Pernah nggak sih Sobat Berkuliah melakukan banyak hal untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan? Terus, apa saja yang kalian lakukan ketik...
Pernah nggak sih Sobat Berkuliah melakukan banyak hal untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan? Terus, apa saja yang kalian lakukan ketika menghadapi sebuah problem yang membuat Sobat semuanya berpikir harus terus maju atau berhenti saja? Ada satu kisah menarik di bawah ini dari seorang novelis muda Indonesia yang sedang kuliah di Inggris. Mahasiswi ini memiliki segudang kesibukan, namun kerennya, ia bisa melakukan semua kegiatannya dengan baik, bahagia, ceria, dan ikhlas. Mari kita simak cerita dari Alanda Kariza di bawah ini!
Alanda Kariza, lahir dan besar di Jakarta, kuliah di program MSc in Behavioural and Economic Science di University of Warwick. 7 tahun lalu saya pergi ke Inggris untuk menghadiri sebuah forum internasional anak muda yang diselenggarakan British Council dan sejak itu saya bercita-cita untuk kuliah S2 di Inggris menggunakan beasiswa Chevening.
Lengkapnya, pada tahun 2009, saya diundang untuk menghadiri forum aktivis muda internasional yang diselenggarakan oleh British Council, bernama Global Changemakers, di Inggris. Itu adalah kali pertama saya bepergian ke luar negeri dan sejak itu saya bercita-cita untuk kuliah S2 di Inggris menggunakan beasiswa Chevening (pada saat itu, belum ada beasiswa lain yang memungkinkan orang Indonesia untuk kuliah S2 di Inggris selain Chevening dan beasiswa dari masing-masing kampus). Setelah dua hingga tiga tahun bekerja, saya akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan diri di beasiswa Chevening tahun 2015 lalu. Alhamdulillah, saya mendapatkan beasiswanya.
Memilih jurusan entah kuliah di dalam maupun luar negeri bisa dengan menjawab beberapa pertanyaan, salah satunya adalah “Hal apa yang ingin kamu pelajari?”. Saya memutuskan untuk kuliah di Inggris, tepatnya di Warwick, karena saya memang hendak mendalami bidang Behavioural Economics dan belum banyak universitas di dunia yang menawarkan bidang tersebut sebagai jurusan/ program khusus. Warwick adalah satu dari sedikit universitas yang menawarkan jurusan tersebut, dan di banyak ranking, Warwick menempati urutan teratas untuk universitas terbaik di Inggris di bidang Ekonomi (atau paling tidak, berada di tiga besar). Di Warwick, programnya juga ditawarkan sebagai kerjasama dari tiga departemen yang berbeda -- yang berhubungan dengan bidang ini, yakni Departemen Ekonomi, Departemen Psikologi, dan Warwick Business School. Saya jadi bisa belajar dari tiga departemen yang berbeda mengenai ilmu ini.
Sosok yang menginspirasi…
Mendiang kakek saya, Prof. dr. Moenadjat Wiratmadja. Beliau adalah ahli bedah plastik pertama di Indonesia. Saya mengagumi beliau karena selain berprestasi sebagai dokter, beliau juga merupakan seorang pelukis. Saya ingin bisa menyeimbangkan penggunaan dan kapasitas otak kiri dan otak kanan saya seperti yang beliau lakukan semasa hidup. Selain itu, beliau juga bermanfaat untuk orang banyak sebagai pionir ilmu bedah plastik di Indonesia.
“Memiliki pengalaman kuliah di luar negeri”
Kuliah di luar negeri merupakan kesempatan yang menarik untuk tidak dilewatkan, apalagi jika mampu (baik mampu membiayai sendiri, mampu tinggal jauh dari keluarga, maupun mampu mendapatkan beasiswa). Tapi, saya rasa, semua kembali ke pribadi masing-masing. Lulusan luar negeri tidak selalu lebih baik/pintar dibanding lulusan dalam negeri. Kadang ada situasi yang membuat kita tidak memungkinkan untuk berangkat ke luar negeri, misalnya harus menjaga orangtua atau mencari nafkah.
Proses menuju Inggris memang bisa dibilang panjang. Halangan pasti ada yang muncul, tapi tinggal bagaimana menganggap dan menyikapi halangan tersebut. Sejujurnya, saya rasa tidak ada banyak halangan yang berarti. Kalaupun ada, saya merasa itu hanya bagian dari proses saja. Namanya juga mendaftar beasiswa, sekolah, dan ingin ke luar negeri. Pasti banyak tantangannya.
Kehidupan berorganisasi
Saya adalah pribadi yang suka sekali dengan dunia organisasi. Saya sudah memulainya sejak usia dini. Motivasi saya paling utama kenapa saya terus berorganisasi dimanapun saya berada adalah karena saya ingin berkontribusi untuk lingkungan sekitar. Berkegiatan sosial bisa menjadi salah satu cara untuk memenuhi keinginan tersebut.
Melakukan berbagai macam kegaitan organisasi mulai dari The Cure For Tomorrow yang aktif sampai dengan 2008, kemudian Sinergi Muda, sampai dengan PPI UK saat ini, memang dibutuhkan semangat, keceriaan, dan keikhlasan yang tinggi. Selain itu, kegiatan utama saya di UK saat ini adalah kuliah. Belum lagi dengan hobi menulis saya dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Cara saya memanage waktu adalah dengan membuat skala prioritas. Misalnya, ketika saya di UK, Sinergi Muda dijalankan dan diurus oleh teman-teman saya yang lain. Saya rasa penting sekali untuk memiliki sebuah tim yang solid dan bisa berkolaborasi dengan baik dengan kita. Begitu juga dengan PPI UK. Saya punya tim yang menyenangkan dan bersedia untuk saling membantu di antara kesibukan kami masing-masing.
Tentang “Eliminating The Limits”
Hmmm, ide muncul begitu saja, tapi saya ingin 'moto' itu bisa jadi moto hidup saya. Saya harus selalu bisa menghilangkan batasan yang ada dalam meraih cita-cita. Semoga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain juga.
Pengalaman tidak terlupakan…
Wah, pertanyaannya sulit. Mungkin ketika baru dua minggu di UK, saya sudah harus mulai kampanye untuk menjadi Ketua PPI UK. Di saat yang sama, ada tes penting yang harus saya kerjakan. Lalu, saya dapat kabar dari Jakarta bahwa ayah saya terkena serangan jantung, dan beberapa minggu kemudian Ibu saya juga sempat sakit keras hingga dirawat di rumah sakit. Sulit sekali bagi saya untuk menjalani semua aktivitas ketika hal ini terjadi, karena pikiran jadi ke mana-mana. Tapi, alhamdulillah, semuanya bisa dijalani dengan baik dan sekarang kondisi kedua orangtua saya sudah jauh membaik.
Cara mengkorelasikan semua kegiatan dengan tujuan hidup!
Saya ingin bahagia dan mencapai cita-cita. Saya rasa semuanya bisa masuk ke dalam dua hal tersebut. Untuk hobi, itu lebih kepada cara saya untuk memiliki hidup yang seimbang antara kerja dan senang-senang.
Rencana kedepan untuk Indonesia…
Saya hendak merilis novel baru di awal/ pertengahan 2017 yang ada elemen isu sosial politik di dalamnya. Saya juga berniat untuk tetap aktif di Sinergi Muda yang saat ini telah bertransformasi menjadi wirausaha sosial dengan program Indonesian Youth-nya. Selain itu, saya berharap ilmu Behavioural Economics bisa dimanfaatkan oleh lebih banyak pihak di Indonesia, termasuk pemerintah dan para pembuat kebijakan.
Pesan atau motivasi untuk pelajar Indonesia yang ingin kuliah di luar negeri khususnya Inggris, agar mereka tetap semangat dan tetap mencintai Indonesia!
Seperti agama, kita tidak memilih untuk dilahirkan di Indonesia -- tapi tentu ada alasan mengapa kita dilahirkan di tanah ini. Seperti agama pula, terkadang keyakinan kita belum tentu bisa dirasionalisasi, tapi bukan berarti itu membuat kita tidak bisa melihatnya secara obyektif maupun berkontribusi positif terhadapnya. Mudah-mudahan dengan kuliah di luar negeri, kita bisa tetap mencintai Indonesia, menggunakan kacamata obyektif untuk melihat bangsa ini, dan mencari cara untuk menciptakan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Jangan lupa untuk selalu mencari cara untuk berkontribusi terhadap Indonesia, baik jika Anda pulang ke Indonesia, maupun memilih untuk tetap tinggal di luar negeri.
Khusus untuk teman-teman yang mendaftarkan diri dan menerima beasiswa: Komitmen pada kesepakatan awal saat menerima beasiswa, termasuk jika beasiswa yang didapat mengharuskan kita untuk kembali ke Indonesia, harus menjadi prioritas utama bagi teman-teman yang mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa tersebut. Tidak semua pelajar di Indonesia punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan di luar negeri dengan pengelolaan dan infrastruktur yang mumpuni. Oleh sebab itu, pada saat harus kembali ke Indonesia, gunakan kesempatan itu untuk mengabdi pada Indonesia dan bagi pengalaman itu pada pelajar Indonesia di dalam negeri.
Reporter: Imam Sultan Assidiq
Alanda Kariza, lahir dan besar di Jakarta, kuliah di program MSc in Behavioural and Economic Science di University of Warwick. 7 tahun lalu saya pergi ke Inggris untuk menghadiri sebuah forum internasional anak muda yang diselenggarakan British Council dan sejak itu saya bercita-cita untuk kuliah S2 di Inggris menggunakan beasiswa Chevening.
Lengkapnya, pada tahun 2009, saya diundang untuk menghadiri forum aktivis muda internasional yang diselenggarakan oleh British Council, bernama Global Changemakers, di Inggris. Itu adalah kali pertama saya bepergian ke luar negeri dan sejak itu saya bercita-cita untuk kuliah S2 di Inggris menggunakan beasiswa Chevening (pada saat itu, belum ada beasiswa lain yang memungkinkan orang Indonesia untuk kuliah S2 di Inggris selain Chevening dan beasiswa dari masing-masing kampus). Setelah dua hingga tiga tahun bekerja, saya akhirnya memutuskan untuk mendaftarkan diri di beasiswa Chevening tahun 2015 lalu. Alhamdulillah, saya mendapatkan beasiswanya.
Memilih jurusan entah kuliah di dalam maupun luar negeri bisa dengan menjawab beberapa pertanyaan, salah satunya adalah “Hal apa yang ingin kamu pelajari?”. Saya memutuskan untuk kuliah di Inggris, tepatnya di Warwick, karena saya memang hendak mendalami bidang Behavioural Economics dan belum banyak universitas di dunia yang menawarkan bidang tersebut sebagai jurusan/ program khusus. Warwick adalah satu dari sedikit universitas yang menawarkan jurusan tersebut, dan di banyak ranking, Warwick menempati urutan teratas untuk universitas terbaik di Inggris di bidang Ekonomi (atau paling tidak, berada di tiga besar). Di Warwick, programnya juga ditawarkan sebagai kerjasama dari tiga departemen yang berbeda -- yang berhubungan dengan bidang ini, yakni Departemen Ekonomi, Departemen Psikologi, dan Warwick Business School. Saya jadi bisa belajar dari tiga departemen yang berbeda mengenai ilmu ini.
Sosok yang menginspirasi…
Mendiang kakek saya, Prof. dr. Moenadjat Wiratmadja. Beliau adalah ahli bedah plastik pertama di Indonesia. Saya mengagumi beliau karena selain berprestasi sebagai dokter, beliau juga merupakan seorang pelukis. Saya ingin bisa menyeimbangkan penggunaan dan kapasitas otak kiri dan otak kanan saya seperti yang beliau lakukan semasa hidup. Selain itu, beliau juga bermanfaat untuk orang banyak sebagai pionir ilmu bedah plastik di Indonesia.
“Memiliki pengalaman kuliah di luar negeri”
Kuliah di luar negeri merupakan kesempatan yang menarik untuk tidak dilewatkan, apalagi jika mampu (baik mampu membiayai sendiri, mampu tinggal jauh dari keluarga, maupun mampu mendapatkan beasiswa). Tapi, saya rasa, semua kembali ke pribadi masing-masing. Lulusan luar negeri tidak selalu lebih baik/pintar dibanding lulusan dalam negeri. Kadang ada situasi yang membuat kita tidak memungkinkan untuk berangkat ke luar negeri, misalnya harus menjaga orangtua atau mencari nafkah.
Kalau bisa kuliah di luar negeri, bagus sekali; tapi ini bukan harga mati -- kalau tidak bisa, juga tidak apa-apa, menurut saya.
Proses menuju Inggris memang bisa dibilang panjang. Halangan pasti ada yang muncul, tapi tinggal bagaimana menganggap dan menyikapi halangan tersebut. Sejujurnya, saya rasa tidak ada banyak halangan yang berarti. Kalaupun ada, saya merasa itu hanya bagian dari proses saja. Namanya juga mendaftar beasiswa, sekolah, dan ingin ke luar negeri. Pasti banyak tantangannya.
Tantangan tidak akan berakhir dalam proses pendaftaran, tapi juga ketika menjalani programnya itu sendiri (jauh dari keluarga/ teman, keuangan terbatas, dll.).
Kehidupan berorganisasi
Saya adalah pribadi yang suka sekali dengan dunia organisasi. Saya sudah memulainya sejak usia dini. Motivasi saya paling utama kenapa saya terus berorganisasi dimanapun saya berada adalah karena saya ingin berkontribusi untuk lingkungan sekitar. Berkegiatan sosial bisa menjadi salah satu cara untuk memenuhi keinginan tersebut.
Melakukan berbagai macam kegaitan organisasi mulai dari The Cure For Tomorrow yang aktif sampai dengan 2008, kemudian Sinergi Muda, sampai dengan PPI UK saat ini, memang dibutuhkan semangat, keceriaan, dan keikhlasan yang tinggi. Selain itu, kegiatan utama saya di UK saat ini adalah kuliah. Belum lagi dengan hobi menulis saya dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Cara saya memanage waktu adalah dengan membuat skala prioritas. Misalnya, ketika saya di UK, Sinergi Muda dijalankan dan diurus oleh teman-teman saya yang lain. Saya rasa penting sekali untuk memiliki sebuah tim yang solid dan bisa berkolaborasi dengan baik dengan kita. Begitu juga dengan PPI UK. Saya punya tim yang menyenangkan dan bersedia untuk saling membantu di antara kesibukan kami masing-masing.
Soal bahagia dan ikhlas dalam menjalani semua kegiatan, saya selalu ingat bahwa ini semua pilihan saya. Aneh sekali jika saya memilih untuk menjalankan hal ini tapi lalu mengeluh.
Tentang “Eliminating The Limits”
Hmmm, ide muncul begitu saja, tapi saya ingin 'moto' itu bisa jadi moto hidup saya. Saya harus selalu bisa menghilangkan batasan yang ada dalam meraih cita-cita. Semoga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain juga.
Pengalaman tidak terlupakan…
Wah, pertanyaannya sulit. Mungkin ketika baru dua minggu di UK, saya sudah harus mulai kampanye untuk menjadi Ketua PPI UK. Di saat yang sama, ada tes penting yang harus saya kerjakan. Lalu, saya dapat kabar dari Jakarta bahwa ayah saya terkena serangan jantung, dan beberapa minggu kemudian Ibu saya juga sempat sakit keras hingga dirawat di rumah sakit. Sulit sekali bagi saya untuk menjalani semua aktivitas ketika hal ini terjadi, karena pikiran jadi ke mana-mana. Tapi, alhamdulillah, semuanya bisa dijalani dengan baik dan sekarang kondisi kedua orangtua saya sudah jauh membaik.
Cara mengkorelasikan semua kegiatan dengan tujuan hidup!
Saya ingin bahagia dan mencapai cita-cita. Saya rasa semuanya bisa masuk ke dalam dua hal tersebut. Untuk hobi, itu lebih kepada cara saya untuk memiliki hidup yang seimbang antara kerja dan senang-senang.
Rencana kedepan untuk Indonesia…
Saya hendak merilis novel baru di awal/ pertengahan 2017 yang ada elemen isu sosial politik di dalamnya. Saya juga berniat untuk tetap aktif di Sinergi Muda yang saat ini telah bertransformasi menjadi wirausaha sosial dengan program Indonesian Youth-nya. Selain itu, saya berharap ilmu Behavioural Economics bisa dimanfaatkan oleh lebih banyak pihak di Indonesia, termasuk pemerintah dan para pembuat kebijakan.
Menulis adalah kesempatan untuk berbagi ide, pemikiran, dan cita-cita. Saya berharap bisa ada lebih banyak orang yang berhasil meraih cita-cita mereka melalui karya, terutama buku, yang saya 'hasilkan'.
Pesan atau motivasi untuk pelajar Indonesia yang ingin kuliah di luar negeri khususnya Inggris, agar mereka tetap semangat dan tetap mencintai Indonesia!
Seperti agama, kita tidak memilih untuk dilahirkan di Indonesia -- tapi tentu ada alasan mengapa kita dilahirkan di tanah ini. Seperti agama pula, terkadang keyakinan kita belum tentu bisa dirasionalisasi, tapi bukan berarti itu membuat kita tidak bisa melihatnya secara obyektif maupun berkontribusi positif terhadapnya. Mudah-mudahan dengan kuliah di luar negeri, kita bisa tetap mencintai Indonesia, menggunakan kacamata obyektif untuk melihat bangsa ini, dan mencari cara untuk menciptakan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Jangan lupa untuk selalu mencari cara untuk berkontribusi terhadap Indonesia, baik jika Anda pulang ke Indonesia, maupun memilih untuk tetap tinggal di luar negeri.
Khusus untuk teman-teman yang mendaftarkan diri dan menerima beasiswa: Komitmen pada kesepakatan awal saat menerima beasiswa, termasuk jika beasiswa yang didapat mengharuskan kita untuk kembali ke Indonesia, harus menjadi prioritas utama bagi teman-teman yang mendapatkan kesempatan untuk menerima beasiswa tersebut. Tidak semua pelajar di Indonesia punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan di luar negeri dengan pengelolaan dan infrastruktur yang mumpuni. Oleh sebab itu, pada saat harus kembali ke Indonesia, gunakan kesempatan itu untuk mengabdi pada Indonesia dan bagi pengalaman itu pada pelajar Indonesia di dalam negeri.
Reporter: Imam Sultan Assidiq