan sangat taat terhadap peraturan. Walaupun di lab sudah nggak ada kerjaan mereka tetap pantang pulang sebelum jam 9. Dan di sana aman sekali bahkan sampai tengah malam. Walau ada orang-orang yang habis minum mereka nggak akan mengganggu orang lain apalagi foreigner.
Fasilitas Umum
Mungkin bisa ciritakan tentang kondisi fasilitas umum di kota tempat Kak Ae kuliah serta biasanya Kak Ae menggunakan transportasi apa?
Fasilitas umum seperti transportasi yang sering dipakai adalah bus. Soalnya di Chungju belum ada subway seperti di Seoul atau Busan. Jadi untuk berpergian kemana-mana lebih memilih pakai taksi atau bus. Bus-nya pun cuma bisa berhenti di bus stop saja tidak seperti di Indonesia yang bisa stop angkot dimana saja. Kalau di dalam kota biasanya naik bus tapi kalau aku harus ke luar kota aku bisanya naik train. Tapi kalau aku sedang main di Seoul lebih enak naik subway. Subway itu mirip seperti busway kalau di Indonesia tetapi di bawah tanah.
Selain sibuk kuliah, apa kegiatan Kak Ae di Korea?
Aku lebih banyak menghabiskan waktu di lab tapi insyaAllah akhir Februari nanti aku juga akan ngajar di Universitas Terbuka atau UT Korea. UT Korea ini isinya mahasiswa dari Indonesia yang jadi TKI di Korea.
Culture Shock
Aku sempat mengalamai culture shock waktu awal-awal di sini. Karena aku muslim dan berkerudung sedangkan di Chungju itu yang berkerudung jarang sekali bahkan teman-teman Koreaku bilang ini pertama kali mereka lihat secara langsung orang berkerudung. Aku kesulitan mencari makanan karena babi dimana-mana. Belum budaya mereka yang kalau habis presentasi progress atau apa suka minum-minum. Berada dalam satu lingkaran dengan mereka yang minum-minum itu hampir bikin aku mual tapi ya alhamdulilah semua masa itu sudah terlewati dan untungnya sekarang kalau mereka mau minum-minum suka nggak diajak hehehe.
Oh iya, cuacanya juga...kalau winter suhunya bisa mencapai -10 derajat di siang hari. Awal-awalnya sih aku harus selalu pakai baju dan jaket berlapis-lapis tapi belakangan ini akhirnya aku beli body heater semacam manset begitu. Asyik sih bisa menikmati musim dingin di Korea tapi kelamaan beku juga, hehehe.
Pengalaman Unik
Kalau pengalaman yang aneh, aku di sini pernah makan ikan mentah dan sayur nggak dimasak. Bahkan rumput saja yang cuma dicuci juga pernah. Aku juga sering lihat orang pacaran di sini yang berlebihan. Mereka sering tiba-tiba ciuman di tengah jalan atau pakai baju kembaran yang mencolok. Terus, kalau ngobrol dengan orang di sini yang nggak jago bahasa Inggris harus sabar banget dan pelan-pelan. Grammar sama sekali tidak dipakai bahkan kita bisa ngobrol dengan menggunakan kamus. Oh ya, aku juga pernah sholat di pinggir jalan dan dilihatin banyak orang karena saat itu aku sudah kepepet dan sulit menemukan masjid.
Kak Ae bisa menemukan produk-produk Indonesia yang dijual di Korea nggak? Dimana itu Kak?
Bisa. Di sini ada mushola dan pemasukan mushola itu dari hasil jual makanan-makanan Indonesia. Program ini ada di Chungju dan diinisiasi oleh bapak-bapak TKI yang bekerja di Korea.
Tips Untuk Teman-Teman Indonesia
Hmm...tahap persiapannya diperjelas. Seperti negara tujuan, kampus, dan yang terpenting adalah topik penelitian. Kemudian harus terus semangat dan jangan menyerah. Kuliah di luar negeri itu banyak manfaatnya, bisa kenal banyak teman dari berbagai negara, kenal budaya di negara tersebut, melatih kemampuan bahasa Inggris juga dan jadi lebih cinta dengan Indonesia.
Reporter: Adelina Mayang
Tak kenal maka tak sayang...
Nama aku Nur’aeni biasa dipanggil Ae. Aku berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Saat ini aku kuliah di Korea National University of Transportation jurusan Polymer Science and Engineering program master atau S2 angkatan tahun 2015 musim gugur.
Jurusan
Dari jurusan tersebut lebih spesifiknya tergabung di FNML (Functional Nanomaterial lab) jadi berhubungan dengan material-material yang berukuran nano. Kebetulan saat ini aku sedang melakukan penelitian mengenai graphene, alotrop karbon, yang merupakan material tertipis yang pernah ada saat ini.
Kenapa Kak Ae memilih jurusan ini? Waktu itu Kak Ae memilih jurusan dulu, negara dulu, atau universitasnya dulu?
Karena aku dari dulu sudah tertarik di dunia polimer jadi aku memilih jurusan ini. Lagipula dulu aku juga S1-nya Kimia dan sudah lumayan sering melakukan penelitian tentang polimer. Karena kebiasaan berkecimpung di sana jadi aku ingin mendalami saja. Awalnya aku tertarik ke Jepang dan pengen banget kuliah di sana. Tapi dari sekian banyak kampus-kampus yang aku daftar belum rezeki alias nggak keterima. Pas aku sedang down banget kemudian ada teman yang keterima di KNUT (kampusku sekarang).
Jadi begini ceritanya, dulu waktu aku masih S1 di ITB aku pernah mengikuti kuliah umum tentang material dan dosen tamunya Prof.Insik In. Karena tertarik dengan penelitiannya, temanku yang namanya Angga meminta kontak beliau dan akhirnya mengirim email. Cukup lama Angga kontak-kontakan dengan profesor tersebut sampai akhirnya lost contact dan Angga keterima di kampus lain. Karena merasa tidak enak dengan Prof.In akhirnya Angga merekomendasikan aku. Setelah itu aku kemudian diminta untuk mengirim CV, transkrip, dan dokumen lainnya supaya Prof.In bisa lebih tahu tentang aku.
Beasiswa/ Scholarship
Ya, aku dapat beasiswa dari pemerintah Korea. Namanya Brain Korea 21. Aku benar-benar nggak mengeluarkan uang selama di sini bahkan aku bisa nabung. Tapi sejujurnya aku kurang paham dengan mekanisme pendaftarannya karena profesor yang mendaftarkan aku. Dari beasiswa ini aku dapat 900ribu won tiap bulan untuk membayar biaya kuliah ditabung dari sana. Kalau untuk pengeluaran di sini cukup hemat sih karena aku tidak tinggal di kota besar seperti Seoul. Paling selama sebulan aku mengeluarkan 300rb won. Dan karena di kampusku foreigner-nya masih sedikit jadi asramanya digratiskan. Ditambah lagi ada gratis makan siang makan malam setiap senin sampai kamis.
Persiapan
Kalau persiapan dari proses admission-nya sih cukup banyak ya seperti berkas pendaftaran meliputi application form, TOEFL, study plan, paspor, CV, ijazah, appostille certificate, sampai ke birth certificate. Kalau untuk keperluan pribadi aku hanya menyiapkan buku-buku, baju, makanan.
Bagaimana Kak sistem belajar yang diterapkan di kampus Kak Ae?
Untuk program master di Korea ada dua jenis yaitu course based dan research based. Aku di sini sistemnya course based. Sistem ini ada kelas ada juga penelitian. Di Korea sistemnya kadang penelitian itu lebih penting daripada kelas jadi setiap hari saja peraturan di lab itu wajib datang 9 to 9 artinya dari jam 9 pagi sampai 9 malam. Kelasnya menggunakan bahasa Inggris dan lebih banyak presentasi sama diskusi. Kalau researcher-nya setiap minggu ada meet untuk menyampaikan progress.
Tantangan Terbesar
Kalau di Korea itu komunikasi jadi masalah. Teman-teman satu lab jarang yang jago bahasa Inggris. Jadi sering miss kalau ngobrol dengan mereka. Tapi ya ini jadi membuat kita semangat belajar bahasa Korea. Selain itu juga lab di sini kebanyakan kerja rodi parah, beruntung lab aku tidak separah itu hehehe.
Bagaimana pengalaman Kak Ae bermasyarakat di Korea? Bagaimana sih karakteristik orang di sana?
Orang Korea itu baik-baik. Tingkat kejahatan di sini hampir 0. Kalau ada orang asing mereka suka nyapa dan ramah-ramah. Tapi kendalanya Cuma soal bahasa. Mereka tetap ngobrol pakai bahasa Korea walaupun tahu kalau kita nggak mengerti. Etos kerjanya juga tinggi dan sangat taat terhadap peraturan. Walaupun di lab sudah nggak ada kerjaan mereka tetap pantang pulang sebelum jam 9. Dan di sana aman sekali bahkan sampai tengah malam. Walau ada orang-orang yang habis minum mereka nggak akan mengganggu orang lain apalagi foreigner.
Fasilitas Umum
Mungkin bisa ciritakan tentang kondisi fasilitas umum di kota tempat Kak Ae kuliah serta biasanya Kak Ae menggunakan transportasi apa?
Fasilitas umum seperti transportasi yang sering dipakai adalah bus. Soalnya di Chungju belum ada subway seperti di Seoul atau Busan. Jadi untuk berpergian kemana-mana lebih memilih pakai taksi atau bus. Bus-nya pun cuma bisa berhenti di bus stop saja tidak seperti di Indonesia yang bisa stop angkot dimana saja. Kalau di dalam kota biasanya naik bus tapi kalau aku harus ke luar kota aku bisanya naik train. Tapi kalau aku sedang main di Seoul lebih enak naik subway. Subway itu mirip seperti busway kalau di Indonesia tetapi di bawah tanah.
Selain sibuk kuliah, apa kegiatan Kak Ae di Korea?
Aku lebih banyak menghabiskan waktu di lab tapi insyaAllah akhir Februari nanti aku juga akan ngajar di Universitas Terbuka atau UT Korea. UT Korea ini isinya mahasiswa dari Indonesia yang jadi TKI di Korea.
Culture Shock
Aku sempat mengalamai culture shock waktu awal-awal di sini. Karena aku muslim dan berkerudung sedangkan di Chungju itu yang berkerudung jarang sekali bahkan teman-teman Koreaku bilang ini pertama kali mereka lihat secara langsung orang berkerudung. Aku kesulitan mencari makanan karena babi dimana-mana. Belum budaya mereka yang kalau habis presentasi progress atau apa suka minum-minum. Berada dalam satu lingkaran dengan mereka yang minum-minum itu hampir bikin aku mual tapi ya alhamdulilah semua masa itu sudah terlewati dan untungnya sekarang kalau mereka mau minum-minum suka nggak diajak hehehe.
Oh iya, cuacanya juga...kalau winter suhunya bisa mencapai -10 derajat di siang hari. Awal-awalnya sih aku harus selalu pakai baju dan jaket berlapis-lapis tapi belakangan ini akhirnya aku beli body heater semacam manset begitu. Asyik sih bisa menikmati musim dingin di Korea tapi kelamaan beku juga, hehehe.
Pengalaman Unik
Kalau pengalaman yang aneh, aku di sini pernah makan ikan mentah dan sayur nggak dimasak. Bahkan rumput saja yang cuma dicuci juga pernah. Aku juga sering lihat orang pacaran di sini yang berlebihan. Mereka sering tiba-tiba ciuman di tengah jalan atau pakai baju kembaran yang mencolok. Terus, kalau ngobrol dengan orang di sini yang nggak jago bahasa Inggris harus sabar banget dan pelan-pelan. Grammar sama sekali tidak dipakai bahkan kita bisa ngobrol dengan menggunakan kamus. Oh ya, aku juga pernah sholat di pinggir jalan dan dilihatin banyak orang karena saat itu aku sudah kepepet dan sulit menemukan masjid.
Kak Ae bisa menemukan produk-produk Indonesia yang dijual di Korea nggak? Dimana itu Kak?
Bisa. Di sini ada mushola dan pemasukan mushola itu dari hasil jual makanan-makanan Indonesia. Program ini ada di Chungju dan diinisiasi oleh bapak-bapak TKI yang bekerja di Korea.
Tips Untuk Teman-Teman Indonesia
Hmm...tahap persiapannya diperjelas. Seperti negara tujuan, kampus, dan yang terpenting adalah topik penelitian. Kemudian harus terus semangat dan jangan menyerah. Kuliah di luar negeri itu banyak manfaatnya, bisa kenal banyak teman dari berbagai negara, kenal budaya di negara tersebut, melatih kemampuan bahasa Inggris juga dan jadi lebih cinta dengan Indonesia.
Reporter: Adelina Mayang
