Halo, Sobat Berkuliah! Gimana, gimana? Hari ini masih ada tugas kuliah belum beres? Hmmm, pernah kebayang ngga sih kalau kamu kuliah di lu...
Halo, Sobat Berkuliah! Gimana, gimana? Hari ini masih ada tugas kuliah belum beres?
Hmmm, pernah kebayang ngga sih kalau kamu kuliah di luar negeri, terus tugas kuliahmu yang seabrek itu datangnya dari dosen yang berbeda kebangsaan denganmu? Partner tugas kelompokmu punya warna kulit dan rambut yang berbeda denganmu?
Berkuliah di luar negeri emang punya daya tarik tersendiri. Berkuliah.com sendiri pun menyadari bahwa memang ada banyak hal-hal berharga yang sebenarnya didapatkan dari kesempatan kuliah di luar negeri. Tapi... sebentar! Apa sebenarnya memang kuliah ke luar negeri seseru itu? Apakah kuliah ke luar negeri itu bakal seasyik update foto kece di Instagram terus dapet ribuan like semacem Gita Savitri? Apakah kuliah ke luar negeri itu emang selalu mulus-mulus aja kayak jalan tol?
Kali ini, Berkuliah.com ingin mencoba “menampar” kamu dengan realita tentang hal ini. Ternyata, seseru apapun kuliah ke luar negeri, ada beberapa hal yang emang harus kamu hadapi dengan teguh, kuat hati, tangguh, dan membara!
Culture Shock, tantangan pertama yang harus langsung kamu hadapi begitu menginjakkan kaki di bandara negara tujuan!
Kalau dijelaskan dalam bahasa Indonesia, culture shock ini menggambarkan perbedaan budaya yang terlihat jelas oleh mereka yang kuliah di luar negeri.
Di Perancis, misalnya. Saat orang-orang saling bertemu, mereka akan saling bersalaman, kemudian cipika-cipiki, bahkan dengan lawan jenis sekalipun! Kebayang ngga sih kalau kamu ada di sana? Kebayang ngga sih kalau bapakmu tau, terus ntar kamu bakal diceramahin kayak apa?! #ehmalahcurhat.
Hal ini bener-bener dirasakan para narasumber Berkuliah.com. Bahkan, ada salah satu narasumber wanita yang kemudian sampai “dinasihati” kawannya. Menurut teman barunya, kalau ia terus-terusan menolak cipika-cipiki dengan teman laki-laki, ia justru akan dicap anti sosial dan kesusahan mendapat teman!
Hebatnya, narasumber kita yang memang berkomitmen buat ngga cipika-cipiki sama cowok ini bisa menjaga prinsipnya. Dengan baik, ia sampaikan alasan yang dimilikinya. Beruntung, teman-temannya bisa memahami dan ngga mempermasalahkan hal itu. Ia pun bisa tetap dengan akrab berbaur dengan lingkungan barunya.
Walaupun contoh di atas berakhir bahagia, prosesnya bisa aja CUKUP PANJANG. Kalau kamu ada di posisi si narasumber, kemampuanmu untuk menjaga komitmenmu sendiri akan diuji. Kamu harus mampu menjelaskan keyakinanmu pada orang yang sama sekali asing. NGGA ENAKNYA juga, selain harus kekeuh dan ngeyel, kamu tetap harus menjaga emosimu. Jangan sampai kamu ngeyel tapi malah marah-marah atau baper sendiri.
Kalau ditulis, hal ini memang terlihat mudah. Tapi waktu praktik? Beuh! Ngga ada yang jamin bakal mudah; kamu sendiri harus siap-siap kuat!
New Friends? Yes, please! But...
Kuliah di luar negeri berarti ketemu banyak temen baru. Kayaknya emang seru, ya, jalan sama temen baru yang wajahnya beda banget sama kita, dengan bahasa Inggris, Jepang, Korea, atau bahasa lain yang baru kita kuasai. Kamu bisa punya banyak temen baru di sana dan asyik menulis kisah seru di blog, tapi sebenernya ada sesuatu yang perlu kamu tahu.
Hadirnya temen baru ini ngga dibarengi dengan adanya temen-temen lamamu. Ya, faktanya, saat kamu kuliah di luar negeri, kamu harus siap dengan kemungkinan kamu bakal berjauhan dengan mereka.
Memang, persahabatan bisa dijaga. Apalagi sekarang ada banyak media sosial yang bisa kamu gunakan. Tapi perasaan rindu itu ngga bisa bohong. Ada kalanya kamu bakal kangen banget sampe nyesek dan cuma bisa diem. Mau peluk? Ya ngga bisa, lah! Kalau kamu mau curhat, teman-teman barumu mungkin malah ngga ngerti apa yang sebenernya mau kamu sampaikan. Bahkan jangan-jangan, kamu juga udah keburu pengen nangis duluan sebelum bisa menerjemahkan curhatanmu sendiri ke bahasa Inggris. Wkwkwk. Belum lagi, beberapa orang di luar negeri memang cenderung tertutup dan individualis.
Hal ini juga sama berlakunya dengan kangen keluarga, ya. Kalau kamu adalah anak yang udah terbiasa merantau, mungkin kamu bakal biasa aja. Tapi kalau kamu belum pernah merantau dan tau-tau harus berjauhan hingga ribuan kilometer dari rumah, siap-siap aja ngerasain kangen. Orang tua kamu bisa yakin kamu bakal mandiri, tapi bisa juga mereka bakal kangen terus-terusan dan khawatirin kamu. Salah satu Sobat Berkuliah.com pernah cerita, tiap kali dia voice call-an sama ibunya, ibunya sampai nangis terus loh, saking kangennya. Alhasil, kawan kita ini pun harus menahan kangen sekaligus berusaha kuat biar ibunya ngga tambah khawatir. Rasanya? NGGA ENAK BANGET!
Things are waaayyy too expensive!
Poin ini sebenernya bisa berbeda-beda di masing-masing negara, sih. Ada beberapa negara yang barangnya murah-murah banget harganya. Tapi, ada juga negara yang punya harga-harga lumayan buat masing-masing barang. Kalau dapet kesempatan kuliah di negara yang barangnya harganya mahal, wiiiih kamu harus pinter-pinter mengatur uang, ya!
Ada seorang teman yang pernah berkuliah di Australia dan bercerita soal pengalamannya membeli pakaian bekas buat dipakai karena pakaian baru terasa mahal banget untuknya. Iya, pakaian bekas, semacem pasar awul-awul di Sekaten itu, loooh (yang di Jogja pasti tau, ya!). Baju, celana, jaket, dia beli dari “pasar awul-awul bule Australia” ini dengan harga miring. Untungnya sih, dia tetep bahagia karena memang bajunya masih bagus. Tapi, coba bayangin: kamu bisa ngga kaya gitu?
Kalau kamu geli sendiri bayangin pakai baju bekas orang lain yang ngga kamu kenal sebelumnya, ya bakal NGGA ENAK. Kamu pengen banget punya baju baru tapi danamu terbatas. Bahkan, kamu harus rela motong uang buat ini-itu demi sepotong pakaian yang kamu perlukan. Apalagi, beberapa musim memang memerlukanmu memakai baju yang tepat, sementara kamu ngga punya persediaan pakaian itu sama sekali.
Eh, ngga cuma baju, loh! Poin ini juga berlaku untuk barang-barang lain, ya! Mungkin, kamu pengen banget beli sesuatu, tapi danamu ngga cukup saking mahalnya. Di sinilah NGGA ENAKNYA...
Hayo, siap ngga ngadepin kemungkinan kaya gini?
Be like a normal student
Tinggal di negara baru, pemandangan yang cantik, gedung-gedung yang menarik—semuanya jadi nilai plus buat kamu saat kuliah di luar negeri. Kamu pun segera ingin mengatur rencana jalan-jalan dengan teman-teman barumu untuk mengeksplor kota tempatmu belajar. Ya, seperti mahasiswa pada umumnya, kamu tentu butuh jalan-jalan juga. Apalagi kamu ada di tempat yang indah banget untuk dikelilingi.
Tapi... inget kan tujuan awalmu dateng ke sini? Belajar! Rasanya, kamu pengen pergi ke bukit yang di Timur sana, atau pantai yang di Selatan sana. Tapi tiba-tiba kamu inget: kamu masih punya tanggungan bikin paper yang belum kelar dan jurnal yang harus dibaca.
Seketika, semangatmu keliling kota langsung lenyap pelan-pelan. Nahan keinginan emang NGGA ENAK, tapi bayangan kalau kamu bakal lulus kelamaan juga ngga enak. Kalau ngga pinter atur waktu ya wassalam, deh. Dilema......
The hardest thing is... food!
Banyak makanan di negara barumu. Semuanya keliatan menggoda hati. Kamu pun tergiur dan akhirnya beli seporsi. Tapi ternyata... NGGA ENAK!!
Sedih, deh. Mahal, iya. Enak, ngga. Ngga bisa ngadu ke ibu dan minta dibikinin rendang. Ngga bisa lari ke penjual tahu bulat terdekat. Ngga bisa buru-buru pesen mi goreng kornet ke Aa’ burjo. Harus belanja sendiri dengan telaten (apalagi buat kamu yang punya pantangan makan tertentu) dan harus berani bereksperimen di dapur (dan harus dimakan walaupun rasanya jauh dari ekspektasi). Yang sabar ya, Bos...
Nah, itu loh, Sobat, 5 hal yang menjelaskan ngga enaknya kuliah di luar negeri. Cuma itu aja? Oh, ya jelas masih ada lebih banyak lagi! Tapi, apa itu artinya hal-hal semacam ini ngga bisa diatasi? Ya, ngga gitu juga. Semua ada solusinya asalkan kamu tetep yakin dan berusaha beradaptasi sebaik mungkin.
Intinya, pergi jauh dari rumah yang bikin kita nyaman tentu punya konsekuensi besar. Pertanyaanya: kamu berani ngga ngadepin kemungkinan-kemungkinan itu, bahkan yang terburuk sekalipun? Dan, Sobat, percayakah kamu bahwa setelah kesulitan-kesulitan ini bakal ada kemudahan yang bisa kamu dapatkan? Well... The choice is yours!
Written by: Aprilia D Kumala
Hmmm, pernah kebayang ngga sih kalau kamu kuliah di luar negeri, terus tugas kuliahmu yang seabrek itu datangnya dari dosen yang berbeda kebangsaan denganmu? Partner tugas kelompokmu punya warna kulit dan rambut yang berbeda denganmu?
Berkuliah di luar negeri emang punya daya tarik tersendiri. Berkuliah.com sendiri pun menyadari bahwa memang ada banyak hal-hal berharga yang sebenarnya didapatkan dari kesempatan kuliah di luar negeri. Tapi... sebentar! Apa sebenarnya memang kuliah ke luar negeri seseru itu? Apakah kuliah ke luar negeri itu bakal seasyik update foto kece di Instagram terus dapet ribuan like semacem Gita Savitri? Apakah kuliah ke luar negeri itu emang selalu mulus-mulus aja kayak jalan tol?
Kali ini, Berkuliah.com ingin mencoba “menampar” kamu dengan realita tentang hal ini. Ternyata, seseru apapun kuliah ke luar negeri, ada beberapa hal yang emang harus kamu hadapi dengan teguh, kuat hati, tangguh, dan membara!
Culture Shock, tantangan pertama yang harus langsung kamu hadapi begitu menginjakkan kaki di bandara negara tujuan!
Kalau dijelaskan dalam bahasa Indonesia, culture shock ini menggambarkan perbedaan budaya yang terlihat jelas oleh mereka yang kuliah di luar negeri.
Di Perancis, misalnya. Saat orang-orang saling bertemu, mereka akan saling bersalaman, kemudian cipika-cipiki, bahkan dengan lawan jenis sekalipun! Kebayang ngga sih kalau kamu ada di sana? Kebayang ngga sih kalau bapakmu tau, terus ntar kamu bakal diceramahin kayak apa?! #ehmalahcurhat.
Hal ini bener-bener dirasakan para narasumber Berkuliah.com. Bahkan, ada salah satu narasumber wanita yang kemudian sampai “dinasihati” kawannya. Menurut teman barunya, kalau ia terus-terusan menolak cipika-cipiki dengan teman laki-laki, ia justru akan dicap anti sosial dan kesusahan mendapat teman!
Hebatnya, narasumber kita yang memang berkomitmen buat ngga cipika-cipiki sama cowok ini bisa menjaga prinsipnya. Dengan baik, ia sampaikan alasan yang dimilikinya. Beruntung, teman-temannya bisa memahami dan ngga mempermasalahkan hal itu. Ia pun bisa tetap dengan akrab berbaur dengan lingkungan barunya.
Walaupun contoh di atas berakhir bahagia, prosesnya bisa aja CUKUP PANJANG. Kalau kamu ada di posisi si narasumber, kemampuanmu untuk menjaga komitmenmu sendiri akan diuji. Kamu harus mampu menjelaskan keyakinanmu pada orang yang sama sekali asing. NGGA ENAKNYA juga, selain harus kekeuh dan ngeyel, kamu tetap harus menjaga emosimu. Jangan sampai kamu ngeyel tapi malah marah-marah atau baper sendiri.
Kalau ditulis, hal ini memang terlihat mudah. Tapi waktu praktik? Beuh! Ngga ada yang jamin bakal mudah; kamu sendiri harus siap-siap kuat!
New Friends? Yes, please! But...
Kuliah di luar negeri berarti ketemu banyak temen baru. Kayaknya emang seru, ya, jalan sama temen baru yang wajahnya beda banget sama kita, dengan bahasa Inggris, Jepang, Korea, atau bahasa lain yang baru kita kuasai. Kamu bisa punya banyak temen baru di sana dan asyik menulis kisah seru di blog, tapi sebenernya ada sesuatu yang perlu kamu tahu.
Hadirnya temen baru ini ngga dibarengi dengan adanya temen-temen lamamu. Ya, faktanya, saat kamu kuliah di luar negeri, kamu harus siap dengan kemungkinan kamu bakal berjauhan dengan mereka.
Memang, persahabatan bisa dijaga. Apalagi sekarang ada banyak media sosial yang bisa kamu gunakan. Tapi perasaan rindu itu ngga bisa bohong. Ada kalanya kamu bakal kangen banget sampe nyesek dan cuma bisa diem. Mau peluk? Ya ngga bisa, lah! Kalau kamu mau curhat, teman-teman barumu mungkin malah ngga ngerti apa yang sebenernya mau kamu sampaikan. Bahkan jangan-jangan, kamu juga udah keburu pengen nangis duluan sebelum bisa menerjemahkan curhatanmu sendiri ke bahasa Inggris. Wkwkwk. Belum lagi, beberapa orang di luar negeri memang cenderung tertutup dan individualis.
Hal ini juga sama berlakunya dengan kangen keluarga, ya. Kalau kamu adalah anak yang udah terbiasa merantau, mungkin kamu bakal biasa aja. Tapi kalau kamu belum pernah merantau dan tau-tau harus berjauhan hingga ribuan kilometer dari rumah, siap-siap aja ngerasain kangen. Orang tua kamu bisa yakin kamu bakal mandiri, tapi bisa juga mereka bakal kangen terus-terusan dan khawatirin kamu. Salah satu Sobat Berkuliah.com pernah cerita, tiap kali dia voice call-an sama ibunya, ibunya sampai nangis terus loh, saking kangennya. Alhasil, kawan kita ini pun harus menahan kangen sekaligus berusaha kuat biar ibunya ngga tambah khawatir. Rasanya? NGGA ENAK BANGET!
Things are waaayyy too expensive!
Poin ini sebenernya bisa berbeda-beda di masing-masing negara, sih. Ada beberapa negara yang barangnya murah-murah banget harganya. Tapi, ada juga negara yang punya harga-harga lumayan buat masing-masing barang. Kalau dapet kesempatan kuliah di negara yang barangnya harganya mahal, wiiiih kamu harus pinter-pinter mengatur uang, ya!
Ada seorang teman yang pernah berkuliah di Australia dan bercerita soal pengalamannya membeli pakaian bekas buat dipakai karena pakaian baru terasa mahal banget untuknya. Iya, pakaian bekas, semacem pasar awul-awul di Sekaten itu, loooh (yang di Jogja pasti tau, ya!). Baju, celana, jaket, dia beli dari “pasar awul-awul bule Australia” ini dengan harga miring. Untungnya sih, dia tetep bahagia karena memang bajunya masih bagus. Tapi, coba bayangin: kamu bisa ngga kaya gitu?
Kalau kamu geli sendiri bayangin pakai baju bekas orang lain yang ngga kamu kenal sebelumnya, ya bakal NGGA ENAK. Kamu pengen banget punya baju baru tapi danamu terbatas. Bahkan, kamu harus rela motong uang buat ini-itu demi sepotong pakaian yang kamu perlukan. Apalagi, beberapa musim memang memerlukanmu memakai baju yang tepat, sementara kamu ngga punya persediaan pakaian itu sama sekali.
Eh, ngga cuma baju, loh! Poin ini juga berlaku untuk barang-barang lain, ya! Mungkin, kamu pengen banget beli sesuatu, tapi danamu ngga cukup saking mahalnya. Di sinilah NGGA ENAKNYA...
Hayo, siap ngga ngadepin kemungkinan kaya gini?
Be like a normal student
Tinggal di negara baru, pemandangan yang cantik, gedung-gedung yang menarik—semuanya jadi nilai plus buat kamu saat kuliah di luar negeri. Kamu pun segera ingin mengatur rencana jalan-jalan dengan teman-teman barumu untuk mengeksplor kota tempatmu belajar. Ya, seperti mahasiswa pada umumnya, kamu tentu butuh jalan-jalan juga. Apalagi kamu ada di tempat yang indah banget untuk dikelilingi.
Tapi... inget kan tujuan awalmu dateng ke sini? Belajar! Rasanya, kamu pengen pergi ke bukit yang di Timur sana, atau pantai yang di Selatan sana. Tapi tiba-tiba kamu inget: kamu masih punya tanggungan bikin paper yang belum kelar dan jurnal yang harus dibaca.
Seketika, semangatmu keliling kota langsung lenyap pelan-pelan. Nahan keinginan emang NGGA ENAK, tapi bayangan kalau kamu bakal lulus kelamaan juga ngga enak. Kalau ngga pinter atur waktu ya wassalam, deh. Dilema......
The hardest thing is... food!
Banyak makanan di negara barumu. Semuanya keliatan menggoda hati. Kamu pun tergiur dan akhirnya beli seporsi. Tapi ternyata... NGGA ENAK!!
Sedih, deh. Mahal, iya. Enak, ngga. Ngga bisa ngadu ke ibu dan minta dibikinin rendang. Ngga bisa lari ke penjual tahu bulat terdekat. Ngga bisa buru-buru pesen mi goreng kornet ke Aa’ burjo. Harus belanja sendiri dengan telaten (apalagi buat kamu yang punya pantangan makan tertentu) dan harus berani bereksperimen di dapur (dan harus dimakan walaupun rasanya jauh dari ekspektasi). Yang sabar ya, Bos...
Nah, itu loh, Sobat, 5 hal yang menjelaskan ngga enaknya kuliah di luar negeri. Cuma itu aja? Oh, ya jelas masih ada lebih banyak lagi! Tapi, apa itu artinya hal-hal semacam ini ngga bisa diatasi? Ya, ngga gitu juga. Semua ada solusinya asalkan kamu tetep yakin dan berusaha beradaptasi sebaik mungkin.
Intinya, pergi jauh dari rumah yang bikin kita nyaman tentu punya konsekuensi besar. Pertanyaanya: kamu berani ngga ngadepin kemungkinan-kemungkinan itu, bahkan yang terburuk sekalipun? Dan, Sobat, percayakah kamu bahwa setelah kesulitan-kesulitan ini bakal ada kemudahan yang bisa kamu dapatkan? Well... The choice is yours!
Written by: Aprilia D Kumala