Bukan hal yang mudah untuk bisa kuliah di luar negeri seperti Korea Selatan. Diperlukan kerja keras, niat yang kuat, dan sikap pantang meny...
Bukan hal yang mudah untuk bisa kuliah di luar negeri seperti Korea Selatan. Diperlukan kerja keras, niat yang kuat, dan sikap pantang menyerah agar bisa lolos dan berangkat ke Korea Selatan. Lastin merupakan salah satu sosok yang patut dijadikan inspirasi karena kerja keras dan kegigihannya untuk berusaha sampai di Korea Selatan demi menuntut ilmu. Berikut ini Lastin menyampaikan pengalaman yang ia dapat seputar kuliah di Korea Selatan.
Perkenalan
Nama saya Lastin Darmokusumo, lahir di Samarinda 16 Februari 1990, menghabiskan 18 tahun hidup di Kota Bogor dan 6 tahun di Kota Yogyakarta. Saya bisa dihubungi di email lastin.dmk@gmail.com.
Perjalanan ke Korea Selatan
Setelah lulus SMA saya masuk ke Jurusan yang sebenarnya tidak diharapkan, tetapi jurusan itulah yang membawa saya ke Korea. Selama masa kuliah, saya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Korea, seperti klub tari Buchaechum, kegiatan sukarela bersama orang-orang Korea, dll. Pada tahun 2009, saya mendapatkan kesempatan berangkat ke Korea untuk berpartisipasi dalam acara Youth Camp for Asia’s Future yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda Korea selama 2 minggu. Setelah menempuh studi di Jurusan Bahasa Korea, Universitas Gadjah Mada selama 3,5 tahun, saya mengasah kemampuan sebagai penerjemah Bahasa Korea dan pengajar Bahasa Korea di sebuah lembaga bahasa. Setelah dua tahun memiliki pengalaman sebagai penerjemah, saya mencoba peruntungan untuk melanjutkan studi di Korea. Akhirnya pada tahun 2014 saya berhasil mendapatkan beasishwa KGSP (Korean Government Scholarship Program) yang selama dua tahun sebelumnya belum pernah dicoba. Sekarang, saya sedang menempuh studi master di Pusan National University. Untuk informasi beasiswa KGSP, bisa dilihat di website www.studyinkorea.go.kr.
Persiapan Kuliah ke Korea Selatan
Untuk menempuh studi di Korea, beasiswa yang paling populer adalah KGSP (Korean Government Scholarship Program) yang diberikan oleh pemerintah Korea. Sebenarnya keinginan saya untuk melanjutkan studi S2 di Korea sudah ada sejak lulus S1, tetapi kesempatan yang datang ke saya pada waktu itu adalah kesempatan untuk bekerja terlebih dahulu. Setelah bekerja selama 2 tahun, dan merasa kemampuan bahasa Korea saya sudah lebih matang dari sebelumnya, pada saat itulah mulai mencoba mendaftar beasiswa KGSP untuk pertama kalinya. Formulir yang sudah diunduh kemudian saya pelajari. Syarat-syarat, beasiswa yang diberikan melingkupi apa saja, dan detail beasiswanya ada di guideline itu. Jadi, sebelum tanya ke para pendahulu penerima beasiswa ini tentang syarat-syarat beasiswa, saya baca terlebih dahulu syaratnya. Kemudian saya mempersiapkan satu per satu syarat dokumen yang harus dilengkapi. Demi mendapatkan beasiswa ini, saya belajar Bahasa Korea lebih mendalam lagi untuk bias lolos Tes Ujian Kemampuan Bahasa Korea atau biasa disebut TOPIK. Setelah semua syarat terpenuhi, hanya ada beberapa orang yang dipanggil untuk interview. Termasuk saya! Setelah wawancara di kedubes Korea, yang harus saya lakukan adalah berdoa dan terus berdoa agar bias lolos screening document di tahapan selanjutnya. Alhamdulillah saya lolos sampai diterima di Pusan National University, salah satu kampus negeri di kota Busan.
Sistem Perkuliahan di Pusan National University
Sistem kuliah tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Malah lebih nyaman menurut saya. Untuk mendapatkan gelar master dari kampus, saya diharuskan untuk mengambil 24 SKS saja termasuk tesis. Jadwal kuliah bisa dikatakan lebih senggang dibanding di Indonesia. Tetapi untuk tugas…… jangan tanya! Super duper banyak dan itu membuat saya harus sering tidur di atas jam 3 dini hari. Tapi itu hal biasa.
Kendala Selama Kuliah di Korea
Pada awal masa kuliah yang membuat saya kesulitan adalah BAHASA! Ya, latar belakang jurusan Bahasa Korea tidak membuat saya mengerti sepenuhnya apa yang dosen saya ucapkan. Saat itu, pasrah… hanya itu yang bisa saya lakukan. Dan sempat terbersit pikiran untuk menyerah di tengah jalan. Tidak usah melanjutkan kuliah di Korea. Tetapi kemudian, saya ingat, saya ini penerima beasiswa pemerintah Korea dari Indonesia. Apa jadinya kalau saya menyerah dan kembali ke Indonesia tanpa gelar Master? Bisa jadi quota untuk Indonesia diturunkan akibat tindakan saya. Terlalu banyak kerugian yang akan timbul kalau saya menyerah! Setelah mendekatkan diri pada Yang Kuasa, saya menjadi lebih enjoy menjalani kuliah. Oh ya, bukan Lastin namanya kalau hanya bisa pasrah tanpa usaha. Saya mengerti kelemahan saya dimana. Saya malas! Saya malas untuk membaca tesis-tesis dalam Bahasa Korea. Padahal saya tahu membaca tesis bisa meningkatkan kemampuan saya berbahasa korea, terutama hal yang formal, di bidang menulis.
Tips Belajar Bahasa Korea
Tips untuk kamu yang mau belajar di Korea, minimal pelajarilah bahasa percakapan sehari-hari. Cara menggunakan transportasi, memesan makanan, dan belajar angka-angka dalam bahasa Korea. Dan juga jangan lupa untuk belajar membaca hangul karena di Korea minim sekali tulisan berbahasa Inggris.
Persiapan Kuliah ke Korea Selatan
Saat berangkat ke Korea, nggak usah bawa baju terlalu banyak. Karena kamu akan terlena dengan baju diskonan disini! Orang yang nggak suka belanja kayak saya ini, jadi greget kalo ada diskon! Dan untuk kamu yang berukuran kaki jumbo, alias ukuran 40 gede, bawa sepatu buat jaga-jaga. Karena susah sekali menemukan sepatu ukuran besar di Korea. Daaannnnn, jangan lupa bawa bumbu instant! Pengeluaran kamu bisa jauh lebih hemat 50% kalau kamu masak sendiri! Makanya kalau kangen masakan Indonesia, jangan lupa bawa bumbu instant! Nggak usah khawatir kalau kehabisan, karena kamu bisa dengan mudah belanja online di Asia Mart yang menjual barang-barang impor dari Negara-negara lain.
Fasilitas Umum di Korea Selatan
Fasilitas umum di Korea sangat nyaman. Dan sangat ramah juga untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Saya biasa menggunakan kereta bawah tanah dan bus kota untuk berpergian kemana-mana. Karena udaranya yang bersih pula, saya tidak malas untuk berjalan kaki berkilo-kilometer. Tetapi, dari itu semua, fasilitas yang paling tidak saya suka adalah toilet umum! Bukan, bukan karena kotor. Tetapi karena tidak ada air untuk membersihkan najis. Alhasil, botol air mineral kosong tidak pernah keluar dari dalam tas. Buat kamu yang nggak mau ribet dengan membawa botol kemana-mana, bisa juga bawa tisu basah. Lebih praktis dan simple.
Pengeluaran Terbesar Selama di Korea Selatan
Pengeluaran terbesar tentunya tempat tinggal. Saya tinggal di one room. One room ini adalah semacam kos-kosan tapi semua ada di dalam kamar. Mulai dari mesin cuci, kamar mandi, meja belajar, lemari, rak sepatu, kulkas, dapur, dll. Saya menghabiskan KRW 320.000 per bulannya untuk tinggal. Untuk kamu yang nggak mau tinggal di one room, kamu bisa tinggal di asrama kampus yang jauh lebih murah! Atau kalau kamu nggak suka tinggal di asrama yang penuh dengan aturan, kamu bisa tinggal di one room dengan mencari teman sekamar. Oh ya, untuk one room ini diperlukan uang jaminan sebesar 1-5 juta won, maksudnya supaya nggak kabur kalau kontrak belum berakhir. Kamu bisa juga tinggal di gosiwon. Gosiwon ini kamar dengan ukuran yang super kecil. Tapi lebih murah dan juga nggak perlu uang jaminan. Untuk mengatur keuangan di Korea, kamu bisa buat dua rekening tabungan. Satu untuk menabung, dan satunya untuk keperluan sehari-hari. Nah, kalau kamu orang yang suka belanja, tahan dulu deh, sampai ada diskon. Apalagi kosmetik! Sebulan sekali pasti ada diskon! Don’t worry! Nah, untuk menghemat pengeluaran makan, masak deh. Kecuali kamu bosan dengan masakanmu, bolehlah sekali-dua kali makan diluar.
Tips Dapat Uang Saku
Kalau kamu merasa uang yang kamu dapatkan (dari orang tua, dari professor, atau dari beasiswa) itu kurang, banyak hal yang bisa kamu lakukan! Carilah kerja paruh waktu. Tetapi rata-rata orang yang pintar berbahasa korea itu bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan paruh waktu. Jadi, jangan lupa berbahasa Korea, ya! Untuk kamu yang nggak bisa berbahasa Korea, jangan khawatir, banyak juga orang Korea yang membutuhkan jasa orang Indonesia untuk melakukan penjualan produk mereka. Terutama yang pasarnya itu diperuntukkan orang Indonesia. Atau kalau kamu pintar masak, nggak salah juga kok untuk jualan masakanmu ke orang lain.
Tips Memilih Tempat Tinggal di Korea Selatan
Selama di Korea saya tinggal di one room, kalau kamu mau tinggal di one room, usahakan cari one room bersama orang Korea atau dengan orang Indonesia yang sudah lama tinggal disana, karena ketika kamu sepakat untuk tinggal di one room, kamu harus menyerahkan uang jaminan yang jumlahnya tidak sedikit! Dikhawatirkan kalau-kalau pemilik rumahnya nakal, terus kabur. Pilih juga lokasi yang dekat dengan halte bus atau stasiun kereta bawah tanah. Karena itu akan memudahkan kamu kalau mau pergi kemana-mana.
Ketika Rindu dengan Indonesia
Alhamdulillah di zaman sekarang, koneksi internet sudah semakin bagus, saya sering menghubungi orang tua saya di Indonesia dengan menggunakan skype. Dan beruntungnya saya tinggal di kota Busan. Karena disini ada masjid besar dimana jamaahnya kebanyakan orang Indonesia. Jadi kami selalu bersilaturahmi setiap hari Minggu. Selama kamu bisa masak masakan Indonesia, saya yakin, kamu nggak akan kangen masakan Indonesia. Kalau masih kangen juga, datanglah ke warung Indonesia! Nah, penting juga buat kamu yang kurang suka tantangan, hal ini bisa dijadikan bahan pertimbangan, pilihlah kota dimana banyak terdapat orang Indonesia. Dengan begitu hidupmu di Korea bahkan nggak seperti di Korea (suasananya aja yang berbeda, tapi karena banyak orang Indonesia, rasa masih tetap sama).
Untuk Teman-Teman di Indonesia yang Ingin Kuliah di Korea Selatan
Tips dari saya adalah jangan berhenti BERDOA dan berusaha untuk terus lebih baik, Kalau kamu yakin dan punya pikiran optimis, Allah akan mengabulkan permintaanmu. Oh ya, ada beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk belajar di Korea. Kalau kamu mau belajar di Korea hanya untuk ketemu artis, cinta dengan k-POP, dll lebih baik wisata saja, tidak usah tinggal lama di Korea. Karena dengan tinggal di Korea kecintaanmu akan k-pop bisa memudar. Jangan pernah mempunyai pikiran kuliah dan tinggal di Korea kalau mental kamu belum siap. Dan juga, semua pasti ada perjuangan untuk mendapatkan kenyamana dan kesenangan itu. Jangan berhenti berjuang!
Reporter,
Adelina Mayang
Perkenalan
Nama saya Lastin Darmokusumo, lahir di Samarinda 16 Februari 1990, menghabiskan 18 tahun hidup di Kota Bogor dan 6 tahun di Kota Yogyakarta. Saya bisa dihubungi di email lastin.dmk@gmail.com.
Perjalanan ke Korea Selatan
Setelah lulus SMA saya masuk ke Jurusan yang sebenarnya tidak diharapkan, tetapi jurusan itulah yang membawa saya ke Korea. Selama masa kuliah, saya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Korea, seperti klub tari Buchaechum, kegiatan sukarela bersama orang-orang Korea, dll. Pada tahun 2009, saya mendapatkan kesempatan berangkat ke Korea untuk berpartisipasi dalam acara Youth Camp for Asia’s Future yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda Korea selama 2 minggu. Setelah menempuh studi di Jurusan Bahasa Korea, Universitas Gadjah Mada selama 3,5 tahun, saya mengasah kemampuan sebagai penerjemah Bahasa Korea dan pengajar Bahasa Korea di sebuah lembaga bahasa. Setelah dua tahun memiliki pengalaman sebagai penerjemah, saya mencoba peruntungan untuk melanjutkan studi di Korea. Akhirnya pada tahun 2014 saya berhasil mendapatkan beasishwa KGSP (Korean Government Scholarship Program) yang selama dua tahun sebelumnya belum pernah dicoba. Sekarang, saya sedang menempuh studi master di Pusan National University. Untuk informasi beasiswa KGSP, bisa dilihat di website www.studyinkorea.go.kr.
Persiapan Kuliah ke Korea Selatan
Untuk menempuh studi di Korea, beasiswa yang paling populer adalah KGSP (Korean Government Scholarship Program) yang diberikan oleh pemerintah Korea. Sebenarnya keinginan saya untuk melanjutkan studi S2 di Korea sudah ada sejak lulus S1, tetapi kesempatan yang datang ke saya pada waktu itu adalah kesempatan untuk bekerja terlebih dahulu. Setelah bekerja selama 2 tahun, dan merasa kemampuan bahasa Korea saya sudah lebih matang dari sebelumnya, pada saat itulah mulai mencoba mendaftar beasiswa KGSP untuk pertama kalinya. Formulir yang sudah diunduh kemudian saya pelajari. Syarat-syarat, beasiswa yang diberikan melingkupi apa saja, dan detail beasiswanya ada di guideline itu. Jadi, sebelum tanya ke para pendahulu penerima beasiswa ini tentang syarat-syarat beasiswa, saya baca terlebih dahulu syaratnya. Kemudian saya mempersiapkan satu per satu syarat dokumen yang harus dilengkapi. Demi mendapatkan beasiswa ini, saya belajar Bahasa Korea lebih mendalam lagi untuk bias lolos Tes Ujian Kemampuan Bahasa Korea atau biasa disebut TOPIK. Setelah semua syarat terpenuhi, hanya ada beberapa orang yang dipanggil untuk interview. Termasuk saya! Setelah wawancara di kedubes Korea, yang harus saya lakukan adalah berdoa dan terus berdoa agar bias lolos screening document di tahapan selanjutnya. Alhamdulillah saya lolos sampai diterima di Pusan National University, salah satu kampus negeri di kota Busan.
Sistem Perkuliahan di Pusan National University
Sistem kuliah tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Malah lebih nyaman menurut saya. Untuk mendapatkan gelar master dari kampus, saya diharuskan untuk mengambil 24 SKS saja termasuk tesis. Jadwal kuliah bisa dikatakan lebih senggang dibanding di Indonesia. Tetapi untuk tugas…… jangan tanya! Super duper banyak dan itu membuat saya harus sering tidur di atas jam 3 dini hari. Tapi itu hal biasa.
Kendala Selama Kuliah di Korea
Pada awal masa kuliah yang membuat saya kesulitan adalah BAHASA! Ya, latar belakang jurusan Bahasa Korea tidak membuat saya mengerti sepenuhnya apa yang dosen saya ucapkan. Saat itu, pasrah… hanya itu yang bisa saya lakukan. Dan sempat terbersit pikiran untuk menyerah di tengah jalan. Tidak usah melanjutkan kuliah di Korea. Tetapi kemudian, saya ingat, saya ini penerima beasiswa pemerintah Korea dari Indonesia. Apa jadinya kalau saya menyerah dan kembali ke Indonesia tanpa gelar Master? Bisa jadi quota untuk Indonesia diturunkan akibat tindakan saya. Terlalu banyak kerugian yang akan timbul kalau saya menyerah! Setelah mendekatkan diri pada Yang Kuasa, saya menjadi lebih enjoy menjalani kuliah. Oh ya, bukan Lastin namanya kalau hanya bisa pasrah tanpa usaha. Saya mengerti kelemahan saya dimana. Saya malas! Saya malas untuk membaca tesis-tesis dalam Bahasa Korea. Padahal saya tahu membaca tesis bisa meningkatkan kemampuan saya berbahasa korea, terutama hal yang formal, di bidang menulis.
Tips Belajar Bahasa Korea
Tips untuk kamu yang mau belajar di Korea, minimal pelajarilah bahasa percakapan sehari-hari. Cara menggunakan transportasi, memesan makanan, dan belajar angka-angka dalam bahasa Korea. Dan juga jangan lupa untuk belajar membaca hangul karena di Korea minim sekali tulisan berbahasa Inggris.
Persiapan Kuliah ke Korea Selatan
Saat berangkat ke Korea, nggak usah bawa baju terlalu banyak. Karena kamu akan terlena dengan baju diskonan disini! Orang yang nggak suka belanja kayak saya ini, jadi greget kalo ada diskon! Dan untuk kamu yang berukuran kaki jumbo, alias ukuran 40 gede, bawa sepatu buat jaga-jaga. Karena susah sekali menemukan sepatu ukuran besar di Korea. Daaannnnn, jangan lupa bawa bumbu instant! Pengeluaran kamu bisa jauh lebih hemat 50% kalau kamu masak sendiri! Makanya kalau kangen masakan Indonesia, jangan lupa bawa bumbu instant! Nggak usah khawatir kalau kehabisan, karena kamu bisa dengan mudah belanja online di Asia Mart yang menjual barang-barang impor dari Negara-negara lain.
Fasilitas Umum di Korea Selatan
Fasilitas umum di Korea sangat nyaman. Dan sangat ramah juga untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Saya biasa menggunakan kereta bawah tanah dan bus kota untuk berpergian kemana-mana. Karena udaranya yang bersih pula, saya tidak malas untuk berjalan kaki berkilo-kilometer. Tetapi, dari itu semua, fasilitas yang paling tidak saya suka adalah toilet umum! Bukan, bukan karena kotor. Tetapi karena tidak ada air untuk membersihkan najis. Alhasil, botol air mineral kosong tidak pernah keluar dari dalam tas. Buat kamu yang nggak mau ribet dengan membawa botol kemana-mana, bisa juga bawa tisu basah. Lebih praktis dan simple.
Pengeluaran Terbesar Selama di Korea Selatan
Pengeluaran terbesar tentunya tempat tinggal. Saya tinggal di one room. One room ini adalah semacam kos-kosan tapi semua ada di dalam kamar. Mulai dari mesin cuci, kamar mandi, meja belajar, lemari, rak sepatu, kulkas, dapur, dll. Saya menghabiskan KRW 320.000 per bulannya untuk tinggal. Untuk kamu yang nggak mau tinggal di one room, kamu bisa tinggal di asrama kampus yang jauh lebih murah! Atau kalau kamu nggak suka tinggal di asrama yang penuh dengan aturan, kamu bisa tinggal di one room dengan mencari teman sekamar. Oh ya, untuk one room ini diperlukan uang jaminan sebesar 1-5 juta won, maksudnya supaya nggak kabur kalau kontrak belum berakhir. Kamu bisa juga tinggal di gosiwon. Gosiwon ini kamar dengan ukuran yang super kecil. Tapi lebih murah dan juga nggak perlu uang jaminan. Untuk mengatur keuangan di Korea, kamu bisa buat dua rekening tabungan. Satu untuk menabung, dan satunya untuk keperluan sehari-hari. Nah, kalau kamu orang yang suka belanja, tahan dulu deh, sampai ada diskon. Apalagi kosmetik! Sebulan sekali pasti ada diskon! Don’t worry! Nah, untuk menghemat pengeluaran makan, masak deh. Kecuali kamu bosan dengan masakanmu, bolehlah sekali-dua kali makan diluar.
Tips Dapat Uang Saku
Kalau kamu merasa uang yang kamu dapatkan (dari orang tua, dari professor, atau dari beasiswa) itu kurang, banyak hal yang bisa kamu lakukan! Carilah kerja paruh waktu. Tetapi rata-rata orang yang pintar berbahasa korea itu bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan paruh waktu. Jadi, jangan lupa berbahasa Korea, ya! Untuk kamu yang nggak bisa berbahasa Korea, jangan khawatir, banyak juga orang Korea yang membutuhkan jasa orang Indonesia untuk melakukan penjualan produk mereka. Terutama yang pasarnya itu diperuntukkan orang Indonesia. Atau kalau kamu pintar masak, nggak salah juga kok untuk jualan masakanmu ke orang lain.
Tips Memilih Tempat Tinggal di Korea Selatan
Selama di Korea saya tinggal di one room, kalau kamu mau tinggal di one room, usahakan cari one room bersama orang Korea atau dengan orang Indonesia yang sudah lama tinggal disana, karena ketika kamu sepakat untuk tinggal di one room, kamu harus menyerahkan uang jaminan yang jumlahnya tidak sedikit! Dikhawatirkan kalau-kalau pemilik rumahnya nakal, terus kabur. Pilih juga lokasi yang dekat dengan halte bus atau stasiun kereta bawah tanah. Karena itu akan memudahkan kamu kalau mau pergi kemana-mana.
Ketika Rindu dengan Indonesia
Alhamdulillah di zaman sekarang, koneksi internet sudah semakin bagus, saya sering menghubungi orang tua saya di Indonesia dengan menggunakan skype. Dan beruntungnya saya tinggal di kota Busan. Karena disini ada masjid besar dimana jamaahnya kebanyakan orang Indonesia. Jadi kami selalu bersilaturahmi setiap hari Minggu. Selama kamu bisa masak masakan Indonesia, saya yakin, kamu nggak akan kangen masakan Indonesia. Kalau masih kangen juga, datanglah ke warung Indonesia! Nah, penting juga buat kamu yang kurang suka tantangan, hal ini bisa dijadikan bahan pertimbangan, pilihlah kota dimana banyak terdapat orang Indonesia. Dengan begitu hidupmu di Korea bahkan nggak seperti di Korea (suasananya aja yang berbeda, tapi karena banyak orang Indonesia, rasa masih tetap sama).
Untuk Teman-Teman di Indonesia yang Ingin Kuliah di Korea Selatan
Tips dari saya adalah jangan berhenti BERDOA dan berusaha untuk terus lebih baik, Kalau kamu yakin dan punya pikiran optimis, Allah akan mengabulkan permintaanmu. Oh ya, ada beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk belajar di Korea. Kalau kamu mau belajar di Korea hanya untuk ketemu artis, cinta dengan k-POP, dll lebih baik wisata saja, tidak usah tinggal lama di Korea. Karena dengan tinggal di Korea kecintaanmu akan k-pop bisa memudar. Jangan pernah mempunyai pikiran kuliah dan tinggal di Korea kalau mental kamu belum siap. Dan juga, semua pasti ada perjuangan untuk mendapatkan kenyamana dan kesenangan itu. Jangan berhenti berjuang!
Reporter,
Adelina Mayang