Semangat yang tinggi menjadi bekal Yunika dalam meraih mimpinya berkuliah di Jerman. Perempuan asal Jawa Timur ini melalui berbagai macam t...
Semangat yang tinggi menjadi bekal Yunika dalam meraih mimpinya berkuliah di Jerman. Perempuan asal Jawa Timur ini melalui berbagai macam tantangan untuk bisa berangkat ke Jerman dan berkuliah di Hochschule Darmstadt. Tantangan tidak hanya berhenti sampai di situ, selama di Jerman Yunika juga mengalami begitu banyak pengalaman seru yang terus memacu semangat dirinya. Berikut ini cerita lengkap Yunika selama kuliah di Jerman.
Halo, saya Yunika Nur Fahmi biasa dipanggil Nika. Saya dari Tulungagung, Jawa Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Hochschule Darmstadt.
Hal menjadi dorongan saya untuk kuliah di Jerman, karena Jerman adalah negara yang memberikan pendidikan dengan kualitas bagus dan harga yang sangat murah jika dibandingkan dengan negara maju lainnya.
Sebelum saya mendapatkan informasi, awalnya saya memang ingin kuliah di luar negeri. Saat itu saya mengincar Australia sebagai negara tujuan studi. Kemudian saya ngobrol dengan tetangga yang guru bahasa, dia menyarankan untuk ke Jerman saja daripada Australia. Setelah itu barulah saya mulai mencari informasi tentang Jerman di internet. Beberapa waktu kemduian ada agen untuk kuliah ke Jerman datang ke SMA. Selanjutnya saya mendapat informasi tambahan dari agen tersebut.
Nama agennya adalah Prime. Saya mendapat informasi dari agen ini tapi tidak ikut agen ini. Saya mengurus semua untuk ke Jerman sendiri sampai pada dengan ketika visa saya ditolak. Kemudian saya disarankan oleh teman untuk bergabung di sebuah agen juga namanya Reza’s Deutschkurs di Bandung, Jawa Barat.
Karena saya apply-nya untuk visa belajar bahasa Jerman, jadi yang saya butuhkan hanya surat bukti kalau saya sudah daftar di deutschsprachkurs, bukti sudah punya account bank di Jerman, paspor, dokumen asli dan terjemahan SKHU UAN dan rapor. Tapi sayangnya ditolak.
Letak kesalahan saya pada saat ditolak, sesuai surat penolakan yang saya terima, penyebab ditolaknya adalah karena di surat bukti kalau saya sudah daftar les di Jerman itu tidak tertera berapa jam saya harus les. Jadi misalkan kalau mau ambil les B1 itu harus 600 jam. Nah, yang seperti itu tidak tertera di surat yang aku lampirkan. Kemudian yang kedua, ada kesalahan saat saya menjawab pertanyaan untuk membuat visa. Jadi ketika akan apply itu kita diberi formulir, nah itu bisa kita isi sendiri atau kita diinterview. Karena saat itu bahasa Jerman saya masih dasar sekali dan pertanyaannya di formulir berbahasa Jerman, maka saya pilih untuk melakukan interview saja. Kalau interview, dia akan mengartikan ke bahasa Indonesia kemudian ada juga yang mengartikan jawaban ke bahasa Jerman. Kesalahannya seperti biasa, jawaban saya saat interview kurang meyakinkan dan seperti tidak ada goal begitu lho ke Jerman. Itu menurut surat penolakan yang saya dapatkan.
Kampus tempat kuliah, di sini ada dua model kampus, Hochschule sama Uni. Nah, kalau di kampusku kelebihannya itu satu angkatan jurusannya tidak begitu banyak, paling hanya 100 orang. Bahkan sekarang satu kelasku hanya 78 orang. Kita juga lebih intim dengan dosen karena sekalas hanya sedikit orang. Lebih banyak libur juga daripada anak-anak yang kuliah di uni. Kita lebih mengarah ke skill daripada ke teori. Itu kebanyakan hochschule seperti itu sih.
Sistem ujian di kampusku atau di kampus seluruh Jerman sepertinya sama. Kita memiliki tiga kali kesempatan untuk lulus di setiap mata pelajarannya. Kalau kesempatan ketiga tidak lulus juga, baru ambil ujian lisan. Ujian lisan sangat ditakuti untuk kita orang asing. Karena perasaan tidak PD saat berbahasa Jerman itu masih ada pada kita yang orang asing. Kalau tidak lulus di ujian tulis di DO dan kalau di DO biasanya kita tidak bisa mengambil jurusan yang sama di seluruh kampus di Jerman, otomatis kita harus daftar baru lagi dengan jurusan yang baru. Tapi tergantung sih bisa jadi aturan setiap kampus berbeda. Buat aku sistem seperti ini menjadi sebuah motivasi untuk memicu aku belajar lebih giat. Kalau untuk pelaksanannyam, di jurusanku ujian dilaksanakan sebanyak dua kali jadwal setiap semesternya. Misalkan, awal Februari dan akhir Maret. Sejauh ini semua ujian dalam bentuk ujian tulis. Mungkin nanti di semester yang akan datang ada satu mata pelajaran yaitu organische chemie yang mengharuskan kita lulus praktikum/lab agar kita bisa ikut ujian tertulis.
Tinggal di Jerman
Saya tinggal di kota yang sama dengan tempat saya kuliah yaitu Darmstadt. Saya tinggal di sebuah rumah biasa bersama dengan orang Jerman yang kebetulan menyewakan satu kamar. Dengan tempat yang bisa dibilang hampir VVIP ini saya hanya mengeluarkan sekitar 160 euro per bulan untuk masalah rumah. Tipsnya untuk memilih tempat tinggal, harus tahu harga pasaran rumah di daerah tersebut. Kemudian nanti dibandingkan apakah harga studentenwohnheim lebih murah atau mahal dari private apartment.
Pengalaman Bekerja Part Time
Ya, di sini saya sudah empat kali bekerja part time. Yang pertama sempat menjadi zimmermadchen atau office girl kali ya kalau di Indonesia, di salah satu hostel. Kemudian saya sempat bekerja di Doner Laden jadi Kuchenhilfe yaitu pembantu di dapur atau asisten koki tugasnya membersihkan dapur, mencuci piring, lap piring, kadang memasak juga. Saya juga sempat menjadi pelayan toko baju. Sekarang saya menjadi Koch Assistant di salah satu fine dining restaurant di Frankfurt. Pengalaman kerja part time di sini benar-benar enak tidak seperti yang orang tua atau kebanyakan orang Indonesia pikirkan soal kerja part time. Tugas yang diberikan jauh sekali dengan gaji yang aku terima. Pekerjaanku mudah dan uang yang aku terima sangat banyak. Kalau sekarang ini, tugasku adalah benar-benar memasak makanan yang akan dihidangkan. Tidak berat sih karena saya suka masak hanya saja tanggung jawabnya besar. Mungkin juga karena sudah kebiasaan jadi merasa tidak berat. Awalnya saja terasa berat karena harus menghafal macam-macam menu dan setiap menu apa saja makanannya, dll. Di sini sistemnya pembayaran dihitung per jam. Kira-kira satu jam 9 euro, 1 euro kurang lebih 15000 rupiah. Untuk bekerja di sini aku dikasih gaji setiap awal bulan.
Tempat Ibadah
Sulit sekali buat sholat. Hanya bisa sholat di rumah atau cari tempat kosong dan sepi seperti di bawah tangga, lorong kampus, atau di dalam kelas yang sedang kosong. Hanya kampus tetangga ada yang punya ruangan khusus untuk sholat jadi biasanya saya kesitu.
Tips memilih makanan halal di Jerman
Biar aman, beli saja semua makanan di toko halal seperti toko Turki atau toko Maroko. Bisa juga membeli di supermarket Jerman tetapi harus selalu melihat bahan-bahan produk yang dibeli. Itu saja sih yang selama ini aku lakukan.
Pengalaman seru selama belajar di Jerman
Ya, ada! Saya pernah diajak menikah orang Arab. Itu sih yang menurut saya paling serem. Tapi dari semua yang sudah aku alami, tidak akan pernah terlupakan sih.
Tips atau motivasi untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jerman!
Luruskan dulu niatmu untuk belajar ke Jerman. Ubahlah mental dan kebiasaan. Kuliah dimanapun bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan di Indonesia juga. Jadi kalian harus tetap semangat!
Reporter: Adelina Mayang
Halo, saya Yunika Nur Fahmi biasa dipanggil Nika. Saya dari Tulungagung, Jawa Timur. Saat ini saya sedang berkuliah di Hochschule Darmstadt.
Hal menjadi dorongan saya untuk kuliah di Jerman, karena Jerman adalah negara yang memberikan pendidikan dengan kualitas bagus dan harga yang sangat murah jika dibandingkan dengan negara maju lainnya.
Sebelum saya mendapatkan informasi, awalnya saya memang ingin kuliah di luar negeri. Saat itu saya mengincar Australia sebagai negara tujuan studi. Kemudian saya ngobrol dengan tetangga yang guru bahasa, dia menyarankan untuk ke Jerman saja daripada Australia. Setelah itu barulah saya mulai mencari informasi tentang Jerman di internet. Beberapa waktu kemduian ada agen untuk kuliah ke Jerman datang ke SMA. Selanjutnya saya mendapat informasi tambahan dari agen tersebut.
Nama agennya adalah Prime. Saya mendapat informasi dari agen ini tapi tidak ikut agen ini. Saya mengurus semua untuk ke Jerman sendiri sampai pada dengan ketika visa saya ditolak. Kemudian saya disarankan oleh teman untuk bergabung di sebuah agen juga namanya Reza’s Deutschkurs di Bandung, Jawa Barat.
Karena saya apply-nya untuk visa belajar bahasa Jerman, jadi yang saya butuhkan hanya surat bukti kalau saya sudah daftar di deutschsprachkurs, bukti sudah punya account bank di Jerman, paspor, dokumen asli dan terjemahan SKHU UAN dan rapor. Tapi sayangnya ditolak.
Letak kesalahan saya pada saat ditolak, sesuai surat penolakan yang saya terima, penyebab ditolaknya adalah karena di surat bukti kalau saya sudah daftar les di Jerman itu tidak tertera berapa jam saya harus les. Jadi misalkan kalau mau ambil les B1 itu harus 600 jam. Nah, yang seperti itu tidak tertera di surat yang aku lampirkan. Kemudian yang kedua, ada kesalahan saat saya menjawab pertanyaan untuk membuat visa. Jadi ketika akan apply itu kita diberi formulir, nah itu bisa kita isi sendiri atau kita diinterview. Karena saat itu bahasa Jerman saya masih dasar sekali dan pertanyaannya di formulir berbahasa Jerman, maka saya pilih untuk melakukan interview saja. Kalau interview, dia akan mengartikan ke bahasa Indonesia kemudian ada juga yang mengartikan jawaban ke bahasa Jerman. Kesalahannya seperti biasa, jawaban saya saat interview kurang meyakinkan dan seperti tidak ada goal begitu lho ke Jerman. Itu menurut surat penolakan yang saya dapatkan.
Kampus tempat kuliah, di sini ada dua model kampus, Hochschule sama Uni. Nah, kalau di kampusku kelebihannya itu satu angkatan jurusannya tidak begitu banyak, paling hanya 100 orang. Bahkan sekarang satu kelasku hanya 78 orang. Kita juga lebih intim dengan dosen karena sekalas hanya sedikit orang. Lebih banyak libur juga daripada anak-anak yang kuliah di uni. Kita lebih mengarah ke skill daripada ke teori. Itu kebanyakan hochschule seperti itu sih.
Sistem ujian di kampusku atau di kampus seluruh Jerman sepertinya sama. Kita memiliki tiga kali kesempatan untuk lulus di setiap mata pelajarannya. Kalau kesempatan ketiga tidak lulus juga, baru ambil ujian lisan. Ujian lisan sangat ditakuti untuk kita orang asing. Karena perasaan tidak PD saat berbahasa Jerman itu masih ada pada kita yang orang asing. Kalau tidak lulus di ujian tulis di DO dan kalau di DO biasanya kita tidak bisa mengambil jurusan yang sama di seluruh kampus di Jerman, otomatis kita harus daftar baru lagi dengan jurusan yang baru. Tapi tergantung sih bisa jadi aturan setiap kampus berbeda. Buat aku sistem seperti ini menjadi sebuah motivasi untuk memicu aku belajar lebih giat. Kalau untuk pelaksanannyam, di jurusanku ujian dilaksanakan sebanyak dua kali jadwal setiap semesternya. Misalkan, awal Februari dan akhir Maret. Sejauh ini semua ujian dalam bentuk ujian tulis. Mungkin nanti di semester yang akan datang ada satu mata pelajaran yaitu organische chemie yang mengharuskan kita lulus praktikum/lab agar kita bisa ikut ujian tertulis.
Tinggal di Jerman
Saya tinggal di kota yang sama dengan tempat saya kuliah yaitu Darmstadt. Saya tinggal di sebuah rumah biasa bersama dengan orang Jerman yang kebetulan menyewakan satu kamar. Dengan tempat yang bisa dibilang hampir VVIP ini saya hanya mengeluarkan sekitar 160 euro per bulan untuk masalah rumah. Tipsnya untuk memilih tempat tinggal, harus tahu harga pasaran rumah di daerah tersebut. Kemudian nanti dibandingkan apakah harga studentenwohnheim lebih murah atau mahal dari private apartment.
Pengalaman Bekerja Part Time
Ya, di sini saya sudah empat kali bekerja part time. Yang pertama sempat menjadi zimmermadchen atau office girl kali ya kalau di Indonesia, di salah satu hostel. Kemudian saya sempat bekerja di Doner Laden jadi Kuchenhilfe yaitu pembantu di dapur atau asisten koki tugasnya membersihkan dapur, mencuci piring, lap piring, kadang memasak juga. Saya juga sempat menjadi pelayan toko baju. Sekarang saya menjadi Koch Assistant di salah satu fine dining restaurant di Frankfurt. Pengalaman kerja part time di sini benar-benar enak tidak seperti yang orang tua atau kebanyakan orang Indonesia pikirkan soal kerja part time. Tugas yang diberikan jauh sekali dengan gaji yang aku terima. Pekerjaanku mudah dan uang yang aku terima sangat banyak. Kalau sekarang ini, tugasku adalah benar-benar memasak makanan yang akan dihidangkan. Tidak berat sih karena saya suka masak hanya saja tanggung jawabnya besar. Mungkin juga karena sudah kebiasaan jadi merasa tidak berat. Awalnya saja terasa berat karena harus menghafal macam-macam menu dan setiap menu apa saja makanannya, dll. Di sini sistemnya pembayaran dihitung per jam. Kira-kira satu jam 9 euro, 1 euro kurang lebih 15000 rupiah. Untuk bekerja di sini aku dikasih gaji setiap awal bulan.
Tempat Ibadah
Sulit sekali buat sholat. Hanya bisa sholat di rumah atau cari tempat kosong dan sepi seperti di bawah tangga, lorong kampus, atau di dalam kelas yang sedang kosong. Hanya kampus tetangga ada yang punya ruangan khusus untuk sholat jadi biasanya saya kesitu.
Tips memilih makanan halal di Jerman
Biar aman, beli saja semua makanan di toko halal seperti toko Turki atau toko Maroko. Bisa juga membeli di supermarket Jerman tetapi harus selalu melihat bahan-bahan produk yang dibeli. Itu saja sih yang selama ini aku lakukan.
Pengalaman seru selama belajar di Jerman
Ya, ada! Saya pernah diajak menikah orang Arab. Itu sih yang menurut saya paling serem. Tapi dari semua yang sudah aku alami, tidak akan pernah terlupakan sih.
Tips atau motivasi untuk teman-teman yang ingin kuliah di Jerman!
Luruskan dulu niatmu untuk belajar ke Jerman. Ubahlah mental dan kebiasaan. Kuliah dimanapun bukanlah sesuatu yang mudah, bahkan di Indonesia juga. Jadi kalian harus tetap semangat!
Reporter: Adelina Mayang