Korea Selatan menjadi sebuah negara yang banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa asal Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikannya. Susil...
Korea Selatan menjadi sebuah negara yang banyak dijadikan pilihan oleh mahasiswa asal Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikannya. Susilo menjadi salah satu mahasiswa Indonesia yang menjatuhkan pilihannya kepada Korea Selatan. Dengan kerja keras, ia kemudian berhasil terbang ke Korea Selatan untuk melanjutkan pendidikan. Berikut ini pengalaman Susilo selama kuliah di Korea Selatan.
Mari kenalan dulu...
Nama saya Susilo Ady Saputro, asli Purwokerto, Jawa Tengah. Sekarang sedang menempuh pendidikan S2 di Seoul National University of Science and Technology (SeoulTech) jurusan teknik elektro dan informasi. Sebelumnya saya mendapat gelar sarjana teknik dari departemen teknik elektro UI.
Motivasi Kuliah ke Korea Selatan
Sebenarnya tidak ada motivasi khusus untuk melanjutkan studi ke korea. Sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi ke korea, saya sedikit mengadakan riset tentang lowongan-lowongan sebagai student researcher di lab-lab yang bidang risetnya sesuai dengan minat saya. Kebetulan saya menemukan informasi tentang lab saya sekarang dan mereka sedang membuka kesempatan bagi mahasiswa asing untuk join di lab mereka. Terlebih saya lihat Korea termasuk salah satu leading country pada bidang ICT di wilayah Asia. Jadi kenapa tidak.
Sebenarnya untuk proses belajar di kelas tidak jauh berbeda dengan UI, namun disini semangat dan kesempatan untuk melakukan riset jauh lebih besar dan juga didukung dengan resource yang lebih baik. Jadi mungkin itu kelebihan kampus-kampus di Korea jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Proses Apply
Saya melanjutkan kuliah di Korea melalui beasiswa dari pemerintah korea (Korean Government Scholarship Program) dan kebetulan semua prosedur admission sudah diserahkan ke pihak kampus masing-masing. Boleh dibilang saya sudah terima jadi. Jadi maaf disini saya kurang tahu prosedur lebih detailnya.
Beasiswa
Saya melanjutkan kuliah di korea melalui Korean Government Scholarship Program (KGSP). KGSP merupakan beasiswa dari pemerintah Korea untuk mahasiswa asing yang ingin mengambil pendidikan tinggi (S2 dan S3) di Korea. Beasiswa ini selalu dibuka setiap tahun, biasanya pada bulan Februari untuk keberangkatan bulan September (fall semester). Selain menawarkan full support scholarship, KGSP juga memberikan language training selama satu tahun sebelum memulai perkuliahan. Informasi mengenai beasiswa tersebut dapat di akses pada website berikut : http://www.studyinkorea.go.kr/en/sub/gks/gks_introduce.do.
Kesan Pertama
Menurut saya proses pembelajaran di kelas baik di universitas-universitas di Korea maupun di Indonesia secara garis besar sama. Namun saya merasa, di Korea setiap orang lebih menghargai waktu dan budaya tepat waktu sudah mengakar dengan baik. Sangat jarang dijumpai kelas terlambat dimulai karena dosen yang telat masuk atau kelas yang tiba-tiba dibatalkan.
Kegiatan di Luar Kuliah
Selain mengikuti perkuliahan di kelas, saya menjadi salah satu student researcher di electromagnetic measurement and application Lab. Dan sebagian besar waktu saya, saya habiskan untuk mengerjakan project maupun riset di lab. Saya termasuk mahasiswa yang kurang aktif di organisasi baik di PERPIKA maupun organisasi mahasiswa lainnya. Berhubung beasiswa saya melarang untuk mengambil part time job yang tidak sesuai dengan bidang kami, jadi sebagian besar waktu saya hanya saya habiskan untuk kuliah dan riset. Sebenarnya ada keinginan untuk mencoba internship di sini, namun sampai saat ini belum sempat terlaksana.
Perbedaan Budaya
Perbedaan yang sangat mencolok di sini adalah soal bahasa dan makanan. Yang pertama masyarakat di sini juga belum terbiasa untuk menggunakan bahasa Inggris, sehingga ketika pertama kali sampai di Korea, komunikasi menjadi suatu kendala yang cukup sulit. Beruntung selama satu tahun saya diberi kesempatan untuk belajar bahasa Korea sehingga kedepannya lebih mudah untuk berkomunikasi. Keterampilan bahasa setempat akan sangat membantu dalam banyak hal di Korea, berhubung informasi dalam bahasa Inggris di kampus maupun tempat pelayanan publik masih sangat terbatas.
Yang kedua adalah makanan. Untuk saya pribadi yang beragama Islam, cukup sulit untuk menemukan makanan halal di Korea. Sehingga untuk mencari makanan di luar perlu sedikit lebih hati-hati. Akan sangat bagus apabila kita dapat memasak sendiri karena bahan-bahan makanan halal pun dapat dengan mudah ditemui di Itaewon. Bilapun tidak dapat memasak sendiri, ada beberapa rumah makan yang menyediakan menu halal di Itaewon, namun dengan harga yang sedikit lebih mahal. Untuk makan sehari-hari biasanya saya mencari makanan berbahan telur, hewan laut maupun sayuran yang bisa ditemui di rumah makan lokal.
Tempat Tinggal
Selama tinggal di Korea saya selalu tinggal di asrama kampus. Untuk mahasiswa asing tentunya banyak pertimbangan untuk memilih tempat tinggal, seperti harga, keamanan, fasilitas dan jarak dari kampus. Kalau boleh saya rekomendasikan tinggal di asrama dapat menjadi pilihan yang tepat. Selain dekat dari kampus, untuk harga juga biasanya lebih murah jika dibandingkan dengan tinggal diluar.
Ketika Sakit
Sejauh saya tinggal di Korea, Alhamdulillah belum pernah mengalami sakit yang serius. Hanya paling masuk angin atau pilek karena cuaca yang sedang buruk, itupun saya sudah sedia obat-obatan sederhana dari Indonesia. Di setiap kampus biasanya ada klinik untuk mahasiswa namun hanya untuk penyakit-penyakit yang umum. Untuk sakit yang tidak bisa ditangani di klinik kampus, biasanya pihak klinik dapat membantu memberi rujukan rumah sakit mana yang bisa dikunjungi.
Makanan di Korea Selatan
Makanan yang saya favoritkan disini adalah makanan Indonesia, karena mungkin saya sedikit kurang cocok dengan makanan Korea. Ada beberapa makanan lokal yang saya suka contohnya tteokbokki (rice cake), Odeng (fish cake), maupun gorengan-gorengan yang mudah ditemui di warung jajanan pinggir jalan disini. Ada juga beberapa makanan berat yang saya favoritkan antara lain godengo gui (grilled mackerel) , nakji/ojingo bokkeum (stir fried squid) dan sundubu jjigae (tofu stew). Di Korea tentunya ada beberapa rumah makan Indonesia yang dapat dikunjungi, salah satunya ada di daerah Ansan, Itaewon maupun Guro.
Tips Untuk Pelajar Indonesia
Sebenarnya saya tidak bisa memberikan tips apa-apa. Namun dari dulu saya selalu menyarankan untuk tidak malas terutama bagi yang ingin melanjutkan pendidikan melalui beasiswa. Yang paling pertama adalah tidak malas untuk melengkapi dokumen yang dibutuhkan. Sekarang ini karena peminatnya sangat besar, beasiswa-beasiswa unggulan memerlukan banyak dokumen dan boleh dibilang ribet. Ujian pertama adalah melawan rasa malas untuk melengkapi dokumen tersebut selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya. Banyak saya lihat mahasiswa yang mengurungkan niatnya untuk mendaftar beasiswa karena dokumen yang dibutuhkan cukup banyak ataupun batal mendaftar karena kurang sigap (deadliner) mempersiapkan dokumenya sehingga lewat batas akhir pengumpulan. Setelah semua dokumen diserahkan yang bisa dilakukan hanyalah berdoa. Karena saya yakin teman-teman semua sangat mampu untuk melanjutkan pendidikan dimanapun apabila kalian mau.
Reporter: Adelina Mayang
Mari kenalan dulu...
Nama saya Susilo Ady Saputro, asli Purwokerto, Jawa Tengah. Sekarang sedang menempuh pendidikan S2 di Seoul National University of Science and Technology (SeoulTech) jurusan teknik elektro dan informasi. Sebelumnya saya mendapat gelar sarjana teknik dari departemen teknik elektro UI.
Motivasi Kuliah ke Korea Selatan
Sebenarnya tidak ada motivasi khusus untuk melanjutkan studi ke korea. Sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi ke korea, saya sedikit mengadakan riset tentang lowongan-lowongan sebagai student researcher di lab-lab yang bidang risetnya sesuai dengan minat saya. Kebetulan saya menemukan informasi tentang lab saya sekarang dan mereka sedang membuka kesempatan bagi mahasiswa asing untuk join di lab mereka. Terlebih saya lihat Korea termasuk salah satu leading country pada bidang ICT di wilayah Asia. Jadi kenapa tidak.
Sebenarnya untuk proses belajar di kelas tidak jauh berbeda dengan UI, namun disini semangat dan kesempatan untuk melakukan riset jauh lebih besar dan juga didukung dengan resource yang lebih baik. Jadi mungkin itu kelebihan kampus-kampus di Korea jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Proses Apply
Saya melanjutkan kuliah di Korea melalui beasiswa dari pemerintah korea (Korean Government Scholarship Program) dan kebetulan semua prosedur admission sudah diserahkan ke pihak kampus masing-masing. Boleh dibilang saya sudah terima jadi. Jadi maaf disini saya kurang tahu prosedur lebih detailnya.
Beasiswa
Saya melanjutkan kuliah di korea melalui Korean Government Scholarship Program (KGSP). KGSP merupakan beasiswa dari pemerintah Korea untuk mahasiswa asing yang ingin mengambil pendidikan tinggi (S2 dan S3) di Korea. Beasiswa ini selalu dibuka setiap tahun, biasanya pada bulan Februari untuk keberangkatan bulan September (fall semester). Selain menawarkan full support scholarship, KGSP juga memberikan language training selama satu tahun sebelum memulai perkuliahan. Informasi mengenai beasiswa tersebut dapat di akses pada website berikut : http://www.studyinkorea.go.kr/en/sub/gks/gks_introduce.do.
Kesan Pertama
Menurut saya proses pembelajaran di kelas baik di universitas-universitas di Korea maupun di Indonesia secara garis besar sama. Namun saya merasa, di Korea setiap orang lebih menghargai waktu dan budaya tepat waktu sudah mengakar dengan baik. Sangat jarang dijumpai kelas terlambat dimulai karena dosen yang telat masuk atau kelas yang tiba-tiba dibatalkan.
Kegiatan di Luar Kuliah
Selain mengikuti perkuliahan di kelas, saya menjadi salah satu student researcher di electromagnetic measurement and application Lab. Dan sebagian besar waktu saya, saya habiskan untuk mengerjakan project maupun riset di lab. Saya termasuk mahasiswa yang kurang aktif di organisasi baik di PERPIKA maupun organisasi mahasiswa lainnya. Berhubung beasiswa saya melarang untuk mengambil part time job yang tidak sesuai dengan bidang kami, jadi sebagian besar waktu saya hanya saya habiskan untuk kuliah dan riset. Sebenarnya ada keinginan untuk mencoba internship di sini, namun sampai saat ini belum sempat terlaksana.
Perbedaan Budaya
Perbedaan yang sangat mencolok di sini adalah soal bahasa dan makanan. Yang pertama masyarakat di sini juga belum terbiasa untuk menggunakan bahasa Inggris, sehingga ketika pertama kali sampai di Korea, komunikasi menjadi suatu kendala yang cukup sulit. Beruntung selama satu tahun saya diberi kesempatan untuk belajar bahasa Korea sehingga kedepannya lebih mudah untuk berkomunikasi. Keterampilan bahasa setempat akan sangat membantu dalam banyak hal di Korea, berhubung informasi dalam bahasa Inggris di kampus maupun tempat pelayanan publik masih sangat terbatas.
Yang kedua adalah makanan. Untuk saya pribadi yang beragama Islam, cukup sulit untuk menemukan makanan halal di Korea. Sehingga untuk mencari makanan di luar perlu sedikit lebih hati-hati. Akan sangat bagus apabila kita dapat memasak sendiri karena bahan-bahan makanan halal pun dapat dengan mudah ditemui di Itaewon. Bilapun tidak dapat memasak sendiri, ada beberapa rumah makan yang menyediakan menu halal di Itaewon, namun dengan harga yang sedikit lebih mahal. Untuk makan sehari-hari biasanya saya mencari makanan berbahan telur, hewan laut maupun sayuran yang bisa ditemui di rumah makan lokal.
Tempat Tinggal
Selama tinggal di Korea saya selalu tinggal di asrama kampus. Untuk mahasiswa asing tentunya banyak pertimbangan untuk memilih tempat tinggal, seperti harga, keamanan, fasilitas dan jarak dari kampus. Kalau boleh saya rekomendasikan tinggal di asrama dapat menjadi pilihan yang tepat. Selain dekat dari kampus, untuk harga juga biasanya lebih murah jika dibandingkan dengan tinggal diluar.
Ketika Sakit
Sejauh saya tinggal di Korea, Alhamdulillah belum pernah mengalami sakit yang serius. Hanya paling masuk angin atau pilek karena cuaca yang sedang buruk, itupun saya sudah sedia obat-obatan sederhana dari Indonesia. Di setiap kampus biasanya ada klinik untuk mahasiswa namun hanya untuk penyakit-penyakit yang umum. Untuk sakit yang tidak bisa ditangani di klinik kampus, biasanya pihak klinik dapat membantu memberi rujukan rumah sakit mana yang bisa dikunjungi.
Makanan di Korea Selatan
Makanan yang saya favoritkan disini adalah makanan Indonesia, karena mungkin saya sedikit kurang cocok dengan makanan Korea. Ada beberapa makanan lokal yang saya suka contohnya tteokbokki (rice cake), Odeng (fish cake), maupun gorengan-gorengan yang mudah ditemui di warung jajanan pinggir jalan disini. Ada juga beberapa makanan berat yang saya favoritkan antara lain godengo gui (grilled mackerel) , nakji/ojingo bokkeum (stir fried squid) dan sundubu jjigae (tofu stew). Di Korea tentunya ada beberapa rumah makan Indonesia yang dapat dikunjungi, salah satunya ada di daerah Ansan, Itaewon maupun Guro.
Tips Untuk Pelajar Indonesia
Sebenarnya saya tidak bisa memberikan tips apa-apa. Namun dari dulu saya selalu menyarankan untuk tidak malas terutama bagi yang ingin melanjutkan pendidikan melalui beasiswa. Yang paling pertama adalah tidak malas untuk melengkapi dokumen yang dibutuhkan. Sekarang ini karena peminatnya sangat besar, beasiswa-beasiswa unggulan memerlukan banyak dokumen dan boleh dibilang ribet. Ujian pertama adalah melawan rasa malas untuk melengkapi dokumen tersebut selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya. Banyak saya lihat mahasiswa yang mengurungkan niatnya untuk mendaftar beasiswa karena dokumen yang dibutuhkan cukup banyak ataupun batal mendaftar karena kurang sigap (deadliner) mempersiapkan dokumenya sehingga lewat batas akhir pengumpulan. Setelah semua dokumen diserahkan yang bisa dilakukan hanyalah berdoa. Karena saya yakin teman-teman semua sangat mampu untuk melanjutkan pendidikan dimanapun apabila kalian mau.
Reporter: Adelina Mayang